Harapan dari Patimban

Selasa, 01 Desember 2020 - 06:20 WIB
loading...
Harapan dari Patimban
Proyek Pelabuhan Patimban di Subang, Jawa Barat, tidak hanya ditujukan untuk menambah infrastruktur pendukung ekspor-impor, tetapi juga digadang-gadang menjadi pusat ekonomi baru di utara Jawa Barat. Foto/Koran SINDO
A A A
JAKARTA - Proyek Pelabuhan Patimban di Subang, Jawa Barat, tidak hanya ditujukan untuk menambah infrastruktur pendukung ekspor-impor, tetapi juga digadang-gadang menjadi pusat ekonomi baru di utara Jawa Barat.

Sejumlah fasilitas pendukung dipastikan bakal turut dikembangkan seiring dengan beroperasinya pelabuhan tersebut. Selain itu, proyek yang menelan investasi sebesar Rp42,3 triliun itu juga diharapkan memunculkan multifler effect yang mampu menyerap tenaga kerja. (Baca: Jadikan SIfat Tawadhu sebagai Modal Kebahagiaan)

Upaya mewujudkan Pelabuhan Patimban sebagai infrastruktur pendukung pengembangan ekonomi wilayah itu juga bisa dilihat dari masuknya pelabuhan tersebut dalam Proyek Strategis Nasional (PSN). Bahkan, akses jalan tol menuju ke pelabuhan itu juga masuk PSN yang tertuang dalam Perpres No 109 Tahun 2020 tentang Perubahan Ketiga Atas Perpres No 3 Tahun 2016 tentang Percepatan Pelaksanaan Proyek Strategis Nasional.

Dengan perangkat dukungan payung hukum tersebut, diharapkan ambisi untuk menjadikan kawasan Patimban menjadi pusat ekonomi baru bisa tercapai. Apalagi dukungan pihak swasta adan asosiasi bisnis juga cukup baik.

Kalangan pengusaha Asosiasi Logistik dan Forwarder Indonesia (ALFI) misalnya, mereka berharap Pelabuhan Patimban mampu berperan pada layanan rantai pasok terintegrasi tingkat pertama, tidak hanya dari sisi pelabuhan tetapi juga dari operatornya.

ALFI menyatakan, dengan dukungan area dari sisi darat seluas sekitar 360 hektare (ha), Pelabuhan Patimban bakal memberikan manfaat lebih bagi perusahaan/pengguna jasanya. Hal itu karena area tersebut akan menjadi kawasan pusat logistik dan bisa menjadi areal terbuka untuk layanan kontainer. (Baca juga: DPR Usulkan Sekolah Tatap Muka Sifatnya Pilihan)

Ketua Umum DPP Asosiasi Logistik dan Forwarder Indonesia (ALFI) Yukki Nugrahawan Hanafi mengungkapkan, Pelabuhan Patimban memiliki berbagai keunggulan, antara lain sebagai fasilitas distribusi barang bukan saja untuk lingkup nasional tetapi juga berorientasi ekspor.

Selain itu, Patimban secara kawasan sangat terintegrasi, mengingat hinterland atau daerah industri pendukungnya sudah mumpuni, apalagi jika akses tol langsung ke Patimban bisa direalisasikan pada akhir 2023.

Keunggulan lain, kata dia, Pelabuhan Patimban dapat berkolaborasi dengan pelabuhan Tanjung Priok Jakarta, mengingat 60% kegiatan ekspor yang melalui Tanjung Priok saat ini adalah dari hinterland Jawa barat dan sekitarnya.

“Dengan beroperasinya Patimban, ini angin segar dalam upaya mengurai kemacetan di Ibukota Jakarta yang selama ini terimbas atas aktivitas truk logistik dari dan ke pelabuhan Tanjung Priok. Harapannya kemacetan di Jakarta bisa semakin terurai dengan adanya Patimban, sehingga logistik bisa efesien dan efektif,” ucapnya belum lama ini. (Baca juga: Merokok Bisa Berdampak Buruk Bagi Kecantikan)

Pemerintah dalam hal ini Kementerian Perhubungan yang menjadi penangung jawab proyek Pelabuhan Patimban juga optimistis target operasional pelabuhan itu pada akhir tahun 2020 bisa terwujud. Jika tidak ada aral melintang, pemerintah akan menggelar soft launching pengoperasioal pelabuhan tersebut pada Desember ini.

“Kita ingin menunjukkan bahwa kita berkomitmen untuk membuat Patimban ini berhasil. Insyaallah kalau tidak ada halangan, dalam waktu dekat ini akan dilakukan soft launching khusus untuk pengoperasian terminal kendaraan. Untuk kelancaran soft launcing, sekarang kita lakukan simulasinya,” kata Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi di sela-sela acara simulasi “Table Top Exercise Uji Coba Bongkar Muat di Car Terminal Pelabuhan Patimban” di kantor Kemenhub, Jakarta, kemarin.

