Traveling Batal Karena Pandemi? Alokasikan Bujetnya untuk Ini
loading...
A
A
A
JAKARTA - Pandemi Covid-19 mengakibatkan tekanan yang besar bagi industri pariwisata global, tak terkecuali Indonesia. Tekanan pada industri pariwisata terlihat jelas pada turunnya jumlah penumpang transportasi domestik, baik darat, laut, dan udara.
Mengutip riset Lifepal.co.id, pengeluaran wisatawan domestik untuk transportasi dan akomodasi anjlok hingga 90% per bulan sejak awal pandemi di bulan Maret hingga Juni 2020. Pada bulan Mei 2020, terjadi penurunan jumlah penumpang yang paling dalam dengan angka rata-rata -98,63%, jika dibandingkan jumlah penumpang pada bulan Desember 2019, beberapa bulan sebelum pandemi melanda Indonesia.
Selain transportasi udara, penurunan tajam juga terlihat pada jumlah penumpang kereta api di Jabodetabek, non-Jabodetabek dan Sumatera. Puncak pelemahan terjadi pada bulan Mei 2020, di mana pelemahan dengan persentase rata-rata di kisaran -92% jika dibandingkan dengan Desember 2019.
(Baca Juga: Wisman Masih Minim, Pemulihan Pariwisata Bakal Butuh Waktu Lama)
Penurunan yang cukup tajam juga terjadi pada angka kedatangan penumpang pelayaran di beberapa pelabuhan utama di Indonesia yaitu Pelabuhan Belawan, Tanjung Priok, Tanjung Perak, Balikpapan, dan Makassar. Pada bulan Mei 2020-lah tercatat penurunan yang paling dalam dengan persentase rata-rata di kisaran -98,52% jika dibandingkan dengan bulan Desember 2019.
Sementara, Tingkat Penghunian Kamar (TPK) hotel klasifikasi bintang di Indonesia pada Juni 2020 hanya mencapai rata-rata 19,70% atau sudah turun 39,69 poin sejak Desember 2019. Pandemi Covid-19 mengakibatkan penurunan paling dalam pada bulan April 2020, di mana TPK hanya tercatat rata rata 12,67% atau sudah turun 46,72 poin dari bulan Desember 2019.
Menurut data Statistik Wisatawan Nusantara dari Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2018, wisatawan domestik menghabiskan rata-rata Rp959.100 per perjalanan wisata. Dengan memperhitungkan inflasi transportasi dan rekreasi tahunan, pada tahun 2020 ini, wisatawan domestik diperkirakan menghabiskan rata-rata Rp980.943 per perjalanan wisata.
Namun, dengan adanya pandemi ini, 90% wisatawan domestik menghemat pengeluaran transportasi, sedangkan 40% menghemat pengeluaran akomodasi. Secara tidak langsung, data-data itu menunjukkan bahwa wisatawan domestik melakukan penghematan biaya traveling cukup besar di masa pandemi ini.
Nah, dengan adanya "penghematan" itu, di tengah situasi yang serba tak pasti, amat bijaksana jika dana itu lantas dialihkan untuk hal yang bermanfaat bagi kesehatan finansial pribadi. Berikut tips mengelola dana traveling yang tak terpakai dari Lifepal.co.id di tengah masa pandemi ini:
1. Melunasi utang
Jika memang dana traveling yang tak terpakai mencukupi untuk melunasi utang, maka sebaiknya Anda memilih langkah ini. Di masa pandemi yang serba tidak menentu, ada baiknya Anda membebaskan diri dari berbagai beban keuangan, termasuk utang.
Jika utang Anda ada di lebih dari satu institusi keuangan, pilihlah yang bunganya paling besar terlebih dahulu. Baru setelah itu, jika masih mencukupi, Anda bisa menghitung-hitung untuk melunasi utang lain yang bunganya lebih kecil.
2. Menjadi Dana Darurat
Dana darurat adalah uang yang tersedia dan mudah diambil sewaktu-waktu Anda membutuhkannya. Pos dana darurat jadi solusi untuk kebutuhan yang tidak disangka-sangka, emergensi, yang memerlukan penanggulangan segera.
Pada umumnya di dalam kondisi normal, pengumpulan dana darurat minimal 3 kali pendapatan atau pengeluaran tiap bulan. Misalnya saja, jika per bulan Anda menghabiskan Rp5 juta untuk segala kebutuhan, maka persiapkan minimal Rp15 juta sebagai dana darurat. Tapi, di dalam kondisi pandemi seperti ini, sebaiknya jumlah uang di kantung dana darurat diupayakan minimal 6 kali pendapatan/pengeluaran bulanan.
