Tutup Tahun, Sri Mulyani 'Curhat' Soal Ujian Berat Sepanjang 2020
loading...
A
A
A
JAKARTA - Menjelang penutupan tahun 2020, Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati mengunggah video kaleidoskop melalui akun media sosialnya @smindrawati ihwal kondisi ekonomi nasional sepanjang 2020. Video pendek itu menceritakan upaya pemerintah menangani pandemi Covid-19 di Tanah Air.
Sri Mulyani mengatakan, pandemi yang melanda Indonesia sepanjang tahun ini merupakan kejadian di luar dugaan pemerintah. Bahkan, 2020 dinilai sebagai tahun ujian yang berat bagi Indonesia.
(Baca Juga : Buntut Pandemi, ASN Batal Kantongi Penghasilan Rp9 Juta )
"Kaleidoskop Kementerian Keuangan. Apa yang terjadi di tahun ini begitu di luar dugaan. Inilah tahun yang memberikan ujian berat bagi Indonesia," tulis Sri Mulyani, dikutip pada Kamis (31/12/2020).
( )
Dia menuturkan, sebagai bendahara negara, mengelola Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) Tahun Anggaran 2020 sangat berat. Itu karena menurunnya aktivitas ekonomi membuat penerimaan pajak turun sementara belanja negara harus menjadi pendorong utama ekonomi di tengah pandemi.
Meski begitu, dirinya menyimak dengan seksama laporan kinerja tim Kementerian Keuangan dari seluruh kantor di wilayah. Di mana, pihaknya, berjuang dan memberikan usaha terbaiknya baik dalam mengumpulkan penerimaan negara maupun yang berperan mengoptimalkan belanja negara.
“Saya juga sangat mengapresiasi lahirnya berbagai inovasi pelayanan di tengah situasi yang memerlukan kecepatan dan kecermatan dalam bekerja demi mencapai target,” kata dia.
( )
Dia pun berterima kasih kepada tim Kemenkeu atas dedikasinya dalam mengawal APBN untuk melindungi rakyat, dunia usaha, serta perekonomian Indonesia di tengah pandemi Covid-19. Dia bilang, semangat dan kualitas kerja stafnya tak berkurang meski tidak sedikit anggota timnya terinfeksi Covid-19.
Sri Mulyani mengistilahkan tahun ini sebagai situasi extraordinary yang mengharuskan pemerintah mengambil langkah-langkah luar biasa merespons krisis. Indonesia untuk pertama kalinya masuk jurang resesi sejak 1998.
Pendapatan negara ditargetkan awalnya mencapai Rp2.233,2 triliun. Rinciannya, penerimaan perpajakan Rp1.865,7 triliun, PNBP Rp367 triliun, dan hibah Rp0,5 triliun. Pertumbuhan ekonomi dipatok 5,3 persen.
"Target tahun ini merupakan target yang optimal, namun tetap realistis untuk mendukung capaian sasaran pembangunan dan tetap adaptif menghadapi risiko perekonomian," ujar Sri Mulyani ketika itu.
( )
Penyebaran virus corona yang tak terkendali mengubah arah pertumbuhan ekonomi yang awalnya optimistis. Pemerintah menerapkan pembatasan aktivitas masyarakat untuk mencegah lebih luas infeksi virus. Praktis, kegiatan ekonomi sempat lumpuh total.
Alhasil, pendapatan negara yang sebagian besar bersumber dari pajak berkurang drastis. Target disesuaikan dari Rp2.233 triliun menjadi Rp1.699 triliun lewat Perppu 72/2020. Hingga akhir November 2020, pendapatan negara terealisasi Rp1.423 triliun.
Belanja negara dalam APBN 2020 dikerek ke atas untuk mendukung pemulihan. Pagu belanja negara naik menjadi Rp2.739 triliun. Kenaikan belanja tersebut sudah termasuk untuk stimulus fiskal terkait Covid-19 yang mencapai Rp405,1 triliun. Hingga akhir November, realisasi belanja mencapai Rp2.306 triliun.
Sri Mulyani mengatakan, pandemi yang melanda Indonesia sepanjang tahun ini merupakan kejadian di luar dugaan pemerintah. Bahkan, 2020 dinilai sebagai tahun ujian yang berat bagi Indonesia.
(Baca Juga : Buntut Pandemi, ASN Batal Kantongi Penghasilan Rp9 Juta )
"Kaleidoskop Kementerian Keuangan. Apa yang terjadi di tahun ini begitu di luar dugaan. Inilah tahun yang memberikan ujian berat bagi Indonesia," tulis Sri Mulyani, dikutip pada Kamis (31/12/2020).
( )
Dia menuturkan, sebagai bendahara negara, mengelola Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) Tahun Anggaran 2020 sangat berat. Itu karena menurunnya aktivitas ekonomi membuat penerimaan pajak turun sementara belanja negara harus menjadi pendorong utama ekonomi di tengah pandemi.
Meski begitu, dirinya menyimak dengan seksama laporan kinerja tim Kementerian Keuangan dari seluruh kantor di wilayah. Di mana, pihaknya, berjuang dan memberikan usaha terbaiknya baik dalam mengumpulkan penerimaan negara maupun yang berperan mengoptimalkan belanja negara.
“Saya juga sangat mengapresiasi lahirnya berbagai inovasi pelayanan di tengah situasi yang memerlukan kecepatan dan kecermatan dalam bekerja demi mencapai target,” kata dia.
( )
Dia pun berterima kasih kepada tim Kemenkeu atas dedikasinya dalam mengawal APBN untuk melindungi rakyat, dunia usaha, serta perekonomian Indonesia di tengah pandemi Covid-19. Dia bilang, semangat dan kualitas kerja stafnya tak berkurang meski tidak sedikit anggota timnya terinfeksi Covid-19.
Sri Mulyani mengistilahkan tahun ini sebagai situasi extraordinary yang mengharuskan pemerintah mengambil langkah-langkah luar biasa merespons krisis. Indonesia untuk pertama kalinya masuk jurang resesi sejak 1998.
Pendapatan negara ditargetkan awalnya mencapai Rp2.233,2 triliun. Rinciannya, penerimaan perpajakan Rp1.865,7 triliun, PNBP Rp367 triliun, dan hibah Rp0,5 triliun. Pertumbuhan ekonomi dipatok 5,3 persen.
"Target tahun ini merupakan target yang optimal, namun tetap realistis untuk mendukung capaian sasaran pembangunan dan tetap adaptif menghadapi risiko perekonomian," ujar Sri Mulyani ketika itu.
( )
Penyebaran virus corona yang tak terkendali mengubah arah pertumbuhan ekonomi yang awalnya optimistis. Pemerintah menerapkan pembatasan aktivitas masyarakat untuk mencegah lebih luas infeksi virus. Praktis, kegiatan ekonomi sempat lumpuh total.
Alhasil, pendapatan negara yang sebagian besar bersumber dari pajak berkurang drastis. Target disesuaikan dari Rp2.233 triliun menjadi Rp1.699 triliun lewat Perppu 72/2020. Hingga akhir November 2020, pendapatan negara terealisasi Rp1.423 triliun.
Belanja negara dalam APBN 2020 dikerek ke atas untuk mendukung pemulihan. Pagu belanja negara naik menjadi Rp2.739 triliun. Kenaikan belanja tersebut sudah termasuk untuk stimulus fiskal terkait Covid-19 yang mencapai Rp405,1 triliun. Hingga akhir November, realisasi belanja mencapai Rp2.306 triliun.
(ind)