Genjot Belanja Akhir Tahun
loading...
A
A
A
Walaupun ada tren pertumbuhan positif, harapan Presiden Jokowi agar angka pertumbuhan investasi bisa melonjak gagal terwujud. Pasalnya, pertumbuhan investasi di kuartal ketiga ini diperkirakan masih akan di angka lebih dari minus 5%, bahkan bisa mencapai angka minus 6%. “Jadi, investasi kita juga di kuartal ketiga minusnya masih di atas lima. Tapi, kita tunggu hitung-hitungan dari BPS. Kurang lebih enam minus,” sebutnya.
Jokowi mengaku sebenarnya sudah mewanti-wanti Menko Kemaritiman dan Investasi (Marinves) Luhut Binsar Pandjaitan dan Kepala BKPM Bahlil Lahadalia agar investasi tumbuh di bawa minus 5%. Namun, target tersebut belum dapat dipenuhi. Karena itu, dia pun meminta agar hal ini didorong pada kuartal IV dan I/2021.
“Karena itu, agar ini dikejar di kuartal keempat dan kuartal pertama. Bulan Januari, Februari, Maret sudah mulai bergerak lagi,” ujarnya. (Baca juga: 49 Hari Operasi Yustisi, Tim Gabungan Tindak 10 Juta Pelanggar)
Perlu diketahui, target investasi di bawah 5% disampaikan Jokowi pada rapat terbatas akhir Agustus lalu. Saat itu dia mengatakan bahwa salah satu langkah untuk mendongkrak pertumbuhan ekonomi adalah investasi.
Untuk itu, dia meminta agar Menko Marinves Luhut Binsar Pandjaitan menjaga angka pertumbuhan investasi Indonesia agar tidak semakin merosot. “Jangan sampai investasi itu tumbuhnya minus di atas 5%,” katanya saat membuka rapat terbatas di Istana Merdeka (24/8/2020).
Sebagai informasi saat itu pertumbuhan investasi Indonesia ada di minus 8%. Dia mengatakan tidak masalah jika memang belum dapat plus, tapi jangan melebihi angka toleransinya yakni minus 5%. “Usahakan betul-betul bisa. Kalau tidak bisa plus, ya jangan sampai di atas 5% minusnya. Kuncinya di situ,” ucap Jokowi.
Pada rapat tersebut Jokowi bahkan mengaku sudah berbicara dengan Kepala BKPM Bahlil Lahadalia terkait peningkatan sektor investasi Indonesia. Dia menyebut Bahlil menyanggupi merealisasikan target investasi sebesar Rp.213 triliun. “Kepala BKPM Pak Bahlil sudah menyanggupi Rp213 triliun untuk betul-betul terealisasi sehingga bisa mendongkrak growth kita,” katanya. (Baca juga: Harga Cabai Makin Pedas, Daya Beli Bisa Amblas)
Di sela-sela rendahnya investasi, ada kabar baik dari Amerika Serikat (AS). Apa gerangan? Jokowi mengungkapkan Indonesia telah mendapatkan perpanjangan pemberian fasilitas bebas bea masuk atau generalized system of preferences (GSP) oleh Amerika Serikat (AS). Menurutnya, Indonesia merupakan satu-satunya negara di Asia yang mendapatkan perpanjangan.
Sebelumnya AS sempat akan mengeluarkan Indonesia sebagai penerima GSP karena dianggap sudah bukan lagi negara berkembang. Namun, kemarin Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) memastikan AS akan memperpanjangnya.
“Ini menjadi kesempatan karena kita adalah satu-satunya negara di Asia yang mendapatkan fasilitas ini. Dan, kita harapkan ekspor kita akan bisa naik melompat karena fasilitas GSP diberikan kepada kita,” katanya.
Jokowi mengaku sebenarnya sudah mewanti-wanti Menko Kemaritiman dan Investasi (Marinves) Luhut Binsar Pandjaitan dan Kepala BKPM Bahlil Lahadalia agar investasi tumbuh di bawa minus 5%. Namun, target tersebut belum dapat dipenuhi. Karena itu, dia pun meminta agar hal ini didorong pada kuartal IV dan I/2021.
“Karena itu, agar ini dikejar di kuartal keempat dan kuartal pertama. Bulan Januari, Februari, Maret sudah mulai bergerak lagi,” ujarnya. (Baca juga: 49 Hari Operasi Yustisi, Tim Gabungan Tindak 10 Juta Pelanggar)
Perlu diketahui, target investasi di bawah 5% disampaikan Jokowi pada rapat terbatas akhir Agustus lalu. Saat itu dia mengatakan bahwa salah satu langkah untuk mendongkrak pertumbuhan ekonomi adalah investasi.
Untuk itu, dia meminta agar Menko Marinves Luhut Binsar Pandjaitan menjaga angka pertumbuhan investasi Indonesia agar tidak semakin merosot. “Jangan sampai investasi itu tumbuhnya minus di atas 5%,” katanya saat membuka rapat terbatas di Istana Merdeka (24/8/2020).
Sebagai informasi saat itu pertumbuhan investasi Indonesia ada di minus 8%. Dia mengatakan tidak masalah jika memang belum dapat plus, tapi jangan melebihi angka toleransinya yakni minus 5%. “Usahakan betul-betul bisa. Kalau tidak bisa plus, ya jangan sampai di atas 5% minusnya. Kuncinya di situ,” ucap Jokowi.
Pada rapat tersebut Jokowi bahkan mengaku sudah berbicara dengan Kepala BKPM Bahlil Lahadalia terkait peningkatan sektor investasi Indonesia. Dia menyebut Bahlil menyanggupi merealisasikan target investasi sebesar Rp.213 triliun. “Kepala BKPM Pak Bahlil sudah menyanggupi Rp213 triliun untuk betul-betul terealisasi sehingga bisa mendongkrak growth kita,” katanya. (Baca juga: Harga Cabai Makin Pedas, Daya Beli Bisa Amblas)
Di sela-sela rendahnya investasi, ada kabar baik dari Amerika Serikat (AS). Apa gerangan? Jokowi mengungkapkan Indonesia telah mendapatkan perpanjangan pemberian fasilitas bebas bea masuk atau generalized system of preferences (GSP) oleh Amerika Serikat (AS). Menurutnya, Indonesia merupakan satu-satunya negara di Asia yang mendapatkan perpanjangan.
Sebelumnya AS sempat akan mengeluarkan Indonesia sebagai penerima GSP karena dianggap sudah bukan lagi negara berkembang. Namun, kemarin Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) memastikan AS akan memperpanjangnya.
“Ini menjadi kesempatan karena kita adalah satu-satunya negara di Asia yang mendapatkan fasilitas ini. Dan, kita harapkan ekspor kita akan bisa naik melompat karena fasilitas GSP diberikan kepada kita,” katanya.