Berharap ke Konsumsi Orang Tajir Saat Resesi Datang
loading...
A
A
A
"Komisi XI sudah sering menyampaikan secara langsung kepada Menteri Keuangan tentang pentingnya pemerintah menjaga daya beli, karena sampai sekarang konsumsi masih menjadi faktor utama penopang ekonomi kita," ujar dia.
Untuk itu, agar dapat membantu konsumsi masyarakat yang sedang anjlok, Anis bilang konsumsi pemerintah mesti didorong agar memberikan dampak yang maksimal terhadap pertumbuhan ekonomi.
Seperti diketahui, Indonesia resmi dinyatakan mengalami resesi setelah Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi terkontraksi dua kuartal berturut-turut. Pertumbuhan ekonomi Indonesia terkontraksi minus 3,49% (yoy) pada kuartal III-2020 setelah sebelumnya, terkontraksi minus 5,32% (yoy) pada kuartal II-2020.
(Baca Juga: Hey Orang Tajir! Yuk Bantu Ekonomi Indonesia, Jangan Cuman Disimpen Duitnya )
Salah satu biang kerok pertumbuhan ekonomi Indonesia yang anjlok diyakini karena daya beli masih lemah. Data BPS menunjukkan, konsumsi rumah tangga masih terkontraksi minus 4,04% (yoy) pada kuartal III tahun ini.
Konsumsi rumah tangga pada kuartal II 2020 juga sempat menyentuh di level minus 5,52% (yoy). Meski demikian, konsumsi rumah tangga kuartal III-2020 dinyatakan lebih baik dari kuartal sebelumnya, yakni tumbuh 4,70% (qtq).
Sementara, kontribusi sektor konsumsi rumah tangga pada kuartal III 2020 masih menjadi yang tertinggi dengan bobot sekitar 57% dari PDB. Akibatnya, konsumsi rumah tangga juga menjadi sumber kontraksi bagi perekonomian sekitar minus 2,17%.
Untuk itu, agar dapat membantu konsumsi masyarakat yang sedang anjlok, Anis bilang konsumsi pemerintah mesti didorong agar memberikan dampak yang maksimal terhadap pertumbuhan ekonomi.
Seperti diketahui, Indonesia resmi dinyatakan mengalami resesi setelah Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi terkontraksi dua kuartal berturut-turut. Pertumbuhan ekonomi Indonesia terkontraksi minus 3,49% (yoy) pada kuartal III-2020 setelah sebelumnya, terkontraksi minus 5,32% (yoy) pada kuartal II-2020.
(Baca Juga: Hey Orang Tajir! Yuk Bantu Ekonomi Indonesia, Jangan Cuman Disimpen Duitnya )
Salah satu biang kerok pertumbuhan ekonomi Indonesia yang anjlok diyakini karena daya beli masih lemah. Data BPS menunjukkan, konsumsi rumah tangga masih terkontraksi minus 4,04% (yoy) pada kuartal III tahun ini.
Konsumsi rumah tangga pada kuartal II 2020 juga sempat menyentuh di level minus 5,52% (yoy). Meski demikian, konsumsi rumah tangga kuartal III-2020 dinyatakan lebih baik dari kuartal sebelumnya, yakni tumbuh 4,70% (qtq).
Sementara, kontribusi sektor konsumsi rumah tangga pada kuartal III 2020 masih menjadi yang tertinggi dengan bobot sekitar 57% dari PDB. Akibatnya, konsumsi rumah tangga juga menjadi sumber kontraksi bagi perekonomian sekitar minus 2,17%.
(akr)