Masih Wacana di Indonesia, The Fed Sudah Cetak Uang untuk Atasi Krisis Covid-19

Kamis, 14 Mei 2020 - 15:55 WIB
loading...
Masih Wacana di Indonesia,...
The Fed diperkirakan telah membeli USD3,5 triliun surat berharga pemerintah dengan dolar yang baru dibuat ini untuk membantu menopang perekonomian melemah selama pandemi Covid-19. Foto/Ilustrasi
A A A
JAKARTA - Pandemi Covid-19 telah memorakporandakan perekonomian di banyak negara di deluruh dunia. Tak terkecuali di Indonesia, dampak Covid-19 terhadap perekonomian tampak dari merosotnya pertumbuhan ekonomi di kuartal pertama tahun ini menjadi hanya 2,97%, terendah sejak kuartal I/2001.

Pemerintah menyatakan telah mengalokasikan dana hingga Rp405,1 triliun dalam upaya menangani dampak penyebaran virus corona di Indonesia. Namun, sebagian kalangan menilai dana tersebut masih jauh dari cukup. Beberapa pihak pun muncul dengan ide agar bank sentral mencetak uang Rp600-4.000 triliun untuk mengatasi krisis akibat Covid-19.

Sejauh ini, wacana tersebut mencapat penolakan dari Bank Indonesia (BI). Bank sentral Indonesia tersebut beralasan, mencetak uang tunai secara berlebih dapat mengganggu operasi moneter dan inflasi. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pun angkat suara dan menyatakan bahwa wacana mencetak uang Rp600 triliun untuk menangani pandemi Corona itu terlalu dini dan belum diperlukan.

Namun, bagaimana dengan langkah negara lain dalam rangka memulihkan diri dari situasi krisis akibat pandemi Covid-19? Untuk diketahui, Amerika Serikat (AS) baru-baru ini juga melakukan "pencetakan" uang dolar besar-besaran. Dilansir dari USA Today, uang ini tidak dicetak secara fisik, tetapi pemerintah AS mencetak uang ini secara virtual dan menginjeksinya ke dalam sistem perbankan komersil.

(Baca Juga: Cetak Uang Demi Atasi Krisis, Ini Untung-Ruginya Kata Ekonom)

Oxford Economics memproyeksikan pada akhir tahun, The Fed telah membeli USD3,5 triliun surat berharga pemerintah dengan dolar yang baru dibuat ini, salah satu dari banyak alat yang digunakan untuk membantu menopang perekonomian melemah selama pandemi Covid-19.

"Seperti kita semua memiliki rekening di bank, begitulah dengan semua bank lain memiliki rekening di The Fed," kata Ekonom Bard College Pavlina Tcherneva di New York, Kamis (14/5/2020).

Pada saat krisis, The Fed justru melakukan pembelian aset besar di pasar terbuka dengan menambahkan dolar elektronik yang baru dibuat ke cadangan bank seperti Wells Fargo, Goldman Sachs, dan Morgan Stanley. Sebagai gantinya, The Fed menerima sejumlah besar obligasi - surat berharga dari Departemen Keuangan AS dan surat berharga agensi yang didukung oleh rangkaian kredit kepemilikan rumah.

Alhasil, pasar yang tadinya terhambat, mulai mengalir lagi dengan lancar. Bank mendapatkan lebih banyak dolar sebagai cadangan dan cenderung untuk meminjamkan uang tanpa rasa khawatir akan menghabiskan dana mereka akibat menjalankan bank dalam situasi panik. Pembelian sekuritas secara besar-besaran oleh The Fed juga secara efektif meningkatkan jumlah uang beredar dan menurunkan suku bunga. Ini membuat biaya pinjaman tetap murah bagi mereka yang membutuhkannya.

"Jika The Fed tidak mengambil langkah-langkah darurat ini dan lainnya, sistem pastinya sudah meledak, dan pasar akan jatuh hingga 10 kali lipat," ujar Ekonom University of Oregon Tim Duy.
Halaman :
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2211 seconds (0.1#10.140)