Berinvestasi Sekaligus Berdampak Sosial Mulai Merebak
loading...
A
A
A
JAKARTA - Banyaknya investor yang berinvestasi dalam ekosistem impact investing di Indonesia membawa kabar positif untuk menjaga dan memperbaiki kualitas lingkungan hidup . Data Angin, periode 2013 hingga 2020 terdapat 66 investor yang bergerak dalam ekosistem impact investing di Indonesia dengan total nilai investasi USD267 juta.
Pandemi yang melanda Indonesia dan dunia saat ini tidak mengubah komitmen para investor untuk berinvestasi di ekosistem impact investing. Sebut saja Enviu, Patamar Capital, dan East Ventures.
Enviu, Venture Builder, Tauhid Pandji menegaskan komitmen Enviu untuk impact investing. Enviu melihat permasalahan sosial dan lingkungan di Indonesia sangat banyak. Social enterpries atau wirausaha sosial dalam hal ini startup berperan besar mendorong perubahan.
"Kita lihat sendiri startup sudah membawa banyak sekali perubahan di Indonesia, seperti mendorong digitalisasi ekonomi dan membawa kehidupan yang lebih baik untuk masyarakat ekonomi bawah. Menurut saya PR-nya adalah bagaimana startup ini bisa berperan untuk membawa dampak sosial dan lingkungan yang besar juga untuk Indonesia," kata Tauhid dalam webinar Earthh Day Forum 2021 dengan tema "Berinvestasi Sekaligus Berdampak Sosial".
Ia menjelaskan, Enviu fokus membantu dan mendampingi startup di circular economy (ekonomi sirkular) mulai dari pendanaan hingga startup dapat masuk ke produk marketship. Menurutnya, Indonesia memiliki potensi tinggi dalam pertumbuhan startup. Dari sisi pengetahuan dasar startup sudah besar dan jumlah mentor banyak.
"Ekosistem sudah siap mendukung. Hanya yang belum terpenuhi adalah yang fokus di penanganangan ekonomi sirkulasi. Itu tantangannya di mana kita bisa mendorong lebih banyak lagi startup yang fokus di circular ekonomi," ujarnya.
Menurut Tauhid, strategi yang dikembangkan Enviu berupa pendanaan dan pendampingan berhasil membawa startup sukses. Ia menyebut, secara normatif hanya 10% startup yang sukses. Namun berdasarkan track record Enviu yang secara global berdiri sejak 2004, survival rate startup yang dibimbing Enviu sekitar 80%.
Enviu sendiri fokus di sirkular ekonomi yang mendorong perubahan pengolahan sampah platik. Bagaimana mengubah recycling menjadi reuse.
"Indonesia negara kedua terbesar penyumbang sampah plastik terbesar di dunia. Faktanya dari semua sampah yang dibuang ke tempat sampah itu hanya 9% didaur ulang. Mayoritasnya miss manage, dibakar atau dibuang di lingkungan misal ke sungai atau laut. Kami melihat perlu ada inovasi, tidak hanya improve sistem yang sudah ada, didaur ulang kami improve lagi. Kita buat value change lebih efisien," kata dia.
Pandemi yang melanda Indonesia dan dunia saat ini tidak mengubah komitmen para investor untuk berinvestasi di ekosistem impact investing. Sebut saja Enviu, Patamar Capital, dan East Ventures.
Enviu, Venture Builder, Tauhid Pandji menegaskan komitmen Enviu untuk impact investing. Enviu melihat permasalahan sosial dan lingkungan di Indonesia sangat banyak. Social enterpries atau wirausaha sosial dalam hal ini startup berperan besar mendorong perubahan.
"Kita lihat sendiri startup sudah membawa banyak sekali perubahan di Indonesia, seperti mendorong digitalisasi ekonomi dan membawa kehidupan yang lebih baik untuk masyarakat ekonomi bawah. Menurut saya PR-nya adalah bagaimana startup ini bisa berperan untuk membawa dampak sosial dan lingkungan yang besar juga untuk Indonesia," kata Tauhid dalam webinar Earthh Day Forum 2021 dengan tema "Berinvestasi Sekaligus Berdampak Sosial".
Ia menjelaskan, Enviu fokus membantu dan mendampingi startup di circular economy (ekonomi sirkular) mulai dari pendanaan hingga startup dapat masuk ke produk marketship. Menurutnya, Indonesia memiliki potensi tinggi dalam pertumbuhan startup. Dari sisi pengetahuan dasar startup sudah besar dan jumlah mentor banyak.
"Ekosistem sudah siap mendukung. Hanya yang belum terpenuhi adalah yang fokus di penanganangan ekonomi sirkulasi. Itu tantangannya di mana kita bisa mendorong lebih banyak lagi startup yang fokus di circular ekonomi," ujarnya.
Menurut Tauhid, strategi yang dikembangkan Enviu berupa pendanaan dan pendampingan berhasil membawa startup sukses. Ia menyebut, secara normatif hanya 10% startup yang sukses. Namun berdasarkan track record Enviu yang secara global berdiri sejak 2004, survival rate startup yang dibimbing Enviu sekitar 80%.
Enviu sendiri fokus di sirkular ekonomi yang mendorong perubahan pengolahan sampah platik. Bagaimana mengubah recycling menjadi reuse.
"Indonesia negara kedua terbesar penyumbang sampah plastik terbesar di dunia. Faktanya dari semua sampah yang dibuang ke tempat sampah itu hanya 9% didaur ulang. Mayoritasnya miss manage, dibakar atau dibuang di lingkungan misal ke sungai atau laut. Kami melihat perlu ada inovasi, tidak hanya improve sistem yang sudah ada, didaur ulang kami improve lagi. Kita buat value change lebih efisien," kata dia.