Bangkitnya Destinasi Wisata Lokal

Sabtu, 26 September 2020 - 08:35 WIB
loading...
Bangkitnya Destinasi Wisata Lokal
Foto: dok/SINDOnews
A A A
JAKARTA - Yuswohady
Managing Partner Inventure

Industri pariwisata adalah industri yang paling terdampak pandemi corona (Covid-19). Tempat-tempat wisata harus ditutup dalam upaya mencegah persebaran virus. Jadwal penerbangan terpaksa berhenti beroperasi dan hotel-hotel kehilangan okupansi. Dampaknya lay-off atau PHK besar-besaran tak terelakkan.

Situasi ini sangat berkebalikan dengan situasi pada akhir tahun 2019. Industri pariwisata sangat berjaya di era leisure economy, bahkan bisnis yang sukses adalah bisnis yang memberikan leisure experience. Bahkan Indonesia sempat memperoleh penghargaan ITTA (Indonesia Travel dan Tourism Awards) yang merupakan ajang penghargaan tertinggi untuk sektor pariwisata. (Baca: Pentingnya Mengajarkan Adab Makan Kepada Anak)

Sementara itu dari sisi pendapatan negara di sepanjang 2019, sektor pariwisata bisa menyumbang devisa sebesar Rp280 triliun. Namun dengan adanya pandemi, situasi berubah ekstrem. Sektor pariwisata justru yang paling terpuruk.

Penyebab jatuhnya industri pariwisata yang paling utama adalah pembatasan sosial yang terjadi secara global. Terlebih episentrum virus pertama kali berada di China yang merupakan segmen wisatawan mancanegara paling besar.

Respons pemerintah dalam menangani pandemi di Indonesia turut berpengaruh terhadap sentimen global. Berita terbaru, sebanyak 59 negara menutup akses untuk kunjungan warga Indonesia. Dengan demikian sulit mengharapkan pendapatan negara dari wisatawan mancanegara untuk segera pulih setidaknya sampai satu tahun setelah vaksin diproduksi massal.

Namun di balik krisis yang harus dihadapi, pandemi memberikan ruang untuk bangkitnya ekonomi lokal. Pandemi corona menjadi antitesis globalisasi sehingga membuka kesempatan seluas-luasnya bagi ekonomi dalam negeri untuk menguasai pasar. Termasuk dalam sektor pariwisata lokal. Covid-19 akan mendorong minat masyarakat untuk berwisata lokal. (Baca juga: 5 Tips Jaga Daya Tahan Tubuh saat Banjir)

Selain preferensi yang berubah ke arah lokal, perilaku wisatawan pun ikut berubah. Saat vaksin diproduksi dan akhirnya bisa diproduksi serta terdistribusi secara massal, Indonesia dan seluruh dunia akan memasuki era dunia next normal di mana perilaku konsumen telah berubah ekstrem.

Salah satu yang paling terlihat terkait dengan perilaku berwisata adalah adaptasi CHSE (cleanliness-health-safety-environment) meningkat. Artinya para pemain di sektor ini harus segera beradaptasi untuk menghadirkan experience berwisata yang aman dan bersih. Termasuk wisata padat kunjungan akan mulai dihindari karena wisatawan menghindari keramaian. Sebagai gantinya, wisata-wisata yang private seperti wisata meditasi di Bali akan semakin booming.

Bagaimana wajah baru pariwisata di era next ormal dan apa saja panduan bagi para pemain di industri ini bisa siap menghadapi era baru?

Kami di Inventure mencoba mengkaji dinamika lanskap bisnis pariwisata dengan melihat perubahan-perubahan makroindustri (changes), peta kompetisi (competition), dan perubahan perilaku konsumen (customer) yang memengaruhi bisnis pariwisata di era next normal. Berikut ini ringkasannya. (Baca juga: Ini yang Akan Terjadi Jika Suatu negara Masuk Jurang Resesi)

I. Change Drivers

Dari sisi kondisi makroindustri, tantangan terberat yang dihadapi industri pariwisata adalah kasus Covid-19 di level global yang masih terus meningkat. Beberapa negara bahkan sedang berjuang menghadapi gelombang kedua, sementara itu di Indonesia saat ini perkembangan kasusnya masih eksponensial dan belum mengalami kurva landai. Dampaknya orang menjadi semakin khawatir keluar rumah, termasuk akan menunda aktivitas berwisata.

Covid-19 Growth & Incidence

Pandemi corona menyebabkan duo krisis, yaitu ekonomi dan kesehatan. Pemulihan ekonomi akan sulit dilakukan apabila krisis kesehatan belum sanggup diselesaikan. Sementara itu kasus terkonfirmasi positif Covid-19 di skala global terus meningkat.

Implikasinya negara-negara akan semakin membatasi jalur transportasi. Di skala nasional, Indonesia harus menghadapi tantangan berat, yaitu blunder pemerintah dalam penanganan Covid-19 yang berakibat 59 negara menutup akses untuk kunjungan warga Indonesia.

Global/Domestic Recession

Krisis ekonomi dampak dari Covid-19 membuat ekonomi negara berjatuhan. Baik negara maju maupun berkembang mulai melaporkan negara mereka mengalami resesi. Berita terbaru, Selandia Baru resesi meskipun pemerintah di sana lebih sigap sudah menutup akses saat kasus positif baru 75 orang dan sudah mulai melonggarkan akses sejak Mei lalu. (Baca juga: Viral, Tentara China Menangis di Perbatasan India dan Jadi Olok-olokan)

Data prediksi dari IMF hanya China yang mampu mencetak ekonomi positif sepanjang tahun 2020 sebesar 1%. Artinya krisis yang dihadapi oleh pemain di bisnis pariwisata tidak hanya dialami di dalam negeri saja, tetapi juga global. Singapura misalnya, salah satu penyebab resesinya adalah kunjungan wisatawan yang menurun drastis dan dengan pembatasan akses, Singapura kehilangan market besar mereka, yaitu Indonesia.

Vaccine Production & Distribution

Indonesia dan seluruh negara global akan memasuki era baru next normal di saat vaksin sudah diproduksi dan terdistribusi massal. Sampai distribusi vaksin merata, ekonomi akan sangat bergantung pada pendapatan dalam negeri.

Termasuk dalam hal pariwisata, masyarakat masih khawatir bepergian jauh sehingga destinasi-destinasi wisata lokal yang jaraknya pendek dan mungkin bisa dijangkau dengan kendaraan pribadi akan menjadi primadona.

II. Competitive Move

Shrink of Senior Travelers

Virus korona lebih rentan terhadap lansia. Hal ini dikarenakan virus menyerang imun, sementara pada lansia daya tahan tubuh sudah cenderung menurun, terutama yang memiliki riwayat penyakit penyerta. Beberapa negara bahkan membuat kebijakan melarang lansia beraktivitas di luar rumah. Hal ini termasuk akan berdampak pada berkurangnya jumlah wisatawan senior (lanjut usia). (Lihat videonya: Fenomena Hujan Deras Disertai Butiran Es Landa Cimahi)

Customer Fear & Anxiety

Dampak dari krisis Covid-19 masyarakat akan lebih berhati-hati dalam hal ekonomi dan menjaga kesehatan. Di sisi kesehatan, kewaspadaan untuk menjaga jarak meningkat karena ada persepsi bahwa orang lain berpotensi menularkan virus. Sementara itu di aspek ekonomi, konsumen cenderung mengurangi konsumsi karena adanya pengurangan pendapatan.
(ysw)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 1.0056 seconds (0.1#10.140)