(Baca Juga: Ini Tips Mengelola Keuangan Keluarga di Tengah Pandemi COVID-19)
3. Asuransi
Tujuan dari asuransi adalah memberikan jaminan penggantian terhadap risiko-risiko yang mungkin terjadi di masa depan oleh nasabah, misalnya saja risiko terkena penyakit dan risiko kematian. Di masa pandemi, risiko terkena penyakit bukannya makin kecil, malah semakin besar, demikian pula risiko kematian.
Asuransi kesehatan melindungi dari risiko-risiko yang dapat membuat Anda kehilangan sejumlah besar uang akibat penyakit yang dialami. Memiliki asuransi kesehatan memungkinkan biaya pengobatan dibantu, atau bahkan ditanggung sepenuhnya oleh perusahaan asuransi, tanpa perlu mengambil simpanan uang pendidikan anak.
Demikian pula jika kematian menimpa kepala keluarga pencari nafkah. Polis asuransi jiwa yang dimiliki akan memberikan uang pertanggungan kepada keluarga yang ditinggalkan untuk meneruskan hidup saat ditinggal tulang punggung keluarga.
4. Menambah portofolio investasi
Bagi yang sudah berinvestasi, dana traveling yang tak terpakai bisa juga dimanfaatkan untuk menambah portofolio investasi, entah itu dalam bentuk deposito, reksa dana, obligasi, emas, hingga saham. Sementara bagi yang belum mulai berinvestasi. Bujet "nganggur" ini akan sangat bermanfaat untuk memulai membeli instrumen investasi.
Tentukan dulu apa tujuan Anda berinvestasi, apakah untuk dana pendidikan anak, membeli rumah, dana pensiun, atau tujuan lainnya? Sebab, berbeda tujuan, berbeda pula jangka waktu yang dilakukan dalam berinvestasi.
Jika tujuan Anda adalah mempersiapkan dana pensiun, maka letakkanlah pada instrumen-instrumen investasi jangka panjang, sehingga Anda tidak perlu memusingkan fluktuasi nilai investasi yang terjadi.
Namun, perlu diingat, investasi sebaiknya dilakukan pada instrumen yang sudah dipelajari dan dimengerti. Jangan ikut-ikutan meletakkan dana Anda pada instrumen yang belum dipahami.
Mengutip riset Lifepal.co.id, pengeluaran wisatawan domestik untuk transportasi dan akomodasi anjlok hingga 90% per bulan sejak awal pandemi di bulan Maret hingga Juni 2020. Pada bulan Mei 2020, terjadi penurunan jumlah penumpang yang paling dalam dengan angka rata-rata -98,63%, jika dibandingkan jumlah penumpang pada bulan Desember 2019, beberapa bulan sebelum pandemi melanda Indonesia.
Selain transportasi udara, penurunan tajam juga terlihat pada jumlah penumpang kereta api di Jabodetabek, non-Jabodetabek dan Sumatera. Puncak pelemahan terjadi pada bulan Mei 2020, di mana pelemahan dengan persentase rata-rata di kisaran -92% jika dibandingkan dengan Desember 2019.
(Baca Juga: Wisman Masih Minim, Pemulihan Pariwisata Bakal Butuh Waktu Lama)
Penurunan yang cukup tajam juga terjadi pada angka kedatangan penumpang pelayaran di beberapa pelabuhan utama di Indonesia yaitu Pelabuhan Belawan, Tanjung Priok, Tanjung Perak, Balikpapan, dan Makassar. Pada bulan Mei 2020-lah tercatat penurunan yang paling dalam dengan persentase rata-rata di kisaran -98,52% jika dibandingkan dengan bulan Desember 2019.
Sementara, Tingkat Penghunian Kamar (TPK) hotel klasifikasi bintang di Indonesia pada Juni 2020 hanya mencapai rata-rata 19,70% atau sudah turun 39,69 poin sejak Desember 2019. Pandemi Covid-19 mengakibatkan penurunan paling dalam pada bulan April 2020, di mana TPK hanya tercatat rata rata 12,67% atau sudah turun 46,72 poin dari bulan Desember 2019.
Menurut data Statistik Wisatawan Nusantara dari Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2018, wisatawan domestik menghabiskan rata-rata Rp959.100 per perjalanan wisata. Dengan memperhitungkan inflasi transportasi dan rekreasi tahunan, pada tahun 2020 ini, wisatawan domestik diperkirakan menghabiskan rata-rata Rp980.943 per perjalanan wisata.
