Ekonom Beberkan Sejumlah Motif di Balik Merger Gojek dan Tokopedia

Selasa, 05 Januari 2021 - 22:13 WIB
loading...
Ekonom Beberkan Sejumlah Motif di Balik Merger Gojek dan Tokopedia
Foto/Ilustrasi/SINDOnews
A A A
JAKARTA - Pengamat ekonomi dari Indef Nailul Huda mengungkap beberapa motif dalam merger Gojek dan Tokopedia . Semua motif itu tidak lepas dari karakteristik utama perusahaan digital .

Pertama, perusahaan digital mengedepankan efisiensi dalam operasional kegiatan bisnisnya. Kedua, perusahaan digital memperoleh pendanaan dengan cara yang relatif sama, misalkan pendanaan berseri (untuk di film startup dilakukan saat demoday). Ketiga, perusahaan digital cenderung memperbesar nilai valuasi perusahaan. ( Baca juga:Gojek dan Tokopedia Mau Merger, Begini Komentar KPPU )

"Dengan valuasi yang tinggi dan sistem operasional yang lebih efisien, pendanaan akan lebih mudah mengalir ke perusahaan digital tersebut. Gojek dan Tokopedia akan bisa menghasilkan manfaat dari ketiga karakteristik tersebut," ujar Huda hari ini (5/1).

Selain itu, Gojek juga berencana mendirikan bank digital, maka bisa membuat pangsa pasar bank digital Gojek semakin besar. Bagi Tokopedia, rencana untuk IPO akan lebih mulus dan besar kemungkinan berhasil.

Di samping itu, keberadaan investor yang sama di Gojek dam Tokopedia akan memperkuat merger ini. Adanya merger akan lebih menguatkan posisi investor di kedua perusahaan yang merger.

Kalau dilihat dari persaingan usaha, merger ini akan mengarahkan persaingan kepada duopoli di ecommerce dan menguatkan duopoli di ride-hailing atau ojek online.

Dalam jangka pendek tentu ini akan menguntungkan konsumen karena perang promo dan diskon akan terjadi. "Namun dalam jangka panjang akan merugikan karena persaingan sudah mengerucut pada dua perusahaan, Shopee dan Tokopedia di e-commerce, dan Gojek dan Grab di ride hailing," jelasnya. ( Baca juga:Gawat, Ketersediaan Tempat Tidur di Rumah Sakit Menipis )

Pengamat teknologi digital Heru Sutadi juga menilai merger antara Gojek dan Tokopedia ini akan menjadi super apps. Namun dalam ekonomi tradisional ini juga disebut konglomerasi.

"Tentu harus jadi perhatian jika ada penguasaan bisnis dari hulu hingga ke hilir yang berdampak misal pada harga ke konsumen dan persaingan usaha tidak sehat," ujar Heru mengingatkan.
(uka)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1367 seconds (0.1#10.140)