Industri Kelapa Sawit Diklaim Kebal Pandemi, Terus Menopang Ekonomi Nasional
loading...
A
A
A
Program B30 juga telah berkontribusi dalam upaya penurunan emisi gas rumah kaca (GRK) sekitar 23,3 juta ton karbondioksida di tahun 2020. Ini berkat Indonesia yang memiliki kebun sawit sekitar 16,3 juta hektare yang menyerap sekitar 2,2 miliar ton CO2 dari udara setiap tahun,” jelas Alien Mus.
Perkebunan kelapa sawit yang tersebar di 190 kabupaten di Indonesia juga memberikan dampak positif terhadap perekonomian daerah. “Ini membuat industri kelapa sawit berpengaruh positif dan signifikan terhadap perekonomian di daerah,” ungkap Alien Mus.
Kelapa Sawit menjadi komoditas yang paling produktif menyumbang 42% dari total suplai minyak nabati dunia. Padahal total penggunaan lahan yang hanya 5 persen, membuat kelapa sawit sangat efektif.
Data tahun 2019 dari International Union for Conservation of Nature (IUCN) menunjukkan bahwa setiap produksi satu ton minyak nabati, kelapa sawit hanya membutuhkan lahan seluas 0,26 hektar. Jauh lebih kecil dari sumber minyak nabati lain seperti bunga matahari dan kedelai.
Sementara itu pertumbuhan permintaan minyak nabati dunia meningkat 8,5 juta metrik ton setiap tahun. Peningkatan ekspor nasional didukung pula oleh kenaikan harga komoditas CPO di pasar internasional. Ini membuat kinerja ekspor Indonesia makin baik dari CPO.
Menurut Menko Perekonomian Airlangga Hartarto, minyak kelapa sawit dan turunannya mengalami peningkatan nilai ekspor menjadi USD 17,36 miliar (10,63%) selama tahun 2020. Bahkan menjadi kontributor utama ekspor Indonesia.
“Berkat harga kelapa sawit yang stabil, kesejahteraan petani kelapa sawit di Indonesia terbantu. Industri sawit menjadi sektor strategis yang perlu dikawal oleh seluruh masyarakat,” pungkas Alien Mus.
Perkebunan kelapa sawit yang tersebar di 190 kabupaten di Indonesia juga memberikan dampak positif terhadap perekonomian daerah. “Ini membuat industri kelapa sawit berpengaruh positif dan signifikan terhadap perekonomian di daerah,” ungkap Alien Mus.
Kelapa Sawit menjadi komoditas yang paling produktif menyumbang 42% dari total suplai minyak nabati dunia. Padahal total penggunaan lahan yang hanya 5 persen, membuat kelapa sawit sangat efektif.
Data tahun 2019 dari International Union for Conservation of Nature (IUCN) menunjukkan bahwa setiap produksi satu ton minyak nabati, kelapa sawit hanya membutuhkan lahan seluas 0,26 hektar. Jauh lebih kecil dari sumber minyak nabati lain seperti bunga matahari dan kedelai.
Sementara itu pertumbuhan permintaan minyak nabati dunia meningkat 8,5 juta metrik ton setiap tahun. Peningkatan ekspor nasional didukung pula oleh kenaikan harga komoditas CPO di pasar internasional. Ini membuat kinerja ekspor Indonesia makin baik dari CPO.
Menurut Menko Perekonomian Airlangga Hartarto, minyak kelapa sawit dan turunannya mengalami peningkatan nilai ekspor menjadi USD 17,36 miliar (10,63%) selama tahun 2020. Bahkan menjadi kontributor utama ekspor Indonesia.
“Berkat harga kelapa sawit yang stabil, kesejahteraan petani kelapa sawit di Indonesia terbantu. Industri sawit menjadi sektor strategis yang perlu dikawal oleh seluruh masyarakat,” pungkas Alien Mus.
(akr)