Pandemi yang Memburuk Ancam Permintaan, Harga Minyak Dunia Anjlok Beruntun
loading...
A
A
A
TOKYO - Harga minyak mentah dunia anjlok hampir 1% pada perdagangan hari Jumat (10/3/2020), untuk memperpanjang tren kerugian di hari kedua secara beruntun. Penyebabnya produksi minyak dunia meningkat saat pandemi Covid-19 memburuk, dimana ketika pembatasan kembali bergulir akan menghantam permintaan serta konsumsi bahan bakar.
Harga minyak mentah Brent seperti dilansir Reuters, hari ini menunjukkan penurunan sebesar 36 sen atau 0,9% pada posisi USD40,57 per barel setelah jatuh lebih dari 3% pada hari Kamis. Tren pelemahan juga terlihat pada minyak mentah Amerika Serikat atau WTI dimana kehilangan 36 sen yang setara lebih rendah 0,9% menjadi USD38,36/barel usai ambruk hampir 4% pada sesi sebelumnya.
(Baca Juga: Harga Minyak Dunia Bervariasi Saat Badai Tropis Mengancam Produksi AS )
Minyak AS sedang menuju penurunan hampir 5% minggu ini, sementara Brent berada di jalur pelemahan lebih dari 3%, dalam minggu kedua berturut-turut untuk kedua kontrak. "Fundamental minyak tidak menggembirakan ... ketika pasokan naik dan prospek permintaan terlihat suram," kata ANZ Research dalam sebuat catatannya.
Sementara kenaikan pasokan minyak mentah dari Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak Bumi (OPEC) membebani pasar karena produksi September naik sebesar 160.000 barel per hari (bpd) dari sebulan sebelumnya. Hal ini didapatkan dari sebuah survei Reuters.
Peningkatan itu terutama disebabkan oleh lebih banyak pasokan dari Libya dan Iran, anggota OPEC yang dibebaskan dari kesepakatan untuk menahan produksi antara OPEC dan sekutu yang dipimpin oleh Rusia atau kelompok yang dikenal sebagai OPEC +.
(Baca Juga: Harga Minyak Dunia Ambruk Saat Gelombang Kasus Baru Covid-19 Terus Bermunculan )
Produksi minyak mentah Libya telah meningkat lebih cepat dari yang diharapkan analis saat relaksasi blokade oleh Tentara Nasional Libya yang mencoba mengambil alih ibu kota dan terutama berbasis di bagian timur negara itu, di mana banyak fasilitas minyak berada.
Output minyak mentah dari Libya telah melonjak menjadi 270.000 bpd karena negara itu meningkatkan aktivitas ekspor, kata seorang sumber minyak Libya kepada Reuters. Di sisi lain kasus COVID-19 baru di seluruh dunia telah naik menjadi lebih dari 34 juta, hampir 2 juta lebih banyak daripada pada akhir pekan lalu.
Minggu ini menandai tonggak suram kematian dimana melebihi 1 juta dan beberapa negara memperketat pembatasan dan merenungkan penguncian saat infeksi meningkat. Kondisi ini mendorong kekhawatiran tentang dampak pada permintaan bahan bakar.
Lihat Juga: Bos Bank Sentral Warning, Perang Iran-Israel Bisa Mengulang Guncangan Energi Era 1970-an
Harga minyak mentah Brent seperti dilansir Reuters, hari ini menunjukkan penurunan sebesar 36 sen atau 0,9% pada posisi USD40,57 per barel setelah jatuh lebih dari 3% pada hari Kamis. Tren pelemahan juga terlihat pada minyak mentah Amerika Serikat atau WTI dimana kehilangan 36 sen yang setara lebih rendah 0,9% menjadi USD38,36/barel usai ambruk hampir 4% pada sesi sebelumnya.
(Baca Juga: Harga Minyak Dunia Bervariasi Saat Badai Tropis Mengancam Produksi AS )
Minyak AS sedang menuju penurunan hampir 5% minggu ini, sementara Brent berada di jalur pelemahan lebih dari 3%, dalam minggu kedua berturut-turut untuk kedua kontrak. "Fundamental minyak tidak menggembirakan ... ketika pasokan naik dan prospek permintaan terlihat suram," kata ANZ Research dalam sebuat catatannya.
Sementara kenaikan pasokan minyak mentah dari Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak Bumi (OPEC) membebani pasar karena produksi September naik sebesar 160.000 barel per hari (bpd) dari sebulan sebelumnya. Hal ini didapatkan dari sebuah survei Reuters.
Peningkatan itu terutama disebabkan oleh lebih banyak pasokan dari Libya dan Iran, anggota OPEC yang dibebaskan dari kesepakatan untuk menahan produksi antara OPEC dan sekutu yang dipimpin oleh Rusia atau kelompok yang dikenal sebagai OPEC +.
(Baca Juga: Harga Minyak Dunia Ambruk Saat Gelombang Kasus Baru Covid-19 Terus Bermunculan )
Produksi minyak mentah Libya telah meningkat lebih cepat dari yang diharapkan analis saat relaksasi blokade oleh Tentara Nasional Libya yang mencoba mengambil alih ibu kota dan terutama berbasis di bagian timur negara itu, di mana banyak fasilitas minyak berada.
Output minyak mentah dari Libya telah melonjak menjadi 270.000 bpd karena negara itu meningkatkan aktivitas ekspor, kata seorang sumber minyak Libya kepada Reuters. Di sisi lain kasus COVID-19 baru di seluruh dunia telah naik menjadi lebih dari 34 juta, hampir 2 juta lebih banyak daripada pada akhir pekan lalu.
Minggu ini menandai tonggak suram kematian dimana melebihi 1 juta dan beberapa negara memperketat pembatasan dan merenungkan penguncian saat infeksi meningkat. Kondisi ini mendorong kekhawatiran tentang dampak pada permintaan bahan bakar.
Lihat Juga: Bos Bank Sentral Warning, Perang Iran-Israel Bisa Mengulang Guncangan Energi Era 1970-an
(akr)