Insentif Pajak Mobil dan Rumah Sudah Lama Dinanti, Pemulihan Ekonomi Akan Lebih Cepat
loading...
A
A
A
JAKARTA - Relaksasi atau insentif Pajak Pertambahan Nilai Barang Mewah (PPnBM) untuk kendaraan bermotor serta PPn perumahan diyakini dapat mendorong pemulihan ekonomi nasional semakin cepat. Pasalnya konsumsi akan naik yang selama ini menopang pertumbuhan ekonomi nasional.
"Kebijakan ini sangat bagus, pada kondisi normal kalau harganya turun 10 persen maka diperkirakan demand (permintaan) mobil bisa naik lebih dari 15 persen. Tapi di tahun ini dengan adanya insentif PPnBM diperkirakan permintaannya akan naik di kisaran 15-20 persen, terutama di market otomotif 1500cc," ujar Senior Researcher Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat, Riyanto Umar di Jakarta.
Pasalnya, kata Riyanto, insentif ini memang dinanti oleh konsumen sejak tahun lalu, sehingga dengan diberlakukannya kebijakan ini, bisa dimanfaatkan sebaik-baiknya oleh masyarakat.
"Jadi ini cukup mendorong aktivitas sektor otomotif dan turunannya, maka dari sisi manufacturing bisa disiapkan. Termasuk sektor pemasok bahan baku, industri komponen, dan juga termasuk jasa penunjangnya," ucap Riyanto.
Terlebih, sektor otomotif pada tahun lalu turun tajam hampir 50%. Dimana, penjualan mobil di 2020 turun drastis, dari 1 jutaan unit menjadi 500 ribuan unit. Industri mesin beserta perlengkapannya dari 80,5% jadi 40% dan kendaraan bermotor dari 80,8% jadi 40 persen.
“Dengan adanya insentif PPnBM, kami yakini mampu menggairahkan perekonomian di Tanah Air dan menimbulkan dampak yang luas bagi sektor otomotif. Juga mampu kembali menyerap tenaga kerja yang terdampak selama pandemi. Utamanya pada bulan Maret-April 2021 ini insentif yang diberikan fasilitas pengurangan PPnBM sebesar 100 persen. Sehingga ini berimplikasi positif untuk industri otomotif dan turunannya,” pungkasnya
Sebagai informasi Pemerintah memberlakukan relaksasi atau insentif Pajak Pertambahan Nilai Barang Mewah (PPnBM) dan perumahan untuk mendorong pemulihan ekonomi. Kebijakan ini berlaku mulai 1 Maret 2021 sampai 31 Agustus 2021.
Menteri Koordinator (Menko) Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menjelaskan, stimulus diberikan untuk mendorong konsumsi dan peningkatan utilitas industri otomotif dan juga properti. Pasalnya, kedua sektor ini terhantam keras di tengah pandemi Covid-19.
“Otomotif adalah industri padat karya yang memiliki 1,5 juta orang pekerja langsung dan 4,5 tenaga kerja tidak langsung. Industri Pendukung Otomotif menyumbang Rp700 triliun pada PDB 2019. Juga terdapat ±7.451 pabrik yang menghasilkan produk input untuk industri otomotif. Karena itu kita perlu mempertahankan basis industri otomotif nasional,” jelas Menko Airlangga Hartarto saat konferensi pers bersama Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati, Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono, dan Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita di Jakarta.
Stimulus Perumahan
Sementara itu, Menko Airlangga juga menjelakan bahwa pemerintah memberikan stimulus untuk perumahan berupa pajak pertambahan nilai (PPN). Pasalnya kontribusi sektor properti berupa real estate dan konstruksi terhadap PDB selama 20 tahun terakhir terus meningkat, dari 7,8% pada tahun 2000, menjadi 13,6% pada tahun 2020. Namun tahun lalu pertumbuhan sektor properti mengalami kontraksi -2,0%, bahkan sektor konstruksi turun lebih dalam -3,3%.
“Pekerja di sektor properti juga terus meningkat sejak 2000 sampai 2016 dan sedikit melandai hingga 9,1 Juta di 2019, namun turun menjadi 8,5 Juta di 2020. Ini yang menjadi pertimbangan pemerintah,” tambah Menko Airlangga.
