Sri Mulyani: Perekonomian Global Mengalami Resesi di 2020

Selasa, 12 Mei 2020 - 21:18 WIB
loading...
Sri Mulyani: Perekonomian...
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati. Foto/SINDOnews
A A A
JAKARTA - Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan dampak pandemi virus corona (Covid-19) terlihat nyata melalui berbagai indikator. Ia pun memprediksi perekonomian dunia merosot tajam dan mengalami resesi di tahun 2020.

Sri Mulyani mengatakan bila sebelumnya di bulan Januari, IMF masih optimis dengan proyeksi ekonomi global tumbuh 3,3%, namun pada bulan April 2020, akibat Covid-19, proyeksi ekonomi global dikoreksi tajam menjadi minus 3,0%.

"Artinya proyeksi ekonomi dunia mengalami kemerosotan lebih dari 6%," ujarnya dalam rapat sidang paripurna RAPBN 2021 di Jakarta, Selasa (12/5/2020).

Ia menambahkan potensi output yang hilang tersebut lebih besar dari perekonomian Jepang. Dan pada kuartal I 2020, berbagai negara telah mengalami pertumbuhan negatif.

"Perekonomian China -6,8%, Prancis -5,4%, dan Singapura -2,2%. Indonesia masih tumbuh positif 2,97%, meski ini juga merupakan koreksi yang cukup tajam," ujar Sri.

Dia melanjutkan dampak dari resesi global, banyak masyarakat yang tidak bisa bekerja dan terancam kehilangan sumber pendapatannya. Jika tidak diantisipasi dengan segera, kondisi ini akan menjalar ke sektor keuangan, meningkatkan kredit bermasalah atau bahkan berpotensi mengganggu stabilitas sistem keuangan.

"Untuk mencegah hal tersebut, seluruh dunia mengambil langkah-langkah luar biasa untuk menyelamatkan manusia dan perekonomian. Stimulus fiskal dalam jumlah yang sangat besar disiapkan," ungkap dia.

Dia menjelaskan Singapura, Amerika Serikat, dan Malaysia telah mengeluarkan stimulus dan dukungan fiskal yang mencapai lebih dari 10% PDB-nya. Langkah kebijakan berbagai negara dapat dikelompokkan dalam empat kategori yaitu, penanganan langsung dampak Covid-19 di sektor kesehatan.

"Lalu perluasan social safety net, stimulus untuk membantu pemulihan dunia usaha, dan perlindungan terhadap stabilitas sistem keuangan," jelas dia.

Menurutnya, situasi pandemi dan ketidakpastian yang tinggi mengharuskan pemerintah untuk mempersiapkan beberapa skenario perkembangan ekonomi ke depan. Pertumbuhan ekonomi kuartal I yang hanya sebesar 2,97% menunjukkan telah terjadi koreksi yang cukup tajam.

"Hal ini mengindikasikan tekanan lebih berat akan dialami sepanjang tahun 2020, yang artinya pertumbuhan ekonomi terancam bergerak dari skenario berat sebesar 2,3% menuju skenario sangat berat yaitu kontraksi -0,4%. Untuk itu, langkah dan kebijakan penanganan pandemi Covid-19 dan dampak sosial," tandasnya.
(bon)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1297 seconds (0.1#10.140)