Harga Rokok Naik, Bagi Perokok Kurang-kurangin Deh Makan di Restoran
loading...
A
A
A
JAKARTA - Harga rokok yang semakin mahal seiring dengan kenaikan cukai , membuat perokok harus memiliki strategi keuangan yang tepat agar tidak menggerus biaya hidup lainnya. Seperti diketahui Kementerian Keuangan (Kemenkeu) telah efektif memberlakukan kenaikan cukai hasil tembakau pada 1 Februari 2021.
Baca Juga: Wapres Sebut Vaksinasi Covid-19 Hukumnya Wajib
"Yang bisa dilakukan kalau mau tetap merokok tercukupi, intensitas dikurangi atau pilihan kedua mengorbankan kebutuhan lainya. Bisa menghemat makan sendiri seperti enggak makan di cafe, masak sendiri karena itu bisa tercukupi untuk kebutuhan sehari-hari," ujar Perencana Keuangan Andi Nugroho saat dihubungi SINDOnews di Jakarta, Selasa (2/2/2021).
Lanjutnya terang dia, membuat rencana jatah pengeluaran untuk rokok, maka bisa disesuaikan dengan mengurangi intensitas merokok. Sehingga pengeluaran untuk rokok tetap, namun intensitas merokoknya berkurang.
Baca Juga: 10 Juta Bahan Baku Vaksin Sinovac Siap Diproses Mulai 13 Februari
"Ibarat makan sehari-hari, kalau harga makanan mahal ya bisa mengurangi. Misalnya nggak makan di restoran tapi makan di warteg. Atau tidak lagi makan ayam dan daging," terangnya.
Sambungnya, apabila tidak bisa mengorbankan pengeluaran lainnya dan tidak bisa mengurangi intensitas merokok ya satu-satunya jalan adalah mencari penghasilan tambahan.
"Pilihan ketiga nambah pemghasilan dengan harga rokok naik. Jadi kebutuhan bertambah, kalau finansialnya segitu aja bisa enggak bisa memenuhi kebutuhan sendiri. Bisa bikin bisnis sampingan atau minta lembur agar bisa dapat uang tambahan," tandasnya.
Baca Juga: Wapres Sebut Vaksinasi Covid-19 Hukumnya Wajib
"Yang bisa dilakukan kalau mau tetap merokok tercukupi, intensitas dikurangi atau pilihan kedua mengorbankan kebutuhan lainya. Bisa menghemat makan sendiri seperti enggak makan di cafe, masak sendiri karena itu bisa tercukupi untuk kebutuhan sehari-hari," ujar Perencana Keuangan Andi Nugroho saat dihubungi SINDOnews di Jakarta, Selasa (2/2/2021).
Lanjutnya terang dia, membuat rencana jatah pengeluaran untuk rokok, maka bisa disesuaikan dengan mengurangi intensitas merokok. Sehingga pengeluaran untuk rokok tetap, namun intensitas merokoknya berkurang.
Baca Juga: 10 Juta Bahan Baku Vaksin Sinovac Siap Diproses Mulai 13 Februari
"Ibarat makan sehari-hari, kalau harga makanan mahal ya bisa mengurangi. Misalnya nggak makan di restoran tapi makan di warteg. Atau tidak lagi makan ayam dan daging," terangnya.
Sambungnya, apabila tidak bisa mengorbankan pengeluaran lainnya dan tidak bisa mengurangi intensitas merokok ya satu-satunya jalan adalah mencari penghasilan tambahan.
"Pilihan ketiga nambah pemghasilan dengan harga rokok naik. Jadi kebutuhan bertambah, kalau finansialnya segitu aja bisa enggak bisa memenuhi kebutuhan sendiri. Bisa bikin bisnis sampingan atau minta lembur agar bisa dapat uang tambahan," tandasnya.
(akr)