Saham Rokok Bakal Terbakar Kenaikan Tarif Cukai
loading...
A
A
A
JAKARTA - Head of Research Division PT BNI Sekuritas, Damhuri Nasution, menilai kenaikan cukai rokok biasanya akan memberikan sentimen negatif ke saham sektor cigarettes. Kenaikan cukai akan menyebabkan harga jual rokok meningkat, sehingga daya beli perokok untuk membelinya akan menurun.
"Pada akhirnya ini akan menurunkan volume penjualan rokok itu sendiri," ujar Damhuri saat dihubungi MNC Portal Indonesia hari ini (1/2/2021) di Jakarta. ( Baca juga:Harga Rokok Makin Mahal Per 1 Febuari, Cek Kenaikan Cukainya )
Namun sebaliknya, dampak bagi APBN akan positif karena akan meningkatkan pendapatan negara dari cukai rokok. Di samping itu dengan kenaikan harga rokok akibat kenaikan cukai tersebut, maka jumlah orang yang merokok diharapkan akan menurun.
"Sehingga banyaknya orang yang sakit akibat merokok diharapkan akan menurun pula. Dengan demikian beban biaya yang mungkin ditanggung oleh BPJS Kesehatan untuk mengobati orang sakit akibat merokok akan lebih rendah," jelasnya.
Analis Binaartha Sekuritas Muhammad Nafan Aji Gusta menilai prospek emiten di sektor rokok ini masih ada peluang untuk recovery. Itu sejalan dengan adanya pemulihan ekonomi, penyaluran bansos, dan pemulihan daya beli masyarakat. ( Baca juga:Virus Nipah di China dengan Tingkat Kematian 75% Bisa Menjadi Pandemi Baru )
"Harapan masih akan tergantung dengan pemulihan daya beli masyarakat," ujar Nafan Aji saat dihubungi.
Dia menilai sentimen yang akan mempengaruhi emiten rokok adalah volume penjualan dari rokok kretek mesin yang kemungkinan akan mengalami penurunan. Sementara untuk penjualan rokok kretek tangan masih akan cenderung stabil.
"Namun para investor masih menantikan periode dividen tahun ini sebelum mengambil keputusan," katanya.
"Pada akhirnya ini akan menurunkan volume penjualan rokok itu sendiri," ujar Damhuri saat dihubungi MNC Portal Indonesia hari ini (1/2/2021) di Jakarta. ( Baca juga:Harga Rokok Makin Mahal Per 1 Febuari, Cek Kenaikan Cukainya )
Namun sebaliknya, dampak bagi APBN akan positif karena akan meningkatkan pendapatan negara dari cukai rokok. Di samping itu dengan kenaikan harga rokok akibat kenaikan cukai tersebut, maka jumlah orang yang merokok diharapkan akan menurun.
"Sehingga banyaknya orang yang sakit akibat merokok diharapkan akan menurun pula. Dengan demikian beban biaya yang mungkin ditanggung oleh BPJS Kesehatan untuk mengobati orang sakit akibat merokok akan lebih rendah," jelasnya.
Analis Binaartha Sekuritas Muhammad Nafan Aji Gusta menilai prospek emiten di sektor rokok ini masih ada peluang untuk recovery. Itu sejalan dengan adanya pemulihan ekonomi, penyaluran bansos, dan pemulihan daya beli masyarakat. ( Baca juga:Virus Nipah di China dengan Tingkat Kematian 75% Bisa Menjadi Pandemi Baru )
"Harapan masih akan tergantung dengan pemulihan daya beli masyarakat," ujar Nafan Aji saat dihubungi.
Dia menilai sentimen yang akan mempengaruhi emiten rokok adalah volume penjualan dari rokok kretek mesin yang kemungkinan akan mengalami penurunan. Sementara untuk penjualan rokok kretek tangan masih akan cenderung stabil.
"Namun para investor masih menantikan periode dividen tahun ini sebelum mengambil keputusan," katanya.
(uka)