Larangan Mudik 2021: Kalau Kesehatan Tidak Terlindungi, Bagaimana Bicara Ekonomi
loading...
A
A
A
JAKARTA - Sekretaris Eksekutif I Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPCPEN), Raden Pardede mengatakan larangan mudik semata-mata bertujuan untuk melindungi Kesehatan masyarakat. Ia tak ingin aktivitas mudik justru menyebabkan gelombang kasus baru Covid-19
"Ini adalah dalam rangka melindungi kesehatan yang utama. Kalau kesehatan kita tidak terlindungi, bagaimana kita bicara ekonomi? Jadi kesehatan yang terlindungi tadi itu yang membangkitkan optimisme," kata Raden Pardede di Jakarta, Sabtu (24/4/2021).
Raden menyebut, pemerintah akan melonggarkan kegiatan masyarakat ketika kasus Covid-19 sudah bisa terkendali. Saat ini pun pemerintah terus mempercepat program vaksinasi, sehingga upaya pemulihan ekonomi nasional bisa tercapai.
"Tapi tetap dengan protokol kesehatan dulu untuk sementara waktu ini," kata dia.
Dia menambahkan, hingga 20 April, jumlah masyarakat yang telah menerima vaksin baik suntikan pertama dan kedua adalah sebanyak 17,25 juta orang. Raden merinci, sebanyak 11,1 juta orang atau 27,6% masyarakat telah menerima vaksin covid-19 untuk dosis pertama.
Sementara untuk suntikan dosis kedua, jumlah penerimanya adalah 6,1 juta orang atau 15,2 persen dari total keseluruhan penerima vaksinasi. Jika target vaksinasi bisa optimal dan penyebaran Covid-19 bisa dikendalikan, Raden yakin hal tersebut bisa mendorong optimisme bahwa ekonomi juga kian membaik.
"Dengan cara seperti itu kita harapkan pemulihan ekonomi kita akan baik, karena antara optimisme kemudian mereka mau berbelanja, mereka mau berinvestasi, itulah yang menggerakan ekonomi," ujar Raden.
Dalam kesempatan yang sama, Managing Director IPSOS in Indonesia Soeprapto Tan mengatakan, temuan yang paling menarik adalah optimisme masyarakat Indonesia mencapai 76% bahwa ekonomi akan segera membaik. Karena Indonesia mesti menjaga jangan sampai yang terjadi di negara lain terjadi juga di Indonesia.
Pada Mei 2020 lalu, menurut Ato, sapaan Soeprapto, belanja masyarakat hanya untuk bahan masakan yang dibuat di rumah, obat-obatan pribadi, dan produk kebersihan. Namun di September 2020 lalu juga masih cenderung sama.
"Ini adalah dalam rangka melindungi kesehatan yang utama. Kalau kesehatan kita tidak terlindungi, bagaimana kita bicara ekonomi? Jadi kesehatan yang terlindungi tadi itu yang membangkitkan optimisme," kata Raden Pardede di Jakarta, Sabtu (24/4/2021).
Raden menyebut, pemerintah akan melonggarkan kegiatan masyarakat ketika kasus Covid-19 sudah bisa terkendali. Saat ini pun pemerintah terus mempercepat program vaksinasi, sehingga upaya pemulihan ekonomi nasional bisa tercapai.
"Tapi tetap dengan protokol kesehatan dulu untuk sementara waktu ini," kata dia.
Dia menambahkan, hingga 20 April, jumlah masyarakat yang telah menerima vaksin baik suntikan pertama dan kedua adalah sebanyak 17,25 juta orang. Raden merinci, sebanyak 11,1 juta orang atau 27,6% masyarakat telah menerima vaksin covid-19 untuk dosis pertama.
Sementara untuk suntikan dosis kedua, jumlah penerimanya adalah 6,1 juta orang atau 15,2 persen dari total keseluruhan penerima vaksinasi. Jika target vaksinasi bisa optimal dan penyebaran Covid-19 bisa dikendalikan, Raden yakin hal tersebut bisa mendorong optimisme bahwa ekonomi juga kian membaik.
"Dengan cara seperti itu kita harapkan pemulihan ekonomi kita akan baik, karena antara optimisme kemudian mereka mau berbelanja, mereka mau berinvestasi, itulah yang menggerakan ekonomi," ujar Raden.
Dalam kesempatan yang sama, Managing Director IPSOS in Indonesia Soeprapto Tan mengatakan, temuan yang paling menarik adalah optimisme masyarakat Indonesia mencapai 76% bahwa ekonomi akan segera membaik. Karena Indonesia mesti menjaga jangan sampai yang terjadi di negara lain terjadi juga di Indonesia.
Pada Mei 2020 lalu, menurut Ato, sapaan Soeprapto, belanja masyarakat hanya untuk bahan masakan yang dibuat di rumah, obat-obatan pribadi, dan produk kebersihan. Namun di September 2020 lalu juga masih cenderung sama.