Go Online! Strategi Jitu Industri Kecantikan Bertahan di Tengah Badai Pandemi

Sabtu, 28 November 2020 - 06:12 WIB
loading...
Go Online! Strategi Jitu Industri Kecantikan Bertahan di Tengah Badai Pandemi
Foto/Ilustrasi
A A A
JAKARTA - Sebelum badai pandemi datang di awal tahun ini, industri kecantikan di Indonesia sedang ranum-ranumnya. Ditunjang besarnya populasi milenial, pasar industri kecantikan seperti kosmetika dan perawatan kulit (skin care) di Tanah Air sangat menjanjikan.

Sektor kecantikan tengah berada dalam transformasi yang cukup besar, ditandai banyaknya merek lokal yang hadir melalui platform di media sosial.

Mereka menantang merek-merek besar dengan memberikan kesan lebih fresh dan kekinian. Namun, tidak dapat dipungkiri bahwa masih banyak bisnis kecantikan yang bergantung pada toko-toko offline sebagai pemasukan utamanya.

Lalu datanglah wabah Covid-19 yang 'memaksa' semua orang untuk membatasi pergerakannya dan lebih banyak berdiam di rumah. Otomatis, kunjungan ke pusat perbelanjaan pun menurun drastis bahkan banyak juga yang tutup. Konsumen tidak dapat lagi secara fisik pergi ke toko atau gerai di mal dan mencoba produk kecantikan yang mereka inginkan.

( )

Kondisi ini memaksa pelaku bisnis kecantikan putar otak agar tetap bertahan di tengah badai pandemi. Berbagai merek kecantikan gencar berinovasi dan membawa interaksi serupa secara daring (online) seperti melakukan live instagram, giveaway, atau bahkan webinar dengan influencer. Bisnis kecantikan yang tadinya kerap diasosiasikan dengan interaksi tatap muka mulai bergeser menuju dunia maya yang serba mudah dan efisien.

Hal itu dibenarkan oleh Irwaty Sarah, pendiri Bening Bersinar, sebuah marketplace kecantikan lokal. “Saya selalu tahu bahwa online dan media sosial adalah satu-satunya cara kami dapat beroperasi," ujarnya, Sabtu (28/11/2020).

(Baca Juga: 1 kali Unggahan Rp1,4 M, Berikut Daftar Selebritis Media Sosial)

Irwaty mengungkapkan, saat ini bahkan merek-merek besar pun memilih untuk mempromosikan produk mereka melalui pemasaran online dan media sosial. Dia merasa beruntung karena praktik pemasaran daring ini sudah dipraktikannya lebih lama.

"Walaupun kami lebih kecil, kami menjadi lebih gesit untuk melakukan manuver agar dapat bisa melalui masa-masa pandemi yang terbilang aneh dan sulit ini," ucapnya.

Riset McKinsey mengungkap, meskipun merek kecantikan menutup kehadiran offline atau toko fisik mereka, industri ini masih menghasilkan USD500 miliar secara global pada tahun 2019.

Meski sulit untuk mencapai angka tersebut dengan adanya pandemi Covid-19, memindahkan penjualan produk secara online adalah salah satu cara mengantisipasi kerugian lebih banyak lagi.

Xendit, perusahaan teknologi finansial yang bergerak di bidang pembayaran sangat mendukung penuh para pemain di industri kecantikan untuk go-online di saat pandemi seperti ini.

“Untuk terus relevan bahkan di tengah pandemi, bisnis kecantikan harus mulai merambah ke online. Di Xendit, kami pun melihat semakin banyak bisnis kecantikan yang berintegrasi dengan kami,” kata Co-Founder dan COO Xendit, Tessa Wijaya.

( )

Dia menjelaskan, Xendit memberikan kebebasan bagi pelanggan untuk memilih pembayaran yang paling sesuai untuk mereka, antara lain e-Wallet (OVO, Dana, Linkaja), virtual account, bahkan gerai ritel (Alfamart & Indomaret).

Pendiri Beauty of Saira, Saira Nasar, mengakui adanya peningkatan penjualan online selama pandemi. “Kami masih menjual produk kami seperti biasa melalui situs web dan media sosial kami. Saya rasa selama pandemi ini, penjualan online telah meningkat hingga 30% dengan sebagian besar pembayaran datang melalui virtual account,” tuturnya.

Walaupun situasi saat ini terbilang menantang, bisnis kecantikan harus terus menerapkan strategi jitu agar tidak semakin tertinggal. Bisnis kecantikan harus fokus terhadap pengembangan bisnis tanpa harus memikirkan hal-hal yang dapat diautomasi seperti menerima pembayaran.

( )

“Salah satu dari banyak cara agar operasi kami tetap efisien adalah dengan mengotomatiskan sebanyak mungkin hal, seperti sistem pembayaran, dan menurunkan tenaga kerja yang diperlukan untuk menangani operasi yang sehat," jelas Saira.
(ind)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2309 seconds (0.1#10.140)