Budi menyebutkan pada tahap awal pembangunan Pelabuhan Patimban , diprioritaskan untuk pengangkutan kendaraan ke terminal. Pada tahap ini, area pelabuhan dapat menampung sebanyak 218.000 unit kendaraan dan ditargetkan mencapai 600.000 kendaraan. (Baca juga: DPR Usul Libur Panjang Natal dan Tahun Baru Diperpendek)

Adapun untuk pelabuhan kontainer tahap awal akan menampung sebanyak 250.000 Teus dengan kapasitas maksimal nanti mencapai 3,7 juta Teus. Angkutan kontainer sendiri direncanakan mulai beroperasi Maret 2021.

“Meski kapasitasnya belum besar tapi kita berhati-hati pada saatnya nanti bisa mencapai 3,7 juta hingga 7 juta TEUs kapasitas maksimal,” katanya.

Tol Disiapkan

Terkait kesiapan infrastruktur pendukung, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) melalui Ditjen Bina Marga telah menyiapkan prasarana jalan yang menghubungkan Patimban ke kawasan sekitarnya.

Jalur penghubung utama ke Pelabuhan Patimban sebelumnya telah selesai dibangun sepanjang 8,2 kilometer (km). Jalur ini akan digunakan dalam jangka pendek sambil menunggu penyelesaian pembangunan akses tol Pelabuhan Patimban. Nantinya, akses tol ke Patimban akan dibuat melauli exit tol Cipali di Km 189 Cipendeuy. Akses tol sepanjang 37 km itu ditargetkan rampung pada 2023. (Baca juga: Meski Pandemi, Milenial Bisa Berinvestasi Sambil Rebahan)

“Jalan penghubung saat ini yang tersedia menuju Pelabuhan Pelabuhan Patimban adalah jalan nasional dari Cikopo ke Patimban maupun menuju Pantura Cirebon,” kata Direktur Jenderal Bina Marga Kementerian PUPR Hedy Rahadian Jumat (27/11) lalu.

Dia menambahkan, dengan keberadaan jalan tol tersebut diharapkan dapat meningkatkan konektivitas untuk kawasan-kawasan dan pusat pertumbuhan ekonomi di Patimban.

Menurut Hedy, pemerintah akan terus menambah akses ke kawasan-kawasan pusat pertumbuhan, mengingat akses utama jalan tol dari pelabuhan Tanjung priok yang sebelumnya pelabuhan utama sudah sangat padat.

Kawasan Bisnis Terpadu

Pengembangan kawasan Pelabuhan Patimban diperkirakan bakal menjadi stimulan bagi munculnya pusat ekonomi di koridor utara Jawa Barat. Proyek ini pun disambut baik oleh Pemerintah Provinsi Jawa Barat yang meresponsnya dengan rencana pembangunan kawasan terpadu untuk area komersil maupun residensial. (Baca juga: Bikin Penasaran, Monolit Misterius di Gurun AS Kini Menghilang)

Bahkan sudah ada emiten properti yang menyatakan siap membanguan kawasan terpadu seluas 400 hektare. Proyek ini sejalan dengan rencana Pemprov Jawa Barat yang akan mengembangkan kawasan metropolitan baru yang disebut Kota Rebana. Kawasan ini ini nantinya akan meliputi Kabupaten Sumedang, Kabupaten Majalengka, Kabupaten Subang, Kabupaten Indramayu, Kabupaten Kuningan, Kabupaten Cirebon, dan Kota Cirebon.

Kawasan ini juga diharapkan dapat menyerap banyak tenaga kerja dari industri maupun infrastruktur yang ada di sana. Perihal tenaga kerja ini, Menteri Koordinator bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut B Pandjaitan pernah berujar bahwa proyek patimban bisa menyerap 4,3 juta tenaga pada 10 tahun ke depan. (Lihat videonya: Semburan Gas Beracun di Indramayu Resahkan Warga Setempat)

Pembangunan Metropolitan Rebana itu juga telah disepakati oleh Gubernur Jabar Ridwan Kamil bersama bupati/wali kota terkait pada West Java Investment Summit (WJIS) 2020 di Kota Bandung pertengahan November 2020 lalu. Tidak hanya menjadi pusat industri manufaktur, pembangunan Metropolitan Rebana juga dikombinasikan dengan konsep perkantoran dan rumah tinggal. (Ichsan Amin/Giri Hartomo)
(ysw)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2010 seconds (0.1#10.140)