Pandemi Membuat BUMN Rugi Makin Banyak, Terbesar di Jiwasraya

Rabu, 14 Oktober 2020 - 12:55 WIB
loading...
A A A
Akibatnya sepanjang Semester I-2020 KAI harus menanggung rugi Rp 1,35 triliun. Kinerja keuangan yang minus ini disumbang oleh melorotnya pendapatan dari Rp 12,1 triliun pada periode yang sama tahun lalu menjadi hanya Rp 7,4 triliun pada pada paruh pertama tahun ini.

Sedangkan beban usaha pada Juni 2020 tercatat menurun sebesar Rp 1,15 triliun dari sebelumnya Rp 1,4 triliun. Didiek menjelaskan pendapatan dari sisi penumpang menyumbang pemasukan terbesar bagi arus kas. Tak dimungkiri, saat penumpang melorot, pendapatan perseroan turut menukik turun.

Angkasa Pura I dan II
Pembatasan gerak penduduk akibat pemberlakukan PSBB juga membawa dampak bagi pengelola Bandara. Kinerja BUMN pengelola Bandara yakni PT Angkasa Pura I (Persero) dan PT Angkasa Pura II (Persero) pun merosot, hingga membukukan rugi.

PT Angkasa Pura I (AP I) mengelola memiliki 15 Bandara, salah satu yang terbesar adalah Bandara Ngurah Rai di Denpasar, Bali. Sedangkan AP II mengurus 19 bandara, termasuk Bandara Soekarno-Hatta.
AP I sepanjang Semester I-2020, membukukan laporan keuangan negatif , Rp 1,16 triliun. Sebagai perbandingan pada Semester I-2019, BUMN ini masih mencatatkan laba bersih Rp 719,27 miliar. Begitu juga dengan pendapatan usaha, baik aeronautika dan non-aeronautika, turun dari Rp 3,98 triliun di Semester I 2019 menjadi Rp 2,21 triliun di Semester I 2020.

Kondisi serupa juga dialami oleh PT Angkasa Pura II. BUMN pengelola bandara ini rugi Rp 838,26 miliar sepanjang Semester I-2020. Angka ini bertolak belakang dengan kondisi di periode yang sama tahun 2019. Saat itu AP II masih mampu mencetak laba bersih Rp 363,17 miliar.

Pendapatan AP II memang turun, dari Rp 4,43 triliun di Semester I-2019 menjadi Rp 3,21 triliun di Semester I-2020. Pendapatan dari sektor Aeronautika seperti jasa pelayanan penumpang, jasa pendaratan, pemakaian counter, pemakaian aviobridge, jasa penempatan, dan parkir pesawat turun 50,6%.

Untuk, pendapatan nonaeronautika seperti konsesi, sewa ruangan, utilitas, pemasangan iklan, sewa tanah, hingga jasa kargo naik 9,6%. Saat operasional bandara tidak maksimal, beban usaha justru naik. Beban usaha meningkat dari Rp 3,52 triliun di semester I 2019 menjadi Rp 3,60 triliun di semester I 2020.

Perum Bulog

Sebagai perusahaan negara yang ada di garda terdepan dalam menjaga ketahanan pangan nasional, Perusahaan Umum Badan Urusan Logistik (Perum Bulog), memang sulit untuk untung. Sebgai Perum Bulog punya tugas untuk menyerap hasil panen padi petani sebanyak-banyaknya, dan menyalurknnya ke pasar saat harga beras mulai naik. Untuk membiayai penugasan itu, Bulog pun harus berhutang kepada perbankan.

Tak pelak, menurut Direktur Utama Bulog Budi Waseso, hingga akhir tahun 2019 lalu, akumulasi hutang BUMN ini mencapai Rp 28 Triliun. Padahal ekuitas Bulog hanya sekitar 10,8 triliun (2018). Lalu berdasarkan laporan keuangan 2018, tercatat kerugian yang harus ditanggung oleh Bulog mencapai Rp 961,78 miliar.
Adapun sepanjang Januari-September 2019 tercatat kerugian sebesar Rp 955 miliar dari segmen Public Service Obligation (PSO) atau penugasan pemerintah. Pada tahun 2017 dan 2016 Bulog masih untung masing-masing Rp705 miliar dan Rp892 miliar.
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2755 seconds (0.1#10.140)