Bank Syariah Indonesia Jadi Tumpuan Jawab Tantangan Ekonomi dan Keuangan Syariah

Selasa, 16 Februari 2021 - 07:46 WIB
loading...
Bank Syariah Indonesia Jadi Tumpuan Jawab Tantangan Ekonomi dan Keuangan Syariah
Untuk mewujudkan mimpi itu, BSI punya punya aset hampir Rp240 triliun, DPK Rp209,9 triliun, modal Rp21,74 triliun dan kapitalisasi pasar per 9 Februari 2021 telah mencapai Rp117 triliun. Foto/Dok
A A A
JAKARTA - Perkembangan ekonomi dan keuangan syariah terus bergeliat seiring penerapan gaya hidup halal yang mulai digandrungi masyarakat. Di Tanah Air, industri halal menyimpan potensi yang sangat besar dimana pada tahun 2020, nilai perdagangan industri halal Indonesia telah mencapai USD3 Miliar dolar AS dengan tren yang terus meningkat.

Tak jauh beda, geliat sektor keuangan syariah juga semakin berkembang. Bahkan, keuangan syariah terbukti kebal terhadap dampak pandemi Covid-19. Hingga Desember 2020, aset Aset keuangan syariah mencapai Rp1.770,3 triliun, tumbuh tinggi sebesar 21,48% dimana sebelumnya ialah 13,84% di tahun 2019.

Sementara pembiayaan bank umum syariah tumbuh 9,5% year on year, jauh lebih tinggi dibandingkan bank konvensional yang terkontraksi -2,41%. Meskipun terbilang moncer, perkembangan industri keuangan syariah nyatanya masih menghadapi sejumlah tantangan dalam mendukung pembiayaan industri halal Tanah Air.



Ketua Dewan Komisioner OJK (Otoritas Jasa Keuangan), Wimboh Santoso mengatakan, untuk meningkatkan capaian industri keuangan syariah di Indonesia dengan memaksimalkan potensi dimaksud, OJK memandang masih terdapat beberapa tantangan yang akan dihadapi kedepan.

Pertama, Market share industri jasa keuangan Syariah masih relatif kecil, yaitu sebesar 9,90% dari aset industri keuangan nasional. Kedua, Permodalan yang terbatas, dimana masih terdapat 6 (enam) Bank Syariah yang memiliki modal inti di bawah Rp2 triliun dari total 14 bank umum Syariah per Desember 2020.

"Literasi keuangan Syariah yang masih sangat rendah, yaitu sebesar 8,93%, jauh tertinggal dibandingkan indeks nasional sebesar 38,03%. Sementara Indeks Inklusi Keuangan Syariah yang sebesar 9,1% juga masih tertinggal dibandingkan indeks nasional sebesar 76,19%," ujar Wimboh dalam sambutannya pada Webinar yang bertajuk "Peluang dan Tantangan Bisnis Perbankan Syariah Pasca Merger Bank Syariah BUMN” di Jakarta.

Selain itu, sumber daya di industri keuangan syariah juga masih terbatas, produk dan layanan keuangan Syariah yang belum setara dibandingkan keuangan konvensional, dan rendahnya research and development dalam mengembangkan produk dan layanan syariah lebih inovatif.

Untuk menjawab tantangan tersebut, kata Wimboh, kehadiran Bank Syariah Indonesia (BSI) dengan kemampuan permodalan dan sumber daya yang kuat dapat menjadi momentum untuk mengakselerasi perkembangan industri keuangan syariah di Indonesia bahkan untuk eksis di kancah global dan regional.

BSI yang merupakan bank hasil merger BNI Syariah, Bank Syariah Mandiri dan BRI Syariah diyakini memiliki infrastruktur yang kuat dan lengkap. Hal ini sangat vital dalam mendukung peningkatan competitiveness dengan skala ekonomi yang lebih besar, cakupan produk yang lebih bervariasi serta market share yang tinggi.

"Infrastruktur tersebut di antaranya kehandalan teknologi informasi, sumber daya manusia yang berkualitas, produk dan layanan yang bervariasi dan berkualitas, serta harga yang murah," tukasnya.
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.4224 seconds (0.1#10.140)