Masih Wacana di Indonesia, The Fed Sudah Cetak Uang untuk Atasi Krisis Covid-19
loading...
A
A
A
Menurut Oxford Economics, sejak pertengahan Maret, The Fed telah membeli sebanyak USD1,4 triliun dalam kas negaranya, yang merupakan sebagian besar dari USD1,6 triliun total kas yang dikeluarkan selama periode itu, untuk mencairkan pasar yang telah membeku karena krisis saat ini. Meski demikian, The Fed tidak membeli sekuritas langsung dari Departemen Keuangan AS. Sebaliknya, pihak The Fed membeli surat berharga yang diterbitkan sebelumnya melalui bank umum.
Selanjutnya, The Fed mencetak dolar untuk membeli utang pemerintah dalam bentuk sekuritas yang sebelumnya diterbitkan oleh Departemen Keuangan AS. Departemen Keuangan kemudian membayar The Fed dengan utang bunga dari sekuritas tersebut. Ketika gilirannya tiba, The Fed diwajibkan secara hukum untuk mengembalikannya ke Depkeu AS dengan keuntungan yang dihasilkan dari Depkeu AS atas sekuritas ini.
Mantan Vice Chairman The Fed Alan Blinder mengatakan bahwa AS tidak mengkhawatirkan terjadinya inflasi yang tinggi akibat keputusan ini. AS dihadapkan situasi dimana angka inflasi rendah, yang justru lebih mengarah ke deflasi.
"Dengan kondisi ekonomi yang begitu turun, dan inflasi yang sangat rendah, kekhawatiran bahwa operasi semacam ini akan menyebabkan inflasi yang tinggi di AS tampaknya sangat tidak masuk akal," kata Blinder.
(Baca Juga: Ini Tanggapan Bos OJK Terkait Cetak Uang Rp600 Triliun)
Namun, Tchnerva menekankan bahwa tidak semua negara bisa menerapkan solusi ini seperti yang dilakukan oleh The Fed. "Tidak setiap negara dapat melakukan ini, hanya bagi mereka yang mengeluarkan mata uang mereka sendiri. Dan tidak ada negara lain yang dapat meminjam uang seperti AS, yang surat berharga dari Treasury-nya diminati di seluruh dunia. Semua tetap ada batasannya," pungkasnya.
Selanjutnya, The Fed mencetak dolar untuk membeli utang pemerintah dalam bentuk sekuritas yang sebelumnya diterbitkan oleh Departemen Keuangan AS. Departemen Keuangan kemudian membayar The Fed dengan utang bunga dari sekuritas tersebut. Ketika gilirannya tiba, The Fed diwajibkan secara hukum untuk mengembalikannya ke Depkeu AS dengan keuntungan yang dihasilkan dari Depkeu AS atas sekuritas ini.
Mantan Vice Chairman The Fed Alan Blinder mengatakan bahwa AS tidak mengkhawatirkan terjadinya inflasi yang tinggi akibat keputusan ini. AS dihadapkan situasi dimana angka inflasi rendah, yang justru lebih mengarah ke deflasi.
"Dengan kondisi ekonomi yang begitu turun, dan inflasi yang sangat rendah, kekhawatiran bahwa operasi semacam ini akan menyebabkan inflasi yang tinggi di AS tampaknya sangat tidak masuk akal," kata Blinder.
(Baca Juga: Ini Tanggapan Bos OJK Terkait Cetak Uang Rp600 Triliun)
Namun, Tchnerva menekankan bahwa tidak semua negara bisa menerapkan solusi ini seperti yang dilakukan oleh The Fed. "Tidak setiap negara dapat melakukan ini, hanya bagi mereka yang mengeluarkan mata uang mereka sendiri. Dan tidak ada negara lain yang dapat meminjam uang seperti AS, yang surat berharga dari Treasury-nya diminati di seluruh dunia. Semua tetap ada batasannya," pungkasnya.
(fai)