Industri Semen Mulai Bangkit Berkat Sejumlah Kebijakan Pemerintah
loading...
A
A
A
Pendapatan neto perusahaan juga menurun 11,0% menjadi Rp14.184,3 miliar dibandingkan tahun 2019 sebesar Rp15.939,3 miliar yang disebabkan oleh kombinasi dari volume lebih rendah dan harga jual rata-rata campuran (konsolidasi) yang lebih rendah juga. Meskipuna harga jual semen rata-rata domestik sebenarnya dapat dipertahankan naik tipis sebesar 1% dibandingkan tahun lalu.
Disisi lain, beban pokok pendapatan pada tahun 2020 turun 13,1% dari Rp10.439,0 miliar menjadi Rp9.070,8 miliar sebagai dampak dari penurunan volume penjualan dan keseluruhan harga batu bara yang lebih rendah di tahun 2020, termasuk upaya penghematan yang berkelanjutan atas biaya produksi terutama biaya energi seperti peningkatan penggunaan bahan bakar alternatif.
Hasilnya, marjin laba bruto meningkat 1,6% menjadi 36,1% pada tahun 2020 dibandingkan tahun lalu sebesar 34,5% walaupun terjadi penurunan nilai rupiah sebesar 7,0% dari Rp5.500,3 miliar menjadi Rp5.113,6. Marjin EBITDA meningkat signifikan 3,5% dari 19,6% menjadi 23,1% dan marjin laba usaha meningkat 1,2% dari 12,0% menjadi 13,2% pada tahun 2020.
Perusahaan mencatat pendapatan keuangan-neto yang lebih rendah sebesar 27,0% dari Rp352,5,2 miliar pada tahun 2019 menjadi Rp257,4 miliar pada tahun 2020 yang disebabkan oleh suku bunga yang relatif lebih rendah di tahun 2020.
Laba tahun berjalan menurun sebesar 1,6% menjadi Rp1.806,3 miliar pada tahun 2020 dibanding Rp1.835,3 miliar pada tahun lalu, namun penurunan persentase tersebut lebih rendah dibandingkan dengan penurunan persentase total pendapatan yang disebabkan terutama oleh upaya penghematan biaya berkelanjutan yang disebutkan sebelumnya.
Disisi lain, beban pokok pendapatan pada tahun 2020 turun 13,1% dari Rp10.439,0 miliar menjadi Rp9.070,8 miliar sebagai dampak dari penurunan volume penjualan dan keseluruhan harga batu bara yang lebih rendah di tahun 2020, termasuk upaya penghematan yang berkelanjutan atas biaya produksi terutama biaya energi seperti peningkatan penggunaan bahan bakar alternatif.
Hasilnya, marjin laba bruto meningkat 1,6% menjadi 36,1% pada tahun 2020 dibandingkan tahun lalu sebesar 34,5% walaupun terjadi penurunan nilai rupiah sebesar 7,0% dari Rp5.500,3 miliar menjadi Rp5.113,6. Marjin EBITDA meningkat signifikan 3,5% dari 19,6% menjadi 23,1% dan marjin laba usaha meningkat 1,2% dari 12,0% menjadi 13,2% pada tahun 2020.
Perusahaan mencatat pendapatan keuangan-neto yang lebih rendah sebesar 27,0% dari Rp352,5,2 miliar pada tahun 2019 menjadi Rp257,4 miliar pada tahun 2020 yang disebabkan oleh suku bunga yang relatif lebih rendah di tahun 2020.
Laba tahun berjalan menurun sebesar 1,6% menjadi Rp1.806,3 miliar pada tahun 2020 dibanding Rp1.835,3 miliar pada tahun lalu, namun penurunan persentase tersebut lebih rendah dibandingkan dengan penurunan persentase total pendapatan yang disebabkan terutama oleh upaya penghematan biaya berkelanjutan yang disebutkan sebelumnya.
(her)