Era Baru Bisnis: Kolaborasi

Sabtu, 06 Februari 2021 - 16:05 WIB
loading...
Era Baru Bisnis: Kolaborasi
Keunggulan produk harus dikolaborasikan dengan teknologi informasi untuk bisa menaikkan penjualan. (Foto: Sindonews/Yorri Farli)
A A A
PANDEMI Covid-19 memaksa para pengusaha beradaptasi dengan model bisnis baru. Kolaborasi dan pemanfaatan information and communication technology (ICT) pun tak terelakkan lagi.

Perekonomian dunia dan tentu saja, Indonesia, mendadak lesu akibat penyebaran virus Sars Cov-II. Ini berimplikasi pada kelangsungan perusahaan-perusahaan baik besar maupun kecil. Ada yang bisa bertahan, ada pula yang gulur tikar. Beragam cara dilakukan untuk bisa tetap menjalankan bisnis, antara lain, pengurangan karyawan dan biaya operasional.

Pandemi ini tidak memukul semua sektor bisnis. Ada usaha malah yang tumbuh, seperti jasa pada sektor ICT, pertanian, kesehatan, dan tentu saja, kebutuhan pokok. Peneliti bidang Ekonomi The Indonesian Institute Center for Public Policy Research (TII) M Rifki Fadilah mengatakan, pandemi ini mengubah cara bisnis perusahaan yang tadinya bersaing menjadi berkolaborasi.

“Mereka saling melengkapi, kolaborasi. Ditambah lagi, saat ini masuk dalam global value chain. Satu negara itu tidak bisa memproduksi barang sendiri, membutuhkan dari negara lain. Saling bekerja sama dalam memenuhi komponen-komponen. Misalnya, mau buat handphone, komponen-komponen tidak hanya dari satu negara,” ujarnya, Kamis (04/02/2021).

Pengamat bisnis Universitas Indonesia Fithra Faisal mengungkapkan, usaha di sektor pertanian tetap tumbuh karena masa panen. Kemudian, pandemi ini menyadarkan orang-orang tentang pentingnya kesehatan. Maka, perusahaan-perusahaan farmasi dan penyedia alat-alat kesehatan menangguk untung.

“Pelaku usaha ICT itu mengalami kenaikan (keuntungan) ratusan persen. Oleh karena itu, yang ingin survive dan mendapatkan keuntungan harus bisa terhubung dengan platform digital. Trennya ke arah itu. Kita lihat bagaimana transaksi e-commerce dan fintek yang meningkat signifikan. Pariwisata agak sulit meskipun dihubungkan dengan online. Mereka itu menjual pengalaman,” tuturnya.

Laporan e-Conomy SEA yang disusun Google, Temasek, dan Bain & Company menyebutkan ekonomi digital Indonesia pada 2020 mencapai USD44 miliar. Pada 2025, jumlah transaksi di ranah digital diprediksi mencapai USD124 miliar. Ranah digital menjadi arena baru meraup cuan.

Fithra menjelaskan, ICT itu hanya hub-nya saja dalam sebuah rantai usaha. Perusahaan-perusahaan yang sudah ada dan berada di sektor lain bisa meningkatkan pendapatan. Asal menggunakan ICT juga karena pandemi membuat kegiatan orang-orang dibatasi. Banyak orang melakukan berbagai aktivitasnya dari rumah dan secara daring, mulai dari bekerja, belajar, hingga belanja kebutuhan hidupnya.

Pakar manajemen Wahyu Setyobudi mengatakan, pandemi ini menyebabkan penurunan permintaan pasar. Semua perusahaan terdampak. Selain penyusutan permintaan, perekonomian dunia dalam situasi tidak pasti. Dia menyebut pandemi ini akan menghadirkan empat gelombang terhadap perusahaan-perusahaan.

Pertama, gelombang pertama pada periode Maret-Mei 2020 itu menghajar perusahaan-perusahaan yang kondisi keuangan sudah buruk sebelum pandemi. Itu yang teriak-teriak kekuatan finansialnya hanya sampai Juli 2020. Pandemi ini hadir mendadak, tak satu pun perusahaan yang melakukan persiapan.
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2194 seconds (0.1#10.140)