Perusahaan Belanda Minat Kembangkan Industri Pala Senilai Rp4,2 T di Papua

Kamis, 17 Desember 2020 - 14:05 WIB
loading...
Perusahaan Belanda Minat...
BKPM menyebutkan perusahaan Belanda, Verstegen, berminat untuk investasi pengembangan industri pala di Papua. Foto/Ilustrasi
A A A
JAKARTA - Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mengungkapkan bahwa perusahaan rempah terbesar dunia Verstegen Spices & Sauces B.V (Verstegen) berminat untuk berinvestasi di Tanah Air. Perusahaan asal Belanda ini akan mengembangkan industri buah pala di Indonesia, khususnya di Kabupaten Fakfak, Papua Barat.

Rencana investasi senilai Rp4,2 triliun tersebut akan memberdayakan 50.000 petani pala. Dalam investasi ini, Verstegen berkomitmen akan melakukan kemitraan dengan petani lokal yang direkomendasikan oleh BKPM, termasuk dalam penyediaan teknologi proses pengupasan, pengeringan, dan pembersihan.

(Baca Juga: BKPM Pede Target Investasi Tahun Ini Tercapai)

Deputi Bidang Promosi Penanaman Modal Ikmal Lukman, yang turut serta dalam delegasi, menyatakan bahwa Kepala BKPM langsung mengambil langkah cepat berkonsolidasi dengan Rektor Institut Pertanian Bogor (IPB) Arif Satria. Pasalnya, permintaan pala Belanda terus mengalami penurunan dalam lima tahun terakhir.

"Kepala BKPM sangat menyayangkan hal ini (penurunan impor dari Belanda). Indonesia adalah produsen dan saat ini merupakan eksportir pala terbesar dunia. Kontribusi Indonesia di pasar pala dunia sebesar 40% dari total ekspor dunia, lebih besar 3 kali dari ekspor India dan 4,5 kali lebih besar dari ekspor Belanda," ujar Ikmal Lukman dalam keterangan resminya, Kamis (17/12/2020).

Ia memaparkan, pasokan dari negara-negara produsen pala memang terus melemah, termasuk dari Indonesia. Pada 2015 Belanda mengimpor sebesar USD21,367 juta. Namun pada 2019 turun menjadi hanya USD11,558 juta. Total impor pala dunia pada 2019 sebesar USD170,172 juta. Pada 2019 nilainya menurun menjadi USD157,901 juta.

Ikmal menambahkan bahwa targetnya adalah Indonesia membangun hilirisasi industri pala sehingga daya saing pala nasional di pasar dunia semakin kuat. Menurut Ikmal, investasi komoditas pala sangat strategis dilakukan di Papua Barat. Kawasan Timur Indonesia (KTI) saat ini merupakan penghasil biji pala terbesar di Indonesia. Sebesar 70% produksi Pala Indonesia berasal dari KTI.

(Baca Juga: Ubah Wajah Investasi RI, BKPM Lakukan Hal Ini)

"Negara tujuan utama ekspor Indonesia adalah Belanda, Jerman, Vietnam dan Jepang. Permintaan dunia untuk produk pala akan meningkat sebab industri makanan, bumbu, kosmetika dan farmasi terus mengalami peningkatan. Bila kita melakukan hilirisasi akan tercipta nilai tambah bagi industri dan perekonomian nasional, utamanya Kawasan Timur," tegas Ikmal.

Rektor IPB Arif Satria melihat peluang yang sama bagi Indonesia untuk menjadi pemain utama industri pala di dunia. Ini sejalan dengan komitmen IPB untuk mengembalikan kejayaan bangsa berbasis sumber daya lokal.

"Kekayaan alam berbasis rempah harus bisa dikelola dengan baik sehingga menjadi sumber pertumbuhan ekonomi baru yang mensejahterakan rakyat. IPB siap bekerja sama dengan BKPM dalam R&D pala sehingga pala lebih memiliki nilai tambah yg tinggi," ungkapnya.

Verstegen merupakan produsen dan importir asal Belanda yang bergerak di bidang industri rempah-rempah, teruatama pala. Perusahaan ini tak hanya melayani pasar Belanda, namun juga pasar Eropa.
(fai)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Berita Terkait
Guru Besar IPB: Penambahan...
Guru Besar IPB: Penambahan Lahan Sawit di Kawasan Hutan Terdegradasi Bukan Deforestasi
Rencana Prabowo Terkait...
Rencana Prabowo Terkait Sawit, Bukan Deforestasi Justru Reforestasi
Kepala Studi Sawit IPB:...
Kepala Studi Sawit IPB: Banyak Kawasan Hutan yang Tidak Berhutan Bisa Ditanami Sawit
Sharing Session UMKM...
Sharing Session UMKM Bersama SINDOnews, BKPM Siapkan Aturan Kemitraan Usaha Besar dan Pelaku Mikro
Memblejeti Investasi...
Memblejeti Investasi China Rp534,5 Triliun di Indonesia, Ini Rincian dan Sebarannya
Petinggi Otorita IKN...
Petinggi Otorita IKN Mundur Serempak, Pemerintah di Bawah Tekanan Jaga Keyakinan Investor
Menteri Bahlil Gelar...
Menteri Bahlil Gelar Open House, Politikus hingga Bos Perusahaan Hadir
Wujudkan Kedaulatan...
Wujudkan Kedaulatan Pangan, Ganjar Bakal Gandeng IPB
Beri Klarifikasi Soal...
Beri Klarifikasi Soal Pelanggaran Regulasi, BKPM Bakal Menindaklanjuti Kasus J&T
Rekomendasi
Gunung Dukono Meletus,...
Gunung Dukono Meletus, Luncurkan Abu Vulkanik 1,9 Km
Aktor Senior Ray Sahetapy...
Aktor Senior Ray Sahetapy Meninggal Dunia
Warga Gaza Gelar Salat...
Warga Gaza Gelar Salat Idulfitri di Atas Reruntuhan Masjid di Tengah Serangan Israel
Berita Terkini
Ekonomi 15 Negara Mitra...
Ekonomi 15 Negara Mitra Dagang AS yang Paling Terpukul Tarif Timbal Balik Trump
1 jam yang lalu
BRI Menanam Grow & Green...
BRI Menanam Grow & Green Transplantasi Terumbu Karang, Selamatkan Ekosistem Laut di NTB
2 jam yang lalu
Jadwal Program Pemutihan...
Jadwal Program Pemutihan Pajak Kendaraan Tahun 2025 di 11 Provinsi
2 jam yang lalu
Pecah Rekor Lagi, Harga...
Pecah Rekor Lagi, Harga Emas Antam Tembus Rp1.826.000 per Gram
3 jam yang lalu
1,9 Juta Kendaraan Tinggalkan...
1,9 Juta Kendaraan Tinggalkan Jabotabek Sampai Hari Pertama Lebaran
4 jam yang lalu
2 Juta Orang Sudah Mudik...
2 Juta Orang Sudah Mudik Lebaran Gunakan Kereta Api
5 jam yang lalu
Infografis
2.361 Perusahaan di...
2.361 Perusahaan di Inggris Alami Kebangkrutan dan Lenyap
Copyright ©2025 SINDOnews.com All Rights Reserved