Dukungan P&G Mengurangi Emisi Gas Karbon
loading...
A
A
A
JAKARTA - Procter & Gamble (P&G) kembali berkomitmen dengan visi berkelanjutan perusahaan guna menetralisasi dan mengurangi tingkat emisi karbon sebanyak 50 persen pada 2030 mendatang.
Kenaikan suhu permukaan bumi akhir-akhir ini menyebabkan perubahan iklim secara signifikan dan memengaruhi aspek perubahan alam, seperti kebakaran hutan, menurunnya kualitas serta kuantitas air, hingga perubahan ekstrem habitat dan kepunahan spesies. (Baca: Keajaiban Surah Al-Fatihah Menyembuhkan Penyakit dan Penawar Racun
Merujuk pada data yang dihimpun Ourworldindata.org, hanya 6 persen atau sekitar 500 juta ton sampah plastik yang diproses untuk daur ulang. Sebagai perusahaan dalam bisnis fast moving consumer goods (FMCG), P&G memiliki potensi tanggung jawab karbon yang sangat besar.
Berdasar dari hal tersebut, P&G Global berkomitmen terhadap keberlanjutan lingkungan sejak 2010 lalu sebagai salah satu fokus pilar dalam program Citizenship. Dalam satu dekade ke depan, P&G akan mengurangi separuh emisi gas rumah kaca pada proses produksi, meningkatkan efisiensi energi, membuat kemasan produk yang 100 persen bisa didaur ulang, serta menggunakan 100 persen listrik terbarukan secara global.
Menstimulus target 10 tahunan itu, P&G mengurangi penggunaan air dan palm oil serta menerapkan proses produksi dan operasional usaha yang eco-friendly.
Hasilnya hingga Agustus 2020, data internal P&G menunjukkan setengah dari target komitmen sudah terlampaui. Mereka berhasil kurangi 25 persen efek rumah kaca, 21 persen penggunaan energi, serta meningkatkan kesadaran mendaur ulang kemasan bekas barang-barang kebutuhan hingga 92 persen. (Baca juga: Pandemi, Jangan Stop Vaksin Anak)
Di Indonesia, P&G pun turut melaksanakan komitmen menjaga kelestarian lingkungan tersebut. Lebih dari 30 tahun berada di Indonesia, P&G menerapkan sustainability di proses produksi, dengan menerapkan prinsip responsible consumption.
Prinsip tersebut diimplementasikan dalam program perbaikan berkelanjutan, mulai dari efisiensi penggunaan air dan energi dalam kegiatan sehari-hari di pabrik, hingga menerapkan zero waste to landfill.
Khusus pengurangan energi, pabrik di Karawang sudah berhasil mengurangi energy footprint lebih dari 90 persen dengan pengurangan year-on-year (YoY) sebesar 9 persen dari tahun sebelumnya. (Baca juga: Miris, UU Ciptaker Tempatkan Pendidikan Sebagai Komoditas yang Diperdagangkan)
“Pabrik P&G di Karawang yang tersertifikasi Leadership in Energy and Environmental Design (LEED) dari US Green Building Council, sejak 2012 gunakan sensor akan mendeteksi dan lampu otomatis mati jika tidak ada aktivitas pergerakan di dalam ruangan, dan 21% air untuk produksi dan kegiatan operasional di pabrik juga merupakan hasil daur ulang,” sebut Senior Director P&G Indonesia Bharath Seshadri
Selain itu, Barath melanjutkan, dalam proses produksi pun pabrik di Karawang tidak lagi memakai solar sebagai bahan bakar mesin boiler, dan beralih menggunakan gas bumi dari Perusahaan Gas Negara (PGN) yang memiliki emisi CO2 yang jauh lebih rendah dibanding solar.
Dalam program penghijauan di dalam lingkungan pabrik, pabrik P&G Karawang menggunakan tanaman herbal di kew garden dalam proses pembuatan essence untuk sampo atau pewangi pakaian.
Selanjutnya, dalam program inovasi pengemasan (packaging innovation), P&G Indonesia telah mengurangi penggunaan plastik pada kemasan sachet dan botol. “Di 2021 recycle sampah plastik dari laut untuk kemasan sampo akan mulai diperkenalkan,” ucap Corporate Communications P&G Indonesia Dinda Kusuma Wardani.
