Jangan Kebelet Ekonomi Tumbuh, Buruan Serap Anggaran dan Yakinkan Vaksin Ampuh
loading...
A
A
A
JAKARTA - Ekonom Universitas Indonesia (UI) Ari Kuncoro menyebutkan, bahwa pemerintah jangan terlalu mengejar pertumbuhan ekonomi ke arah 10% atau bahkan yang lebih tinggi untuk saat ini. Seharusnya terang dia, pemerintah fokus soal bagaimana bisa menyeimbangkan penanganan Covid dan ekonomi sehingga bisa kembali ke kondisi sebelum pandemi Covid-19.
"Hal ini dapat dilakukan dengan mempercepat serapan anggaran dan meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap efektivitas vaksin Covid-19 ," kata Ari dalam IDX Market Review di Jakarta, Jumat (27/11/2020).
(Baca Juga: Orang Kaya Masih Ogah Belanja dan Terus Simpan Duit, Sri Mulyani Tahu Penyebabnya )
Dia mengatakan, Indonesia bisa mengambil contoh dari China. Di China, sebelum ada vaksin, masyarakat sudah tahu bahwa akan ada vaksin dan ada hasil uji klinis vaksin yang memberikan kepercayaan.
"Yang dituju itu tingkah laku sebelum pandemi, di China mereka biasanya membeli barang-barang tahan lama dan melakukan travelling," tambahnya.
(Baca Juga: Vaksin Hadir Desember, Orang Berduit Masih Takut Belanja )
Di Indonesia saat ini, masyarakat cenderung menahan sebagian pendapatan di tabungan. Mereka menahan diri dengan tidak melakukan pembelian untuk berhemat.
"Ya hemat pangkal kaya, tapi terlalu berhemat bisa membunuh ekonomi. Pemerintah punya PR untuk membuktikan efektivitas vaksin, dan ingat, virus bisa bermutasi, maka kebijakan pun harus bisa bermutasi juga mengikuti keadaan," tekan Ari.
(Baca Juga: Biar Tepat Sasaran, Sri Mulyani Terus Pelototi Penyaluran Dana Bantuan )
Untuk penyerapan anggaran, dia menegaskan bahwa auditnya sudah harus dikawal sejak awal. Selain itu, dia menyebutkan bahwa Indonesia ada peluang di sektor kesehatan.
"Vaksin merah putih yang diproduksi dalam negeri, multipliernya dari dalam negeri. Bukan hanya itu, tapi obat-obatan dan jamu herbal produksi dalam negeri juga," ungkap Ari.
"Hal ini dapat dilakukan dengan mempercepat serapan anggaran dan meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap efektivitas vaksin Covid-19 ," kata Ari dalam IDX Market Review di Jakarta, Jumat (27/11/2020).
(Baca Juga: Orang Kaya Masih Ogah Belanja dan Terus Simpan Duit, Sri Mulyani Tahu Penyebabnya )
Dia mengatakan, Indonesia bisa mengambil contoh dari China. Di China, sebelum ada vaksin, masyarakat sudah tahu bahwa akan ada vaksin dan ada hasil uji klinis vaksin yang memberikan kepercayaan.
"Yang dituju itu tingkah laku sebelum pandemi, di China mereka biasanya membeli barang-barang tahan lama dan melakukan travelling," tambahnya.
(Baca Juga: Vaksin Hadir Desember, Orang Berduit Masih Takut Belanja )
Di Indonesia saat ini, masyarakat cenderung menahan sebagian pendapatan di tabungan. Mereka menahan diri dengan tidak melakukan pembelian untuk berhemat.
"Ya hemat pangkal kaya, tapi terlalu berhemat bisa membunuh ekonomi. Pemerintah punya PR untuk membuktikan efektivitas vaksin, dan ingat, virus bisa bermutasi, maka kebijakan pun harus bisa bermutasi juga mengikuti keadaan," tekan Ari.
(Baca Juga: Biar Tepat Sasaran, Sri Mulyani Terus Pelototi Penyaluran Dana Bantuan )
Untuk penyerapan anggaran, dia menegaskan bahwa auditnya sudah harus dikawal sejak awal. Selain itu, dia menyebutkan bahwa Indonesia ada peluang di sektor kesehatan.
"Vaksin merah putih yang diproduksi dalam negeri, multipliernya dari dalam negeri. Bukan hanya itu, tapi obat-obatan dan jamu herbal produksi dalam negeri juga," ungkap Ari.
(akr)