RI harus Jeli Melihat Peluang Ekspor
loading...
A
A
A
“Kalah dengan Brasil, Swiss, Jerman, Kolombia, bahkan oleh Vietnam. Jadi potret kinerja ekspor kopi Indonesia masih tertinggal dengan Vietnam yang pada 2019 mencapai USD2,22 miliar. Adapun kinerja ekspor kopi Indonesia 2019 berada di angka USD883,12 juta,” tuturnya. (Baca juga: Penanganan Terkini Kanker Usus Besar)
Tidak hanya itu, ketertinggalan juga terjadi pada komoditas lain seperti garmen. Menurutnya Indonesia produsen garmen terbesar kedelapan dunia, tetapi kenyataannya menjadi eksportir garmen yang ke-22 terbesar dunia.
“Kita menjadi produsen kayu ringan terbesar di dunia, termasuk jenis kayu sengon dan jabon. Tapi menjadi eksportir home decor ke-19 terbesar di dunia. Bahkan kita kalah dengan Vietnam dan kita hanya di peringkat ke-21 terbesar dunia dalam ekspor produk furnitur,” paparnya.
Ketertinggalan menangkap peluang ekspor juga tampak pada komoditas perikanan. Indonesia merupakan produsen produk perikanan terbesar kedua dunia. Namun potret ekspornya juga masih di peringkat ke-13 dunia.
“Inilah fakta-fakta yang harus saya sampaikan. Saya melihat ketertinggalan tidak harus membuat kita pesimistis. Tidak ada jalan bagi kita selain melakukan langkah-langkah perbaikan. Langkah-langkah pembenahan,” sebutnya.
Sementara itu Menteri Perdagangan (Mendag) Agus Suparmanto mengatakan pada kesempatan terebut ada 133 perusahaan yang terlibat, terdiri atas 79 perusahaan non-UKM dan 54 perusahaan dalam kategori UKM. “Dari 54 UKM yang terlibat, mereka berhasil melakukan ekspor dengan total mencapai USD12,29 juta atau setara Rp178,15 miliar,” kata Agus Suparmanto. (Lihat videonya: Tim Satgas Tinombala Memburu Kelompok MIT)
Dia memaparkan, dari 54 UKM tersebut, terdapat 7 UKM yang baru pertama kali melakukan ekspor. Selain itu ada juga 11 UKM berhasil melakukan diversifikasi produk ekspor baru dengan nilai USD1,16 juta atau setara Rp16,82 miliar.
Dia menambahkan, Kemendag akan terus mengupayakan agar semakin banyak UKM melakukan diversifikasi produk ekspor. Tujuannya untuk meningkatkan daya saing produk ekspor di pasar global. (Ferdi Rantung)
Tidak hanya itu, ketertinggalan juga terjadi pada komoditas lain seperti garmen. Menurutnya Indonesia produsen garmen terbesar kedelapan dunia, tetapi kenyataannya menjadi eksportir garmen yang ke-22 terbesar dunia.
“Kita menjadi produsen kayu ringan terbesar di dunia, termasuk jenis kayu sengon dan jabon. Tapi menjadi eksportir home decor ke-19 terbesar di dunia. Bahkan kita kalah dengan Vietnam dan kita hanya di peringkat ke-21 terbesar dunia dalam ekspor produk furnitur,” paparnya.
Ketertinggalan menangkap peluang ekspor juga tampak pada komoditas perikanan. Indonesia merupakan produsen produk perikanan terbesar kedua dunia. Namun potret ekspornya juga masih di peringkat ke-13 dunia.
“Inilah fakta-fakta yang harus saya sampaikan. Saya melihat ketertinggalan tidak harus membuat kita pesimistis. Tidak ada jalan bagi kita selain melakukan langkah-langkah perbaikan. Langkah-langkah pembenahan,” sebutnya.
Sementara itu Menteri Perdagangan (Mendag) Agus Suparmanto mengatakan pada kesempatan terebut ada 133 perusahaan yang terlibat, terdiri atas 79 perusahaan non-UKM dan 54 perusahaan dalam kategori UKM. “Dari 54 UKM yang terlibat, mereka berhasil melakukan ekspor dengan total mencapai USD12,29 juta atau setara Rp178,15 miliar,” kata Agus Suparmanto. (Lihat videonya: Tim Satgas Tinombala Memburu Kelompok MIT)
Dia memaparkan, dari 54 UKM tersebut, terdapat 7 UKM yang baru pertama kali melakukan ekspor. Selain itu ada juga 11 UKM berhasil melakukan diversifikasi produk ekspor baru dengan nilai USD1,16 juta atau setara Rp16,82 miliar.
Dia menambahkan, Kemendag akan terus mengupayakan agar semakin banyak UKM melakukan diversifikasi produk ekspor. Tujuannya untuk meningkatkan daya saing produk ekspor di pasar global. (Ferdi Rantung)
(ysw)