Dinda melanjutkan, saat ini P&G tengah berupaya mencari partner daur ulang yang dapat memproduksi kemasan plastik dari laut sesuai standar brand P&G. (Lihat videonya: Pedagang Tanaman Hias Raup Untung Ditengah Pandemi covid-19)
Tak hanya sampai di situ, untuk membawa dampak yang lebih besar, P&G Indonesia juga bekerja sama dengan Pemprov Jawa Barat dan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) untuk menyediakan segregated waste bin di sekolah-sekolah untuk mempermudah proses reduce, reuse, dan recycle sampah. (Mg1)
Kenaikan suhu permukaan bumi akhir-akhir ini menyebabkan perubahan iklim secara signifikan dan memengaruhi aspek perubahan alam, seperti kebakaran hutan, menurunnya kualitas serta kuantitas air, hingga perubahan ekstrem habitat dan kepunahan spesies. (Baca: Keajaiban Surah Al-Fatihah Menyembuhkan Penyakit dan Penawar Racun
Merujuk pada data yang dihimpun Ourworldindata.org, hanya 6 persen atau sekitar 500 juta ton sampah plastik yang diproses untuk daur ulang. Sebagai perusahaan dalam bisnis fast moving consumer goods (FMCG), P&G memiliki potensi tanggung jawab karbon yang sangat besar.
Berdasar dari hal tersebut, P&G Global berkomitmen terhadap keberlanjutan lingkungan sejak 2010 lalu sebagai salah satu fokus pilar dalam program Citizenship. Dalam satu dekade ke depan, P&G akan mengurangi separuh emisi gas rumah kaca pada proses produksi, meningkatkan efisiensi energi, membuat kemasan produk yang 100 persen bisa didaur ulang, serta menggunakan 100 persen listrik terbarukan secara global.
Menstimulus target 10 tahunan itu, P&G mengurangi penggunaan air dan palm oil serta menerapkan proses produksi dan operasional usaha yang eco-friendly.
Hasilnya hingga Agustus 2020, data internal P&G menunjukkan setengah dari target komitmen sudah terlampaui. Mereka berhasil kurangi 25 persen efek rumah kaca, 21 persen penggunaan energi, serta meningkatkan kesadaran mendaur ulang kemasan bekas barang-barang kebutuhan hingga 92 persen. (Baca juga: Pandemi, Jangan Stop Vaksin Anak)
Di Indonesia, P&G pun turut melaksanakan komitmen menjaga kelestarian lingkungan tersebut. Lebih dari 30 tahun berada di Indonesia, P&G menerapkan sustainability di proses produksi, dengan menerapkan prinsip responsible consumption.
Prinsip tersebut diimplementasikan dalam program perbaikan berkelanjutan, mulai dari efisiensi penggunaan air dan energi dalam kegiatan sehari-hari di pabrik, hingga menerapkan zero waste to landfill.
Khusus pengurangan energi, pabrik di Karawang sudah berhasil mengurangi energy footprint lebih dari 90 persen dengan pengurangan year-on-year (YoY) sebesar 9 persen dari tahun sebelumnya. (Baca juga: Miris, UU Ciptaker Tempatkan Pendidikan Sebagai Komoditas yang Diperdagangkan)
“Pabrik P&G di Karawang yang tersertifikasi Leadership in Energy and Environmental Design (LEED) dari US Green Building Council, sejak 2012 gunakan sensor akan mendeteksi dan lampu otomatis mati jika tidak ada aktivitas pergerakan di dalam ruangan, dan 21% air untuk produksi dan kegiatan operasional di pabrik juga merupakan hasil daur ulang,” sebut Senior Director P&G Indonesia Bharath Seshadri
Selain itu, Barath melanjutkan, dalam proses produksi pun pabrik di Karawang tidak lagi memakai solar sebagai bahan bakar mesin boiler, dan beralih menggunakan gas bumi dari Perusahaan Gas Negara (PGN) yang memiliki emisi CO2 yang jauh lebih rendah dibanding solar.
Dalam program penghijauan di dalam lingkungan pabrik, pabrik P&G Karawang menggunakan tanaman herbal di kew garden dalam proses pembuatan essence untuk sampo atau pewangi pakaian.
Selanjutnya, dalam program inovasi pengemasan (packaging innovation), P&G Indonesia telah mengurangi penggunaan plastik pada kemasan sachet dan botol. “Di 2021 recycle sampah plastik dari laut untuk kemasan sampo akan mulai diperkenalkan,” ucap Corporate Communications P&G Indonesia Dinda Kusuma Wardani.
Dinda melanjutkan, saat ini P&G tengah berupaya mencari partner daur ulang yang dapat memproduksi kemasan plastik dari laut sesuai standar brand P&G. (Lihat videonya: Pedagang Tanaman Hias Raup Untung Ditengah Pandemi covid-19)
Tak hanya sampai di situ, untuk membawa dampak yang lebih besar, P&G Indonesia juga bekerja sama dengan Pemprov Jawa Barat dan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) untuk menyediakan segregated waste bin di sekolah-sekolah untuk mempermudah proses reduce, reuse, dan recycle sampah. (Mg1)
(ysw)