Jangan Sampai Kelebihan Impor, Angka Stok Gula Akhir Tahun Harus Dihitung Cermat
loading...
A
A
A
JAKARTA-Pemeritah dan kalangan dunia usaha masih menghitung angka pasti keberadaan stok gula nasional pada akhir tahun.
Perhitungan stok gula nasional di akhir tahun menjadi penting untuk menentukan rencana pemenuhan kebutuhan gula pada tahun depan.
Direktur Eksekutif Asosiasi Gula Indonesia (AGI) Budi Hidayat mengatakan stok akhir tahun akan menjadi saldo awal dari neraca gula awal tahun.
"Baru nanti dihitung berapa jumlah produksi dalam negeri dan kebutuhan gula nasional. Dari situ akan ditentukan bagaimana pemenuhannya, apakah bisa mencukupi dari dalam negeri atau harus impor. Biasanya kita selama ini memenuhi kebutuhan lewat impor," kata Budi saat dihubungi Sabtu (21/11).
(Baca juga:Mentan Sebut Importir Itu Seperti Dagang Kertas: Dapat Uang Banyak tanpa Keringat)
AGI sendiri memperkirakan jumlah stok gula pada akir tahun mencapai 1,4 juta ton. Adapun Kementerian Pertanian 1,7 juta ton, sementara Kementerian Perdagangan 900.000 ton.
Total produksi gula dalam negeri diperkirakan mencapai 2,2 juta hingga 2,5 juta ton. Adapun angka kebutuhan konsumsi mencapai 3 juta ton.
"Tahun ini agak istimewa karena kelihatannya konsumsi gula menurun akibat adanya pandemi. Realisasinya hanya di kisaran 2,7 juta ton," ujarnya.
Menyinggung adanya rencana pemerintah guna membuka keran impor gula oleh pelaku industri makanan dan minuman, Budi mengatakan bahwa hal itu harus diperhitungkan secara matang. Sebab itu akan berdampak pada pabrik pengolahan gula di tanah air dan juga petani tebu.
"Kalau nanti industri bisa impor langsung, nanti pabrik gula giling apa. Belum lagi hal itu akan mempengaruhi harga tebu milik petani," jelasnya.
Sebab harga gula impor pasti jauh lebih murah ketimbang produksi dalam negeri. Sehingga mau tidak mau akhirnya akan menekan harga gula produksi dalam negeri. Dan ujung-ujungnya harga tebu petani akan tertekan juga.
"Jadi harus dilihat lagi pada kebijakan awal mengapa dulu dibuat industri pengolahan gula dalam negeri. Kalau semua bisa mengimpor bisa kontraproduktif," tandanya.
Tambahan lagi, timbul masalah baru dalam pengawasan impor bila diberikan kepada banyak pihak. Tanpa pengawasan yang ketat, bisa saja gula impor itu akan merembes menjadi gula konsumsi. Dan itu menimbulkan tekanan lagi terhadap petani.
Perhitungan stok gula nasional di akhir tahun menjadi penting untuk menentukan rencana pemenuhan kebutuhan gula pada tahun depan.
Direktur Eksekutif Asosiasi Gula Indonesia (AGI) Budi Hidayat mengatakan stok akhir tahun akan menjadi saldo awal dari neraca gula awal tahun.
"Baru nanti dihitung berapa jumlah produksi dalam negeri dan kebutuhan gula nasional. Dari situ akan ditentukan bagaimana pemenuhannya, apakah bisa mencukupi dari dalam negeri atau harus impor. Biasanya kita selama ini memenuhi kebutuhan lewat impor," kata Budi saat dihubungi Sabtu (21/11).
(Baca juga:Mentan Sebut Importir Itu Seperti Dagang Kertas: Dapat Uang Banyak tanpa Keringat)
AGI sendiri memperkirakan jumlah stok gula pada akir tahun mencapai 1,4 juta ton. Adapun Kementerian Pertanian 1,7 juta ton, sementara Kementerian Perdagangan 900.000 ton.
Total produksi gula dalam negeri diperkirakan mencapai 2,2 juta hingga 2,5 juta ton. Adapun angka kebutuhan konsumsi mencapai 3 juta ton.
"Tahun ini agak istimewa karena kelihatannya konsumsi gula menurun akibat adanya pandemi. Realisasinya hanya di kisaran 2,7 juta ton," ujarnya.
Menyinggung adanya rencana pemerintah guna membuka keran impor gula oleh pelaku industri makanan dan minuman, Budi mengatakan bahwa hal itu harus diperhitungkan secara matang. Sebab itu akan berdampak pada pabrik pengolahan gula di tanah air dan juga petani tebu.
"Kalau nanti industri bisa impor langsung, nanti pabrik gula giling apa. Belum lagi hal itu akan mempengaruhi harga tebu milik petani," jelasnya.
Sebab harga gula impor pasti jauh lebih murah ketimbang produksi dalam negeri. Sehingga mau tidak mau akhirnya akan menekan harga gula produksi dalam negeri. Dan ujung-ujungnya harga tebu petani akan tertekan juga.
"Jadi harus dilihat lagi pada kebijakan awal mengapa dulu dibuat industri pengolahan gula dalam negeri. Kalau semua bisa mengimpor bisa kontraproduktif," tandanya.
Tambahan lagi, timbul masalah baru dalam pengawasan impor bila diberikan kepada banyak pihak. Tanpa pengawasan yang ketat, bisa saja gula impor itu akan merembes menjadi gula konsumsi. Dan itu menimbulkan tekanan lagi terhadap petani.
(bai)