Harga Daging Kerbau di Indonesia Lebih Mahal dari Malaysia, Kok Bisa?

Selasa, 30 Maret 2021 - 12:04 WIB
loading...
Harga Daging Kerbau di Indonesia Lebih Mahal dari Malaysia, Kok Bisa?
Foto/Ilustrasi
A A A
JAKARTA - Dua pekan jelang Ramadan, harga daging kerbau melonjak hingga mencapai Rp68.000 per kg. Di Indonesia, daging kerbau dijual lebih mahal dibandingkan di Malaysia.

Ketua Umum Asosiasi Industri Pengolahan Daging Indonesia atau National Meat Processor Association (Nampa) Ishana Mahisa menyatakan, harga daging kerbau dari bulan Oktober 2020 sampai 29 Maret 2021, telah naik dari Rp52.000/kg menjadi Rp68.000/kg atau naik 31 persen.

Menurut dia, untuk produk daging kerbau yang sama, di supermarket yang sama, harga di Indonesia lebih mahal sekitar Rp20.000/kg dibandingkan harga di Malaysia.



Hal tersebut mengemuka pada acara Forum Dialog Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (Hipmi) dengan tema 'Mahalnya Harga Daging Sapi & Kerbau Apa Solusinya?' di Jakarta, Senin (29/3).

"Jadi harga daging kerbau saat ini naik banyak dan mahal, padahal diimpor oleh badan usaha milik negara (BUMN)," ujar pria yang akrab disapa Isha, dikutip Selasa (30/3/2021).

Menurut dia, pemerintah Malaysia sangat concern dengan rakyatnya. Inflasi harga daging India tahun 2016 sampai 2021 praktis tidak ada kenaikan berarti.

"Tidak ada pengenaan pajak untuk pemasukan daging karena mengejar keterjangkauan harga dan protein. Fokus pada pengembangan industri dengan menjamin ketersediaan bahan baku dengan harga kompetitif," ucapnya.



Sedangkan di Indonesia, menurutnya, pemerintah belum secara maksimal menerapkan praktek Good Corporate Gorvernance kebijakan pemasukan daging. Inflasi harga daging India keperluan industri dalam kurun waktu 5 bulan sudah naik 27 persen dan tidak ada satupun institusi yang bisa menahan.

"Konsumsi daging merah masih terbatas, namun harga pembelian di dalam negeri jauh lebih tinggi dengan harga internasional. Perbandingan harga daging kerbau, daging keperluan konsumen Malaysia dengan Indonesia 17 persen lebih murah Malaysia. Sedangkan daging industri trimming/slice antara Malaysia dengan Indonesia selisih sangat besar di atas 50 persen, perlu deregulasi kebijakan untuk pemasukan kebutuhan industri," ungkapnya.

Simak juga: Crazy Rich Malaysia Wasiatkan Sumbangkan Separuh Harta

Padahal, dia menambahkan, daging kerbau India untuk industri seharusnya dijaga agar tidak naik saat pandemi sehingga produksi dapat terus berjalan. Pengusaha mau berinvestasi karena ada kepastian bahan baku dengan harga yang stabil serta penciptaan lapangan kerja, kenaikan mendekati 30 persen adalah hal yang harusnya sudah luar biasa.

"Industri memerlukan kepastian pasokan bahan baku dan juga kestabilan, kita kalah jauh dengan Negara Jiran yang menurut Kilang Pemproses Daging yang berlokasi di Taman Medan Selangor Malaysia membeli daging kerbau jenis slice dan atau trimming dengan harga sekitar Rp41.000," tuturnya.

Pada kesempatan yang sama, Ketua Bidang Kemaritiman, Pertanian, Kehutanan & Lingkungan Hidup Himpi Robert Muda Hartawan mengatakan, pemerintah melibatkan para pelaku usaha rumah potong hewan (RPH) segera melakukan uji empiris untuk menghitung angka konversi yang lebih tepat dari ternak ke daging, dengan melakukan proses uji penyembelihan berbagai jenis sapi maupun kerbau secara bersama-sama.

Robert berharap, Bulog dapat mempercepat proses importasi dan segera melibatkan para mitra distributor untuk merencanakan distribusi daging kerbau ke masyarakat sampai Lebaran nanti.

"Hal ini penting untuk mengantisipasi kenaikan harga berlebihan, serta pikiran negatif terhadap Bulog dan mencegah praktik monopoli dan persaingan usaha tidak sehat," ujarnya.

Menurut Robert, cara paling efektif untuk menurunkan harga daging sapi dan kerbau yaitu dengan menjamin ketersediaan pasokan dan stok. Artinya, stok tersebut harus jangka pendek dan panjang. Jika pasar melihat pasokan dan stok lancar, maka ada respon positif.
(ind)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1388 seconds (0.1#10.140)