Vaksinasi Kian Gencar, Rupiah Tekuk Dolar AS Hari Ini
loading...
A
A
A
JAKARTA - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) ditutup menguat pada perdagangan hari ini. Mata uang Garuda menguat 40 poin di level Rp14.485 per dolar AS.
Direktur PT TRFX Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan, menguatnya nilai tukar rupiah pada perdagangan hari ini dikarenakan gencarnya vaksinasi yang dilakukan oleh pemerintah.
"Hari ini, rencananya Indonesia akan kedatangan vaksin anti-virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19) tahap ke-9. Momentum ini patut disyukuri karena laju vaksinasi Indonesia semakin melambat karena keterbatasan pasokan," ujar dia dalam riset hariannya, Senin (26/4/2021).
Dia menjelaskan, kedatangan pasokan vaksin tambahan tentu akan sangat membantu mempercepat laju vaksinasi. Sebab, vaksin adalah tumpuan harapan tidak hanya untuk menyelamatkan nyawa tetapi juga ekonomi.
"Jika laju vaksinasi terus melambat, maka waktu yang diperlukan untuk menciptakan herd immunity semakin panjang. Ini menyebabkan aktivitas dan mobilitas masyarakat akan terus dibatasi sehingga 'roda' ekonomi tidak bisa berputar kencang," tuturnya.
Sejauh ini distribusi vaksin di Indonesia berjalan lambat. Hingga pertengahan April, jumlah orang yang sudah mendapatkan vaksinasi penuh (dua dosis) baru 2,3% dari total populasi. Harus dilihat kembali apakah target vaksinasi terhadap 70% populasi bisa tercapai dalam waktu 12 bulan seperti keinginan presiden.
Keterbatasan vaksin dan 'keran' aktivitas masyarakat yang belum sepenuhnya dibuka membuat prospek perekonomian Ibu Pertiwi menjadi samar-samar. Dana Moneter Internasional (IMF) menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia untuk 2021 dari 4,8% menjadi 4,3%.
Bank Indonesia (BI) pun merevisi ke bawah 'ramalan' pertumbuhan ekonomi dari 4,3-5,3% menjadi 4,1-5,1%.Revisi Ini, tidak terlepas dari mobilitas masyarakat.
"Pemerintah sedang gencar-gencarnya melakukan vaksinasi. Kita lihat memang pada triwulan I dan II meskipun terjadi vaksinasi tentu ada pembatasan mobilitas manusia. Itu yang menyebabkan tingkat kenaikan konsumsi tidak setinggi yang kami perkirakan," terangnya.
Vaksinasi yang masih terbatas membuat ekonomi Indonesia sepertinya masih terjebak di zona resesi pada kuartal I-2021. Namun, pada kuartal II-2021, ekonomi Indonesia diperkirakan sudah bisa tumbuh positif, sudah 'lulus' dari resesi. "Tidak sekadar tumbuh, tetapi lumayan tinggi. Proyeksi diperkirakan berada di kisaran 6,9-7,8%," tandasnya.
Sedangkan untuk perdagangan besok, ungkap Ibrahim, mata uang rupiah kemungkinan dibuka berfluktuasi namun ditutup menguat di rentang Rp14.465 - Rp14.520 per dolar AS.
Direktur PT TRFX Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan, menguatnya nilai tukar rupiah pada perdagangan hari ini dikarenakan gencarnya vaksinasi yang dilakukan oleh pemerintah.
"Hari ini, rencananya Indonesia akan kedatangan vaksin anti-virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19) tahap ke-9. Momentum ini patut disyukuri karena laju vaksinasi Indonesia semakin melambat karena keterbatasan pasokan," ujar dia dalam riset hariannya, Senin (26/4/2021).
Dia menjelaskan, kedatangan pasokan vaksin tambahan tentu akan sangat membantu mempercepat laju vaksinasi. Sebab, vaksin adalah tumpuan harapan tidak hanya untuk menyelamatkan nyawa tetapi juga ekonomi.
"Jika laju vaksinasi terus melambat, maka waktu yang diperlukan untuk menciptakan herd immunity semakin panjang. Ini menyebabkan aktivitas dan mobilitas masyarakat akan terus dibatasi sehingga 'roda' ekonomi tidak bisa berputar kencang," tuturnya.
Sejauh ini distribusi vaksin di Indonesia berjalan lambat. Hingga pertengahan April, jumlah orang yang sudah mendapatkan vaksinasi penuh (dua dosis) baru 2,3% dari total populasi. Harus dilihat kembali apakah target vaksinasi terhadap 70% populasi bisa tercapai dalam waktu 12 bulan seperti keinginan presiden.
Keterbatasan vaksin dan 'keran' aktivitas masyarakat yang belum sepenuhnya dibuka membuat prospek perekonomian Ibu Pertiwi menjadi samar-samar. Dana Moneter Internasional (IMF) menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia untuk 2021 dari 4,8% menjadi 4,3%.
Bank Indonesia (BI) pun merevisi ke bawah 'ramalan' pertumbuhan ekonomi dari 4,3-5,3% menjadi 4,1-5,1%.Revisi Ini, tidak terlepas dari mobilitas masyarakat.
"Pemerintah sedang gencar-gencarnya melakukan vaksinasi. Kita lihat memang pada triwulan I dan II meskipun terjadi vaksinasi tentu ada pembatasan mobilitas manusia. Itu yang menyebabkan tingkat kenaikan konsumsi tidak setinggi yang kami perkirakan," terangnya.
Vaksinasi yang masih terbatas membuat ekonomi Indonesia sepertinya masih terjebak di zona resesi pada kuartal I-2021. Namun, pada kuartal II-2021, ekonomi Indonesia diperkirakan sudah bisa tumbuh positif, sudah 'lulus' dari resesi. "Tidak sekadar tumbuh, tetapi lumayan tinggi. Proyeksi diperkirakan berada di kisaran 6,9-7,8%," tandasnya.
Sedangkan untuk perdagangan besok, ungkap Ibrahim, mata uang rupiah kemungkinan dibuka berfluktuasi namun ditutup menguat di rentang Rp14.465 - Rp14.520 per dolar AS.
(ind)