Pengusaha Homestay Sedih Dengar BLT Subsidi Gaji Akan Dihentikan

Rabu, 17 Maret 2021 - 21:19 WIB
loading...
Pengusaha Homestay Sedih...
Ilustrasi. FOTO/REUTERS
A A A
JAKARTA - Sonia adalah Dirut perusahaan Global Experience, yang mengelola homestay bagi pelajar internasional yang datang ke Australia. Pada 2019, 20 tahun setelah memulai usaha ini dari rumahnya, pendapatan tahunan Global Experience berkisar A$10 juta atau sekitar Rp100 miliar. Kantornya berada di York Street di pusat kota Sydney, mengelola 10 ribu pelajar internasional yang memerlukan fasilitas akomodasi untuk program homestay.

“Kami beralih dari posisi sebagai perusahaan yang berkembang menjadi usaha yang praktis sudah tidak ada sekarang,” ujar Sonia. “Peralihan yang sangat mendadak," imbuhnya seperti dikutip dari ABC News, Rabu (17/3/2021).



Faktor yang membantu perusahaan ini bisa bertahan selama 12 bulan terakhir adalah subsidi gaji bernama JobKeeper yang dijalankan oleh pemerintah federal. Subsidi gaji dimaksudkan untuk mencegah jangan sampai ada pekerja yang kehilangan pekerjaannya.

Pengusaha Homestay Sedih Dengar BLT Subsidi Gaji Akan Dihentikan

Sonia. FOTO/ABC News

Di saat perbatasan domestik mulai dibuka dan pembatasan sosial dilonggarkan, banyak usaha yang kembali normal dan tidak lagi memenuhi syarat mendapatkan JobKeeper. Namun ada pula usaha yang belum bisa berjalan, karena sangat bergantung pada konsumen internasional.

Perbatasan negara ini masih ditutup hingga pertengah Juni mendatang. Pada bulan Desember, sekitar 1,5 juta warga Australia masih menerima tunjangan JobKeeper ini. Rencananya, pada 28 Maret nanti, tunjangan akan dihentikan.

Padahal, untuk kasus yang dialami Sonia, dia tak akan mampu mempertahankan pegawainya sebelum perbatasan internasional dibuka kembali. “Kami bukan angka. Kami ini kasus nyata, orang-orang yang kesulitan setiap harinya,” ujarnya.

Saat tunjangan JobKeeper semakin mendekati akhir, Sonia mengaku para pegawainya merasa ketakutan. Gaji mereka selama ini juga telah dikurangi agar sejalan dengan subsidi. “Ketakutan bermula saat mereka mengurangi nilai JobKeeper ke tarif yang lebih rendah. Mereka ini memiliki kredit cicilan rumah, punya keluarga, punya anak,” katanya.



Beberapa pegawainya telah berhenti dan mencoba mencari pekerjaan lain. “Saya punya pegawai yang telah bekerja selama 13 tahun, ada yang bekerja kasual selama 17 tahun, yang lainnya 12 tahun . Mereka paham seluk-beluk usaha ini,” ujarnya. “Sangat menyedihkan bila saya harus mengambil langkah yang drastis," kata dia.
(nng)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2512 seconds (0.1#10.140)