Oleh karena itu, momentum saat ini dimanfaatkan sebagai peluang untuk mengungkit pertumbuhan ekonomi melalui insentif-insentif tersebut agar mampu menggairahkan konsumsi, utamanya masyarakat kelas menengah untuk melakukan konsumsi yang tinggi. Hal ini juga didukung oleh program vaksinasi yang mulai berjalan dan penularan kasus Covid-19 mulai menurun.
"Kebijakan ini sangat bagus, pada kondisi normal kalau harganya turun 10 persen maka diperkirakan demand (permintaan) mobil bisa naik lebih dari 15 persen. Tapi di tahun ini dengan adanya insentif PPnBM diperkirakan permintaannya akan naik di kisaran 15-20 persen, terutama di market otomotif 1500cc," ujar Senior Researcher Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat, Riyanto Umar di Jakarta.
Pasalnya, kata Riyanto, insentif ini memang dinanti oleh konsumen sejak tahun lalu, sehingga dengan diberlakukannya kebijakan ini, bisa dimanfaatkan sebaik-baiknya oleh masyarakat.
"Jadi ini cukup mendorong aktivitas sektor otomotif dan turunannya, maka dari sisi manufacturing bisa disiapkan. Termasuk sektor pemasok bahan baku, industri komponen, dan juga termasuk jasa penunjangnya," ucap Riyanto.
Terlebih, sektor otomotif pada tahun lalu turun tajam hampir 50%. Dimana, penjualan mobil di 2020 turun drastis, dari 1 jutaan unit menjadi 500 ribuan unit. Industri mesin beserta perlengkapannya dari 80,5% jadi 40% dan kendaraan bermotor dari 80,8% jadi 40 persen.
“Dengan adanya insentif PPnBM, kami yakini mampu menggairahkan perekonomian di Tanah Air dan menimbulkan dampak yang luas bagi sektor otomotif. Juga mampu kembali menyerap tenaga kerja yang terdampak selama pandemi. Utamanya pada bulan Maret-April 2021 ini insentif yang diberikan fasilitas pengurangan PPnBM sebesar 100 persen. Sehingga ini berimplikasi positif untuk industri otomotif dan turunannya,” pungkasnya
Sebagai informasi Pemerintah memberlakukan relaksasi atau insentif Pajak Pertambahan Nilai Barang Mewah (PPnBM) dan perumahan untuk mendorong pemulihan ekonomi. Kebijakan ini berlaku mulai 1 Maret 2021 sampai 31 Agustus 2021.
Menteri Koordinator (Menko) Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menjelaskan, stimulus diberikan untuk mendorong konsumsi dan peningkatan utilitas industri otomotif dan juga properti. Pasalnya, kedua sektor ini terhantam keras di tengah pandemi Covid-19.
“Otomotif adalah industri padat karya yang memiliki 1,5 juta orang pekerja langsung dan 4,5 tenaga kerja tidak langsung. Industri Pendukung Otomotif menyumbang Rp700 triliun pada PDB 2019. Juga terdapat ±7.451 pabrik yang menghasilkan produk input untuk industri otomotif. Karena itu kita perlu mempertahankan basis industri otomotif nasional,” jelas Menko Airlangga Hartarto saat konferensi pers bersama Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati, Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono, dan Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita di Jakarta.
Stimulus Perumahan
Sementara itu, Menko Airlangga juga menjelakan bahwa pemerintah memberikan stimulus untuk perumahan berupa pajak pertambahan nilai (PPN). Pasalnya kontribusi sektor properti berupa real estate dan konstruksi terhadap PDB selama 20 tahun terakhir terus meningkat, dari 7,8% pada tahun 2000, menjadi 13,6% pada tahun 2020. Namun tahun lalu pertumbuhan sektor properti mengalami kontraksi -2,0%, bahkan sektor konstruksi turun lebih dalam -3,3%.
“Pekerja di sektor properti juga terus meningkat sejak 2000 sampai 2016 dan sedikit melandai hingga 9,1 Juta di 2019, namun turun menjadi 8,5 Juta di 2020. Ini yang menjadi pertimbangan pemerintah,” tambah Menko Airlangga.
Oleh karena itu, momentum saat ini dimanfaatkan sebagai peluang untuk mengungkit pertumbuhan ekonomi melalui insentif-insentif tersebut agar mampu menggairahkan konsumsi, utamanya masyarakat kelas menengah untuk melakukan konsumsi yang tinggi. Hal ini juga didukung oleh program vaksinasi yang mulai berjalan dan penularan kasus Covid-19 mulai menurun.
(akr)