Suku Bunga Ditahan, Ekonom: Keputusan BI Sangat Logis
loading...
A
A
A
JAKARTA - Kepala Ekonom PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BNI) Ryan Kiryanto menilai, keputusan Bank Indonesia (BI) memang condong untuk menahan suku bunga acuan tetap 4,5% dan juga Deposit Facility Rate 3,75% dan Lending Facility 5,25%. Kata dia, pertimbangan BI sangat logis dan timely, yakni perlunya menjaga stabilitas nilai tukar Rupiah di tengah ketidakpastian pasar keuangan global.
"Ini merupakan pilihan tepat kendati BI punya ruang yang memadai untuk menurunkan BI Rate 25 bps, lantaran realisasi maupun ekspektasi di 2020 ini cenderung melandai. Bahkan tidak akan mencapai level jangkar inflasi 3%," kata Ryan saat dihubungi SINDOnews di Jakarta.
Dia melanjutkan, fokus BI lebih kepada upaya menormalisasi perekonomian dalam jangka menengah-panjang yang dibalut dalam Program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN). Sehingga kebijakan-kebijakan BI akan selaras dan saling mendukung atau sinergis dengan kebijakan fiskal (Kemenkeu) dan kebijakan perbankan (OJK).
"Yang menarik, BI tetap memberikan luxury kebijakan di sisi makroprudensial kepada perbankan, yakni dengan menyediakan likuiditas bagi bank yang merestrukturisasi kredit UMKM dan usaha mikro dan memberikan jasa giro GWM kepada semua Bank. Dua beleid ini tentunya memberikan angin segar bagi perbankan dan umkm di tengah pandemi Covid19," katanya.
Sambung Ryan menambahkan, kebijakan BI jelas dan transparan ini diharapkan bisa mendongkrak kepercayaan publik dan pelaku pasar di tengah kasus positif Covid-19 yang terus bergerak naik.
"Setidaknya respons pasar, perbankan dan sektor riil lebih positif dan optimis untuk segera menuju ke kurva normal seiring dengan upaya pemerintah, Satgas Covid-19, para tenaga medis dan sukarelawan yang berada di garda depan penanganan Covid-19 ini," paparnya.
"Ini merupakan pilihan tepat kendati BI punya ruang yang memadai untuk menurunkan BI Rate 25 bps, lantaran realisasi maupun ekspektasi di 2020 ini cenderung melandai. Bahkan tidak akan mencapai level jangkar inflasi 3%," kata Ryan saat dihubungi SINDOnews di Jakarta.
Dia melanjutkan, fokus BI lebih kepada upaya menormalisasi perekonomian dalam jangka menengah-panjang yang dibalut dalam Program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN). Sehingga kebijakan-kebijakan BI akan selaras dan saling mendukung atau sinergis dengan kebijakan fiskal (Kemenkeu) dan kebijakan perbankan (OJK).
"Yang menarik, BI tetap memberikan luxury kebijakan di sisi makroprudensial kepada perbankan, yakni dengan menyediakan likuiditas bagi bank yang merestrukturisasi kredit UMKM dan usaha mikro dan memberikan jasa giro GWM kepada semua Bank. Dua beleid ini tentunya memberikan angin segar bagi perbankan dan umkm di tengah pandemi Covid19," katanya.
Sambung Ryan menambahkan, kebijakan BI jelas dan transparan ini diharapkan bisa mendongkrak kepercayaan publik dan pelaku pasar di tengah kasus positif Covid-19 yang terus bergerak naik.
"Setidaknya respons pasar, perbankan dan sektor riil lebih positif dan optimis untuk segera menuju ke kurva normal seiring dengan upaya pemerintah, Satgas Covid-19, para tenaga medis dan sukarelawan yang berada di garda depan penanganan Covid-19 ini," paparnya.
(akr)