Sri Mulyani Berbagi Pengalaman Bagaimana RI Peduli Isu Perubahan Iklim
loading...
A
A
A
JAKARTA - Pemerintah Indonesia memiliki komitmen yang sangat tinggi untuk menangani isu perubahan iklim. Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani menerangkan, global emisi gas rumah kaca sudah berkurang di tengah pandemi Covid-19.
"Isu iklim sangatlah penting untuk masa depan umat manusia. World Meteorogical Organization (Organisasi Meteorologi Dunia) mencatat berkurangnya global emisi gas rumah kaca hingga 6% selama pandemi," kata Sri Mulyani dalam lama Kemenkeu, Rabu (14/10/2020).
(Baca Juga: Wow, Butuh Rp3.500 Triliun Bagi Indonesia untuk Turunkan 314 Juta Ton Emisi CO2 )
Dia melanjutkan, kondisi ini merupakan sebuah kesempatan mereformasi pembangunan agar lebih hijau dan ramah lingkungan, sehingga isu perubahan iklim dapat dikurangi risikonya di masa depan.
"Saya berbagi pengalaman bagaimana Indonesia sangat peduli dan serius dalam menangani isu perubahan iklim. Pada tahun 2007, Indonesia menjadi tuan rumah pertama acara konferensi Perubahan Iklim di Bali, yang mengajak seluruh negara untuk mengambil langkah serius akan isu iklim," katanya.
(Baca Juga: Menko Luhut Ungkap Kekuatan Indonesia dari Sektor Kehutanan )
Dia mengatakan perubahan iklim masuk ke dalam pengelolaan keuangan publik, Kementerian Keuangan telah mengembangkan mekanisme Climate Budget Tagging (CBT) dan sudah mengintegrasikan ke Perencanaan dan Penganggaran Nasional sejak tahun 2016.
"CBT ini menjadi dasar dalam mengalokasikan sekitar 3,9% setiap tahun dari alokasi anggaran 2016-2020 untuk climate change secara konsisten. Anggaran ini bisa menjangkau sekitar 34% dari pembiayaan yang dibutuhkan untuk mencapai target Nationally Determined Contribution (NDC)," tandasnya.
"Isu iklim sangatlah penting untuk masa depan umat manusia. World Meteorogical Organization (Organisasi Meteorologi Dunia) mencatat berkurangnya global emisi gas rumah kaca hingga 6% selama pandemi," kata Sri Mulyani dalam lama Kemenkeu, Rabu (14/10/2020).
(Baca Juga: Wow, Butuh Rp3.500 Triliun Bagi Indonesia untuk Turunkan 314 Juta Ton Emisi CO2 )
Dia melanjutkan, kondisi ini merupakan sebuah kesempatan mereformasi pembangunan agar lebih hijau dan ramah lingkungan, sehingga isu perubahan iklim dapat dikurangi risikonya di masa depan.
"Saya berbagi pengalaman bagaimana Indonesia sangat peduli dan serius dalam menangani isu perubahan iklim. Pada tahun 2007, Indonesia menjadi tuan rumah pertama acara konferensi Perubahan Iklim di Bali, yang mengajak seluruh negara untuk mengambil langkah serius akan isu iklim," katanya.
(Baca Juga: Menko Luhut Ungkap Kekuatan Indonesia dari Sektor Kehutanan )
Dia mengatakan perubahan iklim masuk ke dalam pengelolaan keuangan publik, Kementerian Keuangan telah mengembangkan mekanisme Climate Budget Tagging (CBT) dan sudah mengintegrasikan ke Perencanaan dan Penganggaran Nasional sejak tahun 2016.
"CBT ini menjadi dasar dalam mengalokasikan sekitar 3,9% setiap tahun dari alokasi anggaran 2016-2020 untuk climate change secara konsisten. Anggaran ini bisa menjangkau sekitar 34% dari pembiayaan yang dibutuhkan untuk mencapai target Nationally Determined Contribution (NDC)," tandasnya.
(akr)