S&P Turunkan Prospek Utang Indonesia Menjadi Negatif
loading...
A
A
A
JAKARTA - Lembaga pemeringkat internasional, S&P Global Ratings menurunkan prospek (outlook) utang jangka panjang Indonesia dari sebelumnya stabil menjadi negatif.
Pada saat yang sama, S&P Global Ratings menegaskan kembali peringkat utang jangka panjang Indonesia yakni 'BBB' dan jangka pendek 'A-2'.
"Prospek negatif mencerminkan harapan kami bahwa Indonesia menghadapi tambahan risiko fiskal dan eksternal terkait pandemi Covid-19 dalam 24 bulan berikutnya," tulis laporan S&P, Sabtu (18/4/2020).
Kebijakan fiskal pemerintah Indonesia dinilai cukup membantu menstabilkan ekonomi dan mendorong sektor kesehatan. Meski demikian, hal ini dinilai akan menambah jumlah utang pemerintah.
"Sementara itu, posisi utang luar negeri Indonesia telah melemah setelah depresiasi rupiah yang material, dan risiko eksternal cenderung tetap tinggi untuk satu atau dua tahun ke depan," terangnya.
Adapun peringkat utang Indonesia yang tetap dipertahankan, S&P menilai, hal itu mencerminkan pertumbuhan ekonomi yang tetap kuat. Hal ini diimbangi dengan meningkatnya utang yang akan membantu pendapatan negara yang terbatas.
Lembaga pemeringkat asal Amerika Serikat itu juga memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun ini sebesar 1,8%, terendah sejak 1999. Namun perekonomian domestik dinilai akan pulih dan bangkit dalam satu hingga dua tahun ke depan.
"Pemerintah telah melakukan langkah-langkah fiskal yang berani, yang seharusnya membantu mencegah kerusakan ekonomi jangka panjang. Kami berharap tingkat pertumbuhan jangka panjang Indonesia tetap jauh di atas rata-rata yang dicapai oleh negara-negara sebayanya," tulis laporan tersebut.
Pada saat yang sama, S&P Global Ratings menegaskan kembali peringkat utang jangka panjang Indonesia yakni 'BBB' dan jangka pendek 'A-2'.
"Prospek negatif mencerminkan harapan kami bahwa Indonesia menghadapi tambahan risiko fiskal dan eksternal terkait pandemi Covid-19 dalam 24 bulan berikutnya," tulis laporan S&P, Sabtu (18/4/2020).
Kebijakan fiskal pemerintah Indonesia dinilai cukup membantu menstabilkan ekonomi dan mendorong sektor kesehatan. Meski demikian, hal ini dinilai akan menambah jumlah utang pemerintah.
"Sementara itu, posisi utang luar negeri Indonesia telah melemah setelah depresiasi rupiah yang material, dan risiko eksternal cenderung tetap tinggi untuk satu atau dua tahun ke depan," terangnya.
Adapun peringkat utang Indonesia yang tetap dipertahankan, S&P menilai, hal itu mencerminkan pertumbuhan ekonomi yang tetap kuat. Hal ini diimbangi dengan meningkatnya utang yang akan membantu pendapatan negara yang terbatas.
Lembaga pemeringkat asal Amerika Serikat itu juga memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun ini sebesar 1,8%, terendah sejak 1999. Namun perekonomian domestik dinilai akan pulih dan bangkit dalam satu hingga dua tahun ke depan.
"Pemerintah telah melakukan langkah-langkah fiskal yang berani, yang seharusnya membantu mencegah kerusakan ekonomi jangka panjang. Kami berharap tingkat pertumbuhan jangka panjang Indonesia tetap jauh di atas rata-rata yang dicapai oleh negara-negara sebayanya," tulis laporan tersebut.
(bon)