Namun, dengan adanya pandemi ini, 90% wisatawan domestik menghemat pengeluaran transportasi, sedangkan 40% menghemat pengeluaran akomodasi. Secara tidak langsung, data-data itu menunjukkan bahwa wisatawan domestik melakukan penghematan biaya traveling cukup besar di masa pandemi ini.
Nah, dengan adanya "penghematan" itu, di tengah situasi yang serba tak pasti, amat bijaksana jika dana itu lantas dialihkan untuk hal yang bermanfaat bagi kesehatan finansial pribadi. Berikut tips mengelola dana traveling yang tak terpakai dari Lifepal.co.id di tengah masa pandemi ini:
1. Melunasi utang
Jika memang dana traveling yang tak terpakai mencukupi untuk melunasi utang, maka sebaiknya Anda memilih langkah ini. Di masa pandemi yang serba tidak menentu, ada baiknya Anda membebaskan diri dari berbagai beban keuangan, termasuk utang.
Jika utang Anda ada di lebih dari satu institusi keuangan, pilihlah yang bunganya paling besar terlebih dahulu. Baru setelah itu, jika masih mencukupi, Anda bisa menghitung-hitung untuk melunasi utang lain yang bunganya lebih kecil.
2. Menjadi Dana Darurat
Dana darurat adalah uang yang tersedia dan mudah diambil sewaktu-waktu Anda membutuhkannya. Pos dana darurat jadi solusi untuk kebutuhan yang tidak disangka-sangka, emergensi, yang memerlukan penanggulangan segera.
Pada umumnya di dalam kondisi normal, pengumpulan dana darurat minimal 3 kali pendapatan atau pengeluaran tiap bulan. Misalnya saja, jika per bulan Anda menghabiskan Rp5 juta untuk segala kebutuhan, maka persiapkan minimal Rp15 juta sebagai dana darurat. Tapi, di dalam kondisi pandemi seperti ini, sebaiknya jumlah uang di kantung dana darurat diupayakan minimal 6 kali pendapatan/pengeluaran bulanan.
(Baca Juga: Ini Tips Mengelola Keuangan Keluarga di Tengah Pandemi COVID-19)
3. Asuransi
Tujuan dari asuransi adalah memberikan jaminan penggantian terhadap risiko-risiko yang mungkin terjadi di masa depan oleh nasabah, misalnya saja risiko terkena penyakit dan risiko kematian. Di masa pandemi, risiko terkena penyakit bukannya makin kecil, malah semakin besar, demikian pula risiko kematian.
Asuransi kesehatan melindungi dari risiko-risiko yang dapat membuat Anda kehilangan sejumlah besar uang akibat penyakit yang dialami. Memiliki asuransi kesehatan memungkinkan biaya pengobatan dibantu, atau bahkan ditanggung sepenuhnya oleh perusahaan asuransi, tanpa perlu mengambil simpanan uang pendidikan anak.
Demikian pula jika kematian menimpa kepala keluarga pencari nafkah. Polis asuransi jiwa yang dimiliki akan memberikan uang pertanggungan kepada keluarga yang ditinggalkan untuk meneruskan hidup saat ditinggal tulang punggung keluarga.
4. Menambah portofolio investasi
Bagi yang sudah berinvestasi, dana traveling yang tak terpakai bisa juga dimanfaatkan untuk menambah portofolio investasi, entah itu dalam bentuk deposito, reksa dana, obligasi, emas, hingga saham. Sementara bagi yang belum mulai berinvestasi. Bujet "nganggur" ini akan sangat bermanfaat untuk memulai membeli instrumen investasi.
Tentukan dulu apa tujuan Anda berinvestasi, apakah untuk dana pendidikan anak, membeli rumah, dana pensiun, atau tujuan lainnya? Sebab, berbeda tujuan, berbeda pula jangka waktu yang dilakukan dalam berinvestasi.
Jika tujuan Anda adalah mempersiapkan dana pensiun, maka letakkanlah pada instrumen-instrumen investasi jangka panjang, sehingga Anda tidak perlu memusingkan fluktuasi nilai investasi yang terjadi.
Namun, perlu diingat, investasi sebaiknya dilakukan pada instrumen yang sudah dipelajari dan dimengerti. Jangan ikut-ikutan meletakkan dana Anda pada instrumen yang belum dipahami.
(fai)