Program Biodiesel Dukung Ketahanan Energi Nasional
loading...
A
A
A
JAKARTA - Pemanfaatan sumber bahan baku dari dalam negeri dapat mengurangi impor minyak yang pada akhirnya akan mengurangi defisit neraca perdagangan. Salah satu sumber energi yang akan terus dikembangkan adalah biofuel berbasis minyak sawit mentah (CPO).
Ketua Harian Asosiasi Produsen Biodiesel Indonesia (Aprobi) Paulus Tjakrawan mengatakan, penggunaan biodiesel di Indonesia merupakan fakta bahwa Indonesia telah menjadi net importir minyak bumi sejak tahun 2003-2004.
"Lifting minyak Indonesia terus turun. Hingga tahun 2019, lifting minyak hanya 746.000 barel per hari. Sementara konsumsi minyak mencapai 1,44 juta barel per hari. Artinya, separuh kebutuhan minyak kita harus dipenuhi impor," ujarnya dalam webinar, Kamis (22/10/2020).
( )
Paulus melanjutkan, konsumsi minyak Indonesia sebenarnya belum begitu besar jika dibandingkan dengan negara Malaysia, Thailand, dan Jepang. Namun, untuk menjadi negara maju seperti mereka maka akan membutuhkan penggunaan energi yang besar. "Intinya jika kita ingin menjadi negara semaju mereka butuh peningkatan penggunaan energi," ungkapnya.
Menurut dia, penggunaan biodiesel di Indonesia sudah berjalan sejak tahun 2006. Sementara di dunia, penggunaan biofuel juga terus meningkat dalam 10 tahun terakhir terutama di Asia Pasifik. "Indonesia memang mendorong penggunaan biofuel di Asia Pasifik. Di negara lain seperti Amerika juga meningkat," tuturnya.
Paulus menuturkan, penggunaan biodiesel juga tidak lepas dari tuntutan penurunan emisi gas rumah sesuai kesepakatan dalam Protokol Kyoto. Bahkan Indonesia mempunyai target pemenuhan bauran Energi baru terbarukan (EBT) pada bauran energi nasional sebesar 23% di tahun 2025 dan 31% pada 2050.
( )
Pada tahun 2019, biodiesel Indonesia telah mengurangi emisi dari minyak solar sebesar 15% atau setara dengan 17,5 juta ton CO2 equivalent. Sementara produksi biodiesel untuk domestik pada tahun 2019 sebesar 6,39 juta KL.
"Jadi produksi sawit ini mempunyai potensi besar dalam mewujudkan ketahanan energi. Di sisi lain, penggunaan biodiesel juga menghemat devisa sekitar Rp50 triliun pada tahun 2019," tuturnya.
Ketua Harian Asosiasi Produsen Biodiesel Indonesia (Aprobi) Paulus Tjakrawan mengatakan, penggunaan biodiesel di Indonesia merupakan fakta bahwa Indonesia telah menjadi net importir minyak bumi sejak tahun 2003-2004.
"Lifting minyak Indonesia terus turun. Hingga tahun 2019, lifting minyak hanya 746.000 barel per hari. Sementara konsumsi minyak mencapai 1,44 juta barel per hari. Artinya, separuh kebutuhan minyak kita harus dipenuhi impor," ujarnya dalam webinar, Kamis (22/10/2020).
( )
Paulus melanjutkan, konsumsi minyak Indonesia sebenarnya belum begitu besar jika dibandingkan dengan negara Malaysia, Thailand, dan Jepang. Namun, untuk menjadi negara maju seperti mereka maka akan membutuhkan penggunaan energi yang besar. "Intinya jika kita ingin menjadi negara semaju mereka butuh peningkatan penggunaan energi," ungkapnya.
Menurut dia, penggunaan biodiesel di Indonesia sudah berjalan sejak tahun 2006. Sementara di dunia, penggunaan biofuel juga terus meningkat dalam 10 tahun terakhir terutama di Asia Pasifik. "Indonesia memang mendorong penggunaan biofuel di Asia Pasifik. Di negara lain seperti Amerika juga meningkat," tuturnya.
Paulus menuturkan, penggunaan biodiesel juga tidak lepas dari tuntutan penurunan emisi gas rumah sesuai kesepakatan dalam Protokol Kyoto. Bahkan Indonesia mempunyai target pemenuhan bauran Energi baru terbarukan (EBT) pada bauran energi nasional sebesar 23% di tahun 2025 dan 31% pada 2050.
( )
Pada tahun 2019, biodiesel Indonesia telah mengurangi emisi dari minyak solar sebesar 15% atau setara dengan 17,5 juta ton CO2 equivalent. Sementara produksi biodiesel untuk domestik pada tahun 2019 sebesar 6,39 juta KL.
"Jadi produksi sawit ini mempunyai potensi besar dalam mewujudkan ketahanan energi. Di sisi lain, penggunaan biodiesel juga menghemat devisa sekitar Rp50 triliun pada tahun 2019," tuturnya.
(ind)