Yield Tekuk Benchmark, Dana Kelolaan Syailendra Capital Masuk 10 Besar dan Sabet Award
loading...
A
A
A
Pada akhir tahun lalu, dana kelolaan Syailendra mencapai Rp 23,43 triliun. Sementara per akhir Februari 2021, dana kelolaan Syailendra tumbuh 4,35% menjadi Rp 24,45 triliun.
Jumlah tersebut tidak termasuk Reksa Dana Penyertaan Terbatas (RDPT) dan Kontrak Pengelolaan Dana (KPD), yang merupakan urutan ke 9 (ms7)di industri aset manajemen Indonesia. Jika termasuk semua jenis reksa dana, total dana kelolaan SYAILENDRA adalah sebesar Rp26,14. Saat ini SYAILENDRA menguasai 4.15% market share dari seluruh dana kelolaan industri manajer investasi.
Di kala pandemi, terjadi kenaikan jumlah investor. Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) per Desember 2020 jumlah investor pasar modal sebanyak 3,88 juta. Angka tersebut melonjak 56,45% dibandingkan tahun 2019 yang sebanyak 2,48 juta.
Yang menarik, sebanyak 54,8% adalah investor di bawah 30 tahun alias milenial. Padahal akibat pandemi, kinerja portofolio investasi banyak yang jeblok. OJK mewaspadai, peningkatan jumlah investor tersebut, apakah sudah melek informasi di pasar modal atau sekadar ikut-ikutan.
Fenomena tersenbut juga harus menjadi perhatian pelaku pasar modal lain. Menjaga kondisi pasar modal tetap sehat. Tahun ini diprediksi keadaan akan membaik. Program vaksinasi terus berjalan, sehingga diharapkan dapat menjinakkan pandemi. Sehingga ekonomi bisa meningkat. Salah satu indikator meningkatnya ekonomi adalah bursa saham.
Jumlah tersebut tidak termasuk Reksa Dana Penyertaan Terbatas (RDPT) dan Kontrak Pengelolaan Dana (KPD), yang merupakan urutan ke 9 (ms7)di industri aset manajemen Indonesia. Jika termasuk semua jenis reksa dana, total dana kelolaan SYAILENDRA adalah sebesar Rp26,14. Saat ini SYAILENDRA menguasai 4.15% market share dari seluruh dana kelolaan industri manajer investasi.
Di kala pandemi, terjadi kenaikan jumlah investor. Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) per Desember 2020 jumlah investor pasar modal sebanyak 3,88 juta. Angka tersebut melonjak 56,45% dibandingkan tahun 2019 yang sebanyak 2,48 juta.
Yang menarik, sebanyak 54,8% adalah investor di bawah 30 tahun alias milenial. Padahal akibat pandemi, kinerja portofolio investasi banyak yang jeblok. OJK mewaspadai, peningkatan jumlah investor tersebut, apakah sudah melek informasi di pasar modal atau sekadar ikut-ikutan.
Fenomena tersenbut juga harus menjadi perhatian pelaku pasar modal lain. Menjaga kondisi pasar modal tetap sehat. Tahun ini diprediksi keadaan akan membaik. Program vaksinasi terus berjalan, sehingga diharapkan dapat menjinakkan pandemi. Sehingga ekonomi bisa meningkat. Salah satu indikator meningkatnya ekonomi adalah bursa saham.
(akr)