3 Alasan BRICS Sulit Merealisasikan Dedolarisasi di Era Donald Trump, Apa Saja?
loading...
A
A
A
Kondisi tersebut sepertinya akan berlanjut di era pemerintahan kedua Presiden Donald Trump. Terlebih, dia memiliki slogan ikonik bertuliskan "America First".
Slogan "America First" menggambarkan pendekatan proteksionis Trump yang menekankan kepentingan domestik Amerika Serikat di atas segalanya. Hal ini juga mencakup hubungan ekonomi dan perdagangan internasional.
Jika harapannya terwujud, kebijakan proteksionis Trump akan membuat dolar semakin kuat. Selain itu, dia tentunya juga tidak akan membiarkan pihak-pihak luar untuk merusak atau melemahkan mata uang negaranya tersebut.
3. Kepentingan Nasional yang Berbeda
Alasan lain adalah karena negara-negara BRICS memiliki kepentingan ekonomi dan geopolitik yang berbeda. Hal ini membuat mereka sulit mencapai kesepahaman mengenai kebijakan dedolarisasi.
India misalnya, sebagai salah satu pendiri BRICS, mereka tidak bisa melepaskan hubungan dengan AS begitu saja. Pada Oktober 2024, New Delhi menegaskan pihaknya ingin mencari solusi ekonomi tanpa harus beralih dari dolar AS.
Menteri Urusan Luar Negeri India, Subrahmanyam Jaishankar, menyebut meski India sedang mengejar kepentingan perdagangan, penghindaran terhadap dolar AS tidak masuk bagian dari kebijakan. Maka dari itu, mereka masih mencari solusi sendiri agar tidak menjauh dari penggunaan mata uang tersebut.
Kemudian, ada juga Rusia. Meski dikenal sebagai musuh AS, Presiden Vladimir Putin tampaknya sedang mencari kesempatan untuk berdialog dengan Donald Trump yang baru dilantik.
Jika demikian, kesatuan yang dimiliki BRICS untuk dedolarisasi tidak akan pernah terwujud. Sebaliknya, mungkin akan muncul negara anggota lain yang juga terang-terangan menolak dedolarisasi. Itulah beberapa alasan BRICS sulit merealisasikan dedolarisasi di era Donald Trump.
Slogan "America First" menggambarkan pendekatan proteksionis Trump yang menekankan kepentingan domestik Amerika Serikat di atas segalanya. Hal ini juga mencakup hubungan ekonomi dan perdagangan internasional.
Jika harapannya terwujud, kebijakan proteksionis Trump akan membuat dolar semakin kuat. Selain itu, dia tentunya juga tidak akan membiarkan pihak-pihak luar untuk merusak atau melemahkan mata uang negaranya tersebut.
3. Kepentingan Nasional yang Berbeda
Alasan lain adalah karena negara-negara BRICS memiliki kepentingan ekonomi dan geopolitik yang berbeda. Hal ini membuat mereka sulit mencapai kesepahaman mengenai kebijakan dedolarisasi.
India misalnya, sebagai salah satu pendiri BRICS, mereka tidak bisa melepaskan hubungan dengan AS begitu saja. Pada Oktober 2024, New Delhi menegaskan pihaknya ingin mencari solusi ekonomi tanpa harus beralih dari dolar AS.
Menteri Urusan Luar Negeri India, Subrahmanyam Jaishankar, menyebut meski India sedang mengejar kepentingan perdagangan, penghindaran terhadap dolar AS tidak masuk bagian dari kebijakan. Maka dari itu, mereka masih mencari solusi sendiri agar tidak menjauh dari penggunaan mata uang tersebut.
Kemudian, ada juga Rusia. Meski dikenal sebagai musuh AS, Presiden Vladimir Putin tampaknya sedang mencari kesempatan untuk berdialog dengan Donald Trump yang baru dilantik.
Jika demikian, kesatuan yang dimiliki BRICS untuk dedolarisasi tidak akan pernah terwujud. Sebaliknya, mungkin akan muncul negara anggota lain yang juga terang-terangan menolak dedolarisasi. Itulah beberapa alasan BRICS sulit merealisasikan dedolarisasi di era Donald Trump.
Lihat Juga :