Miris Lihat Harga Singkong Petani Cuma Rp500 per Kg, MSI Tempuh 3 Langkah Ini

Rabu, 23 Desember 2020 - 18:32 WIB
loading...
Miris Lihat Harga Singkong Petani Cuma Rp500 per Kg, MSI Tempuh 3 Langkah Ini
Aktivitas pekerja menata tapai singkong di industri rumahan tapai singkong di Bogor, Jawa Barat, Kamis (9/10/2020). Foto/Dok SINDOphoto/Yorri Farli
A A A
JAKARTA - Masyarakat Singkong Indonesia (MSI) akan menjalankan 3 langkah dalam rangka memacu semangat dan produktivitas petani singkong di Indonesia.

Ketua MSI Arifin Lambaga mengatakan, langkah pertama adalah meningkatkan permintaan (demand) singkong di Tanah Air, sehingga produksi singkong petani dapat terserap maksimal dan harganya bisa meningkat.

Menurut dia, salah satu yang menyebabkan kurangnya daya tarik masyarakat untuk menanam singkong adalah persoalan harga yang belum ada patokannya sehingga terkadang fluktuatif.

"Soal harga singkong ini variatif. Kalau musim panen kadang cuma Rp500-600 per Kg di tingkat petani. Kalau segitu harganya dengan produktivitas hanya 21-22 ton per hektar itu sangat minim pendapatan bagi petani. Idealnya harga berkisar Rp1.000-1.200 per Kg," ujar Arifin, Rabu (23/12/2020).

(Lihat juga foto: Bulog Luncurkan Beras Singkong Guna Bangkitkan Diversifikasi Pangan Nasional )

Langkah selanjutnya adalah meningkatkan produktivitas dengan membantu petani memperbaiki good agricultural practises. Tujuannya agar aspek pengolahan dan budidayanya lebih baik sehingga produktivitas meningkat.

"Misalnya dengan pemupukan yang baik dan tepat, produktivitasnya minimal bisa 40 ton per hektar. Kalau dijual dengan harga Rp1.000 per Kg saja kan petani sudah dapat Rp40 juta per hektar. Itu lebih hebat dan tinggi pendapatannya dibanding sawit," ungkap Arifin.

Langkah ketiga, lanjut dia, MSI mendukung program pemerintah terkait pembentukan korporasi petani. "Caranya, MSI membantu mengembangkan korporasi di wilayah desa, 2-3 desa kita bikin satu korporasi semacam Badan Usaha Milik Petani (BUMP). Program ini masih on progress, sudah ada satu yang kita buat di Sukabumi," ungkapnya.

Arifin menambahkan, saat ini kapasitas produksi singkong baru sekitar 20 juta ton per tahun. Menurutnya, angka ini masih bisa ditingkatkan hingga 30 juta ton per tahun. Tentunya hal ini hanya bisa tercapai melalui kerja sama yang baik dengan seluruh pemangku kepentingan.

( )

"Ruang pengembangannya masih luas dan demand pun masih bisa terus ditingkatkan. Apalagi kita kan masih impor tapioka juga, belum lagi kalau kita kembangkan produk hilirnya," tuturnya.

Sebagai catatan, ketahanan pangan dan diversifikasi pangan penting untuk dilakukan seiring terus meningkatnya populasi penduduk dan menyempitnya lahan persawahan. Singkong yang dikenal merakyat merupakan komoditas potensial yang bisa dikembangkan sebagai pangan alternatif pengganti nasi.

Arifin mengakui selama ini singkong kurang dilirik karena citranya sebagai makanan kelas bawah. Padahal, ubi kayu ini atau singkong merupakan sumber karbohidrat dan protein dengan banyak keunggulan.

"Visi misi kita bagaimana mengubah persepsi masyarakat yang memandang singkong ini makanan orang pinggiran atau orang miskin, menjadi makanan kita semua. Supaya lebih naik kelas lah singkong ini," tukasnya.

Singkong, imbuh Arifin, bisa diolah menjadi beragam produk seperti tepung atau chips sebagai bahan baku makanan sehari-hari, bahan baku bioetanol, hingga kantong plastik ramah lingkungan. Baru-baru ini, MSI bekerja sama dengan Perum Bulog juga meluncurkan produk beras singkong sebagai alternatif pengganti beras padi.

( )

"Melalui kerja sama ini diharapkan anggota MSI terpacu untuk memproduksi beras singkong, karena produk yang mereka hasilkan nanti sudah ada yang menampung yaitu Bulog. Nanti Bulog yang menjualkan ke konsumen dengan harga sekitar Rp15.000 per Kg," tuturnya.

Lebih lanjut, pihaknya juga ingin mendorong agar produk olahan singkong bisa diekspor. "Tujuannya agar demand di Indonesia bisa tumbuh, suplai dari bahan baku tumbuh, nilai ekonomi meningkat, sehingga petani juga lebih sejahtera," pungkasnya.
(ind)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2922 seconds (0.1#10.140)