Kementan Latih Penyuluh Sosialisasi Pemupukan Berimbang bagi Petani
loading...
A
A
A
JAKARTA - Peningkatan kompetensi penyuluh sebagai garda terdepan pertanian terus diupayakan Kementerian Pertanian (Kementan) . Di antaranya melalui 'Pelatihan Pemupukan Berimbang' secara daring (online) selama lima hari yang dilaksanakan mulai Kamis (29/4/2021) hingga Rabu (2/5/2021) mendatang. Kegiatan ini diikuti 66.776 penyuluh pertanian dari seluruh Indonesia.
Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP) Kementan, Dedi Nursyamsi mengatakan pemupukan berimbang adalah pemberian sejumlah pupuk yang sesuai kebutuhan tanaman dan kesuburan tanah.
“Tanah subur butuh sedikit pupuk, kalau tanah tandus berarti kebutuhan pupuk lebih banyak,” kata Dedi Nursyