Pandemi Tak Hentikan Minat Beli Rumah FLPP
loading...
A
A
A
JAKARTA - Pandemi Covid-19 telah meruntuhkan banyak sektor industri, kecuali bisnis rumah subsidi dengan skema Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP). Minat masyarakat untuk punya rumah dengan KPR FLPPP sangat tinggi. Hal tersebut membuat target kuota FLPP tahun 2020 telah terpenuhi di bulan November ini.
Tingginya minat masyarakat untuk memiliki rumah FLPP membuat Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (Kementerian PUPR) melalui Badan Layanan Umum Pusat Pengelolaan Dana Pembiayaan Perumahan (BLU PPDPP) berencana menambah kuota penyaluran dana FLPP. (Baca: Enam jenis Bisikan Setan yang Merasuki Manusia)
Direktur Utama PPDPP Arief Sabaruddin mengatakan, sebelumnya pemerintah menargetkan kuota penyaluran dana FLPP sepanjang tahun ini sebesar 102.500 unit hunian. Tercatat hingga Rabu (18/11), dana FLPP telah disalurkan sebanyak 102.665 unit senilai Rp10,52 triliun atau sebanyak 100,16% dari target yang ditetapkan pemerintah. Sementara jika dilihat dari nilai rupiah yang ditugaskan kepada PPDPP untuk menyalurkannya, masih terserap sebesar 95,66%.
“Masih ada dana FLPP sebesar 4,34% dari Rp11 triliun yang diamanatkan pemerintah kepada PPDPP sehingga kami optimistis di sisa tahun anggaran 2020 ini akan menyalurkan hingga 110 ribuan unit atau secara tepatnya menurut perhitungan mencapai 107.600 unit rumah,” kata Arief Sabaruddin, di Jakarta, kemarin.
Berdasarkan perjanjian kerja sama antara PPDPP dan 42 bank pelaksana, setiap bank memiliki kuota senilai rupiah dan total unit yang harus mereka realisasikan dalam tahun perjanjian. Dari kuota yang ditetapkan semua bank pelaksana sudah memenuhi kewajibannya. (Baca juga: Subsidi Gaji 2,4 Juta Guru Non-PNS Cair)
“Kami memberikan apresiasi kepada bank pelaksana yang sudah bekerja optimal dalam menyalurkan dana FLPP. Sisa anggaran yang masih ada akan segera direalisasikan lagi sehingga penyaluran tahun 2020 berada di atas target yang ditetapkan,” ujar Arief.
Dia pun menuturkan, untuk tahun 2021, BLU PPDPP menargetkan penyaluran dana FLPP sebanyak 157.500 unit rumah. Target tersebut meningkat sekitar 53,65% dibandingkan target penyaluran pembiayaan FLPP sepanjang tahun ini yang berada di angka 102.500 unit rumah.
Menurut Arief, dengan meningkatnya target yang ditetapkan oleh pemerintah untuk tahun 2021 sebesar 157.500 unit mengharuskan semua bank pelaksana bekerja ekstra lebih keras dibandingkan dengan tahun 2020.
Arief juga menegaskan kepada bank pelaksana yang akan bekerja sama tahun 2021 mendatang harus lebih memperhatikan kualitas rumah dan ketepatan sasaran dari penyaluran dana FLPP. (Baca juga: Bali Destinasi Bulan Madu Terbaik di Dunia)
Dihubungi terpisah, Direktur PT Bank Tabungan Negara Tbk (BTN) Nixon LP Napitupulu mengakui jika perseroan sangat mengharapkan adanya tambahan kuota kredit pemilikan rumah (KPR) subsidi, baik melalui skema FLPP, subsidi selisih bunga (SSB) maupun skema KPR Bantuan Pembiayaan Perumahan Berbasis Tabungan (BP2BT).
“Karena kita sangat meyakini permintaan KPR subsidi tahun 2021 akan lebih tinggi dari 2020,” sebut Nixon.
Menurut Nixon, sudah sewajarnya kuota FLPP ditambah karena pertumbuhan di sektor perumahan akan mendorong naiknya pertumbuhan industri pendukung dan penyerapan tenaga kerja kembali. “BTN siap menyerap tambahan kuota FLPP,” katanya.
Hingga kuartal III/2020, BTN berhasil menyalurkan kredit dan pembiayaan sebesar Rp254,91 triliun. Dari angka tersebut, KPR masih mendominasi, yakni senilai Rp196,51 triliun atau naik 1,39% year on year (yoy) dari Rp193,8 triliun pada kuartal III/2019. Dari total penyaluran KPR, porsi KPR subsidi mencapai Rp116,32 triliun atau lebih tinggi dibandingkan KPR nonsubsidi yang sebesar Rp80,18 triliun.
Sebelumnya, Direktur Utama TMA Group Tuti Mugiastuti mengatakan, sejak awal perjalanan Covid-19 hingga saat ini rumah subsidi masih banyak peminatnya. Dengan demikian, kondisi itu menjadi peluang bisnis yang sangat menarik. Apalagi, ditambah dengan bantuan adanya keringanan uang muka (DP). (Baca juga: Pemerintah Austria Kembali Putuskan untuk Lockdown Kedua)
"Potensi pasar masih tinggi sebab sekitar 80% masyarakat itu penghasilannya masih di bawah Rp4 juta. Makanya, perumahan subsidi adalah jawaban yang tepat," kata Tuti.
Meski demikian, lanjut dia, masih ada tantangan untuk perumahan kelas menengah dan menengah bawah. "Makanya, untuk menjawab itu, kami sebagai developer harus memberikan produk yang terbaik bagi masyarakat, seperti sediakan lokasi yang strategis dekat dengan kawasan industri dan berikan kepastian untuk memudahkan proses pembayaran," ungkap dia. (Heru Febrianto/Rakhmat Baihaqi/Kunthi Fahmar Sandy)
Tingginya minat masyarakat untuk memiliki rumah FLPP membuat Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (Kementerian PUPR) melalui Badan Layanan Umum Pusat Pengelolaan Dana Pembiayaan Perumahan (BLU PPDPP) berencana menambah kuota penyaluran dana FLPP. (Baca: Enam jenis Bisikan Setan yang Merasuki Manusia)
Direktur Utama PPDPP Arief Sabaruddin mengatakan, sebelumnya pemerintah menargetkan kuota penyaluran dana FLPP sepanjang tahun ini sebesar 102.500 unit hunian. Tercatat hingga Rabu (18/11), dana FLPP telah disalurkan sebanyak 102.665 unit senilai Rp10,52 triliun atau sebanyak 100,16% dari target yang ditetapkan pemerintah. Sementara jika dilihat dari nilai rupiah yang ditugaskan kepada PPDPP untuk menyalurkannya, masih terserap sebesar 95,66%.
“Masih ada dana FLPP sebesar 4,34% dari Rp11 triliun yang diamanatkan pemerintah kepada PPDPP sehingga kami optimistis di sisa tahun anggaran 2020 ini akan menyalurkan hingga 110 ribuan unit atau secara tepatnya menurut perhitungan mencapai 107.600 unit rumah,” kata Arief Sabaruddin, di Jakarta, kemarin.
Berdasarkan perjanjian kerja sama antara PPDPP dan 42 bank pelaksana, setiap bank memiliki kuota senilai rupiah dan total unit yang harus mereka realisasikan dalam tahun perjanjian. Dari kuota yang ditetapkan semua bank pelaksana sudah memenuhi kewajibannya. (Baca juga: Subsidi Gaji 2,4 Juta Guru Non-PNS Cair)
“Kami memberikan apresiasi kepada bank pelaksana yang sudah bekerja optimal dalam menyalurkan dana FLPP. Sisa anggaran yang masih ada akan segera direalisasikan lagi sehingga penyaluran tahun 2020 berada di atas target yang ditetapkan,” ujar Arief.
Dia pun menuturkan, untuk tahun 2021, BLU PPDPP menargetkan penyaluran dana FLPP sebanyak 157.500 unit rumah. Target tersebut meningkat sekitar 53,65% dibandingkan target penyaluran pembiayaan FLPP sepanjang tahun ini yang berada di angka 102.500 unit rumah.
Menurut Arief, dengan meningkatnya target yang ditetapkan oleh pemerintah untuk tahun 2021 sebesar 157.500 unit mengharuskan semua bank pelaksana bekerja ekstra lebih keras dibandingkan dengan tahun 2020.
Arief juga menegaskan kepada bank pelaksana yang akan bekerja sama tahun 2021 mendatang harus lebih memperhatikan kualitas rumah dan ketepatan sasaran dari penyaluran dana FLPP. (Baca juga: Bali Destinasi Bulan Madu Terbaik di Dunia)
Dihubungi terpisah, Direktur PT Bank Tabungan Negara Tbk (BTN) Nixon LP Napitupulu mengakui jika perseroan sangat mengharapkan adanya tambahan kuota kredit pemilikan rumah (KPR) subsidi, baik melalui skema FLPP, subsidi selisih bunga (SSB) maupun skema KPR Bantuan Pembiayaan Perumahan Berbasis Tabungan (BP2BT).
“Karena kita sangat meyakini permintaan KPR subsidi tahun 2021 akan lebih tinggi dari 2020,” sebut Nixon.
Menurut Nixon, sudah sewajarnya kuota FLPP ditambah karena pertumbuhan di sektor perumahan akan mendorong naiknya pertumbuhan industri pendukung dan penyerapan tenaga kerja kembali. “BTN siap menyerap tambahan kuota FLPP,” katanya.
Hingga kuartal III/2020, BTN berhasil menyalurkan kredit dan pembiayaan sebesar Rp254,91 triliun. Dari angka tersebut, KPR masih mendominasi, yakni senilai Rp196,51 triliun atau naik 1,39% year on year (yoy) dari Rp193,8 triliun pada kuartal III/2019. Dari total penyaluran KPR, porsi KPR subsidi mencapai Rp116,32 triliun atau lebih tinggi dibandingkan KPR nonsubsidi yang sebesar Rp80,18 triliun.
Sebelumnya, Direktur Utama TMA Group Tuti Mugiastuti mengatakan, sejak awal perjalanan Covid-19 hingga saat ini rumah subsidi masih banyak peminatnya. Dengan demikian, kondisi itu menjadi peluang bisnis yang sangat menarik. Apalagi, ditambah dengan bantuan adanya keringanan uang muka (DP). (Baca juga: Pemerintah Austria Kembali Putuskan untuk Lockdown Kedua)
"Potensi pasar masih tinggi sebab sekitar 80% masyarakat itu penghasilannya masih di bawah Rp4 juta. Makanya, perumahan subsidi adalah jawaban yang tepat," kata Tuti.
Meski demikian, lanjut dia, masih ada tantangan untuk perumahan kelas menengah dan menengah bawah. "Makanya, untuk menjawab itu, kami sebagai developer harus memberikan produk yang terbaik bagi masyarakat, seperti sediakan lokasi yang strategis dekat dengan kawasan industri dan berikan kepastian untuk memudahkan proses pembayaran," ungkap dia. (Heru Febrianto/Rakhmat Baihaqi/Kunthi Fahmar Sandy)
(ysw)