Ketidakpastian Global Tetap Tinggi, Tahun Depan Rupiah Relatif Melemah
loading...
A
A
A
JAKARTA - Nilai tukar rupiah sepanjang tahun 2020 dinilai masih akan volatile. Direktur Eksekutif INDEF Tauhid Ahmad mengatakan, nilai tukar rupiah mengalami depresiasi sejak pandemi Covid-19 namun dalam kurun waktu November 2020 semakin menguat. Penguatan itu didukung oleh masuknya dana investasi.
"Penguatan rupiah karena investor luar masuk di November, meski belum sepenuhnya pulih dibandingkan pada bulan Maret-April 2020," ujarnya saat webinar di Jakarta, Senin (7/12/2020). ( Baca juga:Lagi-lagi! Covid Ngamuk, Rupiah Bisa Ambruk )
Pada tahun 2021, lanjut dia, nilai tukar masih relatif melemah dengan situasi ketidakpastian global tetap tinggi. Tingkat credit default swap (CDS) masih bergerak tinggi dan cenderung volatile.
Adapun efek Joe Biden yang menjadi Presiden AS, menurut Tauhid, akan membawa nilai tukar dolar akan semakin menguat. Di tingkat global, pasar sangat volatile di seluruh dunia dengan capital outflow terburuk dibandingkan beberapa peristiwa global sebelumnya.
"Capital outflow belum normal, bahkan hingga November masih besar sekali," ucap dia.
Lebih lanjut Tauhid mengungkapkan, pasar keuangan juga begejolak di awal pandemi dengan tingkat kerentanan yang mulai menurun. Imbal hasil obligasi Indonesia bisa diredam, bahkan lebih baik karena melimpahnya likuiditas di perbankan yang lari ke SBN. ( Baca juga:Update, 2.095 WNI di Luar Negeri Positif Covid-19 )
Sementara, perdagangan global menurun hingga 20-30% namun mulai membaik dengan asumsi Covid bisa dikendalikan hingga 1-2 tahun mendatang. "Pasar investasi foreign direct investment (FDI) juga mengalami penurunan dan mulai kembali membaik pada tahun 2021 mendatang," katanya.
"Penguatan rupiah karena investor luar masuk di November, meski belum sepenuhnya pulih dibandingkan pada bulan Maret-April 2020," ujarnya saat webinar di Jakarta, Senin (7/12/2020). ( Baca juga:Lagi-lagi! Covid Ngamuk, Rupiah Bisa Ambruk )
Pada tahun 2021, lanjut dia, nilai tukar masih relatif melemah dengan situasi ketidakpastian global tetap tinggi. Tingkat credit default swap (CDS) masih bergerak tinggi dan cenderung volatile.
Adapun efek Joe Biden yang menjadi Presiden AS, menurut Tauhid, akan membawa nilai tukar dolar akan semakin menguat. Di tingkat global, pasar sangat volatile di seluruh dunia dengan capital outflow terburuk dibandingkan beberapa peristiwa global sebelumnya.
"Capital outflow belum normal, bahkan hingga November masih besar sekali," ucap dia.
Lebih lanjut Tauhid mengungkapkan, pasar keuangan juga begejolak di awal pandemi dengan tingkat kerentanan yang mulai menurun. Imbal hasil obligasi Indonesia bisa diredam, bahkan lebih baik karena melimpahnya likuiditas di perbankan yang lari ke SBN. ( Baca juga:Update, 2.095 WNI di Luar Negeri Positif Covid-19 )
Sementara, perdagangan global menurun hingga 20-30% namun mulai membaik dengan asumsi Covid bisa dikendalikan hingga 1-2 tahun mendatang. "Pasar investasi foreign direct investment (FDI) juga mengalami penurunan dan mulai kembali membaik pada tahun 2021 mendatang," katanya.
(uka)