Surplus Nggak Ngaruh, RI Diramal Masih Resesi hingga Akhir Tahun

Senin, 16 November 2020 - 15:19 WIB
loading...
Surplus Nggak Ngaruh,...
Kendati neraca perdagangan surplus, ekonomi diramalkan masih akan resesi hingga akhir kuartal IV/2020 nanti. Foto/Ilustrasi
A A A
JAKARTA - Ekonom Bank Permata Josua Pardede mengatakan neraca perdagangan bulan Oktober yang surplus USD3,61 miliar, melanjutkan surplus di bulan sebelumnya yang tercatat sebesar USD2,39 miliar, belum mampu mengangkat pertumbuhan ekonomi . Dia memperkirakan Indonesia masih akan mengalami pertumbuhan ekonomi negatif di kuartal IV ini.

"Dengan beberapa high frequency data pada awal kuartal IV/2020 ini, termasuk data neraca perdagangan yang mengalami surplus besar, terdapat indikasi awal bahwa pertumbuhan ekonomi masih mengalami laju tahunan yang negatif," kata Josua saat dihubungi SINDOnews, Senin (16/11/2020).

(Baca Juga: Pasca-Resesi, Ekonomi Akan Lebih Mudah Tumbuh Tahun Depan)

Dia mengatakan, peningkatan surplus perdagangan bulan Oktober dipengaruhi oleh laju bulanan impor yang terkontraksi 6,8% (month of month/mom). Sementara laju bulanan ekspor cenderung meningkat 3,1% (mom).

Sementara neraca perdagangan non-migas tercatat surplus USD4,1 miliar, yang merupkan surplus tertinggi sejak 2008, dimana ekspor non-migas menunjukkan tren peningkatan sejalan dengan pemulihan ekonomi dari negara tujuan ekspor seperti Zona Euro, AS, Jepang, China, India dan global yang terkonfirmasi oleh tren peningkatan aktivitas manufakturnya.

"Volume ekspor non-migas pada bulan Oktober tercatat naik 8,8% meskipun masih membukukan laju pertumbuhan tahunan yang negatif. Pemulihan ekonomi global tersebut juga turut mendorong kenaikan permintaan komoditas sedemikian sehingga mendorong kenaikan harga komoditas seperti CPO yang naik sekitar 15,4% (ytd), harga karet alam naik 8,7% (ytd) dan nikel naik 13,3% (ytd)," katanya.

(Baca Juga: Lagi dan Lagi, Neraca Dagang Oktober Kembali Surplus USD3,61 Miliar)

Selain itu impor non-migas belum menunjukkan tren perbaikan yang mengindikasikan kebutuhan impor terutama impor bahan baku masih cenderung rendah mempertimbangkan kondisi kapasitas produksi yang belum pulih sejak pandemi Covid-19.

Hal tersebut terindikasi dari aktivitas manufaktur Indonesia bulan Oktober yang masih tercatat dalam fase kontraktif (<50). Volume impor non-migas pada bulan Oktober tercatat turun 5,9% (mom). Kapasitas produksi yang belum mengindikasikan perbaikan yang signfikan tersebut, merefleksikan sisi permintaan perekonomian yang masih lemah.
(fai)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1676 seconds (0.1#10.140)