RCEP Diteken, Mantan Mendag Ini Ingatkan PR Indonesia
loading...
A
A
A
JAKARTA - Pendiri Ancora Capital Gita Wirjawan mengatakan, perjanjian kemitraan ekonomi komprehensif regional atau Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP) merupakan hal yang sangat sesuai bagi perjalanan ekonomi negara di Asia.
Akan tetapi, hal ini akan menjadi tantangan bagi Indonesia yang masih lemah akan kesadaran kekayaan intelektual. Maka dari itu, penting untuk menciptakan hal yang bersifat ramah lingkungan dan hal lainnya yang masih menjadi pekerjaan rumah bagi Indonesia.
Gita menyebut tiga hal penting yang harus diperhatikan. "Pertama, kesepakatan mengenai kegiatan investasi bagi 15 anggota RCEP agar menjadi lebih mudah," kata mantan menteri perdagangan (mendag) itu saat webinar di Jakarta, Senin (30/22/2020).
(
)
Kedua, lanjut Gita, keberadaan Usaha Kecil dan Menengah (UKM) yang dimudahkan untuk kegiatan ekspor-impor. "Dan yang terakhir ialah efek samping yang dihasilkan oleh pemerintah mengenai penyederhanaan perjanjian perdagangan antar negara," sebut dia.
Sementara itu, dosen National University Singapore Kishore Mahbubani menuturkan tahun 2020 menjadi tahun yang sangat berbeda dari tahun-tahun sebelumnya. Dia pun menyinggung perihal hubungan China dan Amerika Serikat (AS) yang sempat memanas dengan perang dagangnya.
“Kita harus melihat bagaimana hubungan antara China dan AS yang sulit untuk berubah secara struktural. Dengan adanya paradoks dan gejolak politik di Amerika yang tengah terjadi saat ini, maka dapat mempengaruhi dunia ekonomi secara global," jelas dia.
( )
Di sisi lain, Amerika juga harus dapat bertahan di tengah kegentingan dan itu akan menjadi hal yang cukup sulit. Berbeda dengan China yang telah melakukan investasi dan hal yang benar sesuai dengan kebutuhan mereka, seperti melakukan hubungan ekonomi dengan negara lain.
"Dengan adanya hal tersebut, maka China diharapkan akan terus berhasil dalam konteks pertumbuhan dan perkembangan ekonomi. Tapi pertanyaan sebenarnya ialah bagaimana kompetisi antara China dan AS akan berjalan?,” ungkapnya.
Akan tetapi, hal ini akan menjadi tantangan bagi Indonesia yang masih lemah akan kesadaran kekayaan intelektual. Maka dari itu, penting untuk menciptakan hal yang bersifat ramah lingkungan dan hal lainnya yang masih menjadi pekerjaan rumah bagi Indonesia.
Gita menyebut tiga hal penting yang harus diperhatikan. "Pertama, kesepakatan mengenai kegiatan investasi bagi 15 anggota RCEP agar menjadi lebih mudah," kata mantan menteri perdagangan (mendag) itu saat webinar di Jakarta, Senin (30/22/2020).
(
Baca Juga
Kedua, lanjut Gita, keberadaan Usaha Kecil dan Menengah (UKM) yang dimudahkan untuk kegiatan ekspor-impor. "Dan yang terakhir ialah efek samping yang dihasilkan oleh pemerintah mengenai penyederhanaan perjanjian perdagangan antar negara," sebut dia.
Sementara itu, dosen National University Singapore Kishore Mahbubani menuturkan tahun 2020 menjadi tahun yang sangat berbeda dari tahun-tahun sebelumnya. Dia pun menyinggung perihal hubungan China dan Amerika Serikat (AS) yang sempat memanas dengan perang dagangnya.
“Kita harus melihat bagaimana hubungan antara China dan AS yang sulit untuk berubah secara struktural. Dengan adanya paradoks dan gejolak politik di Amerika yang tengah terjadi saat ini, maka dapat mempengaruhi dunia ekonomi secara global," jelas dia.
( )
Di sisi lain, Amerika juga harus dapat bertahan di tengah kegentingan dan itu akan menjadi hal yang cukup sulit. Berbeda dengan China yang telah melakukan investasi dan hal yang benar sesuai dengan kebutuhan mereka, seperti melakukan hubungan ekonomi dengan negara lain.
"Dengan adanya hal tersebut, maka China diharapkan akan terus berhasil dalam konteks pertumbuhan dan perkembangan ekonomi. Tapi pertanyaan sebenarnya ialah bagaimana kompetisi antara China dan AS akan berjalan?,” ungkapnya.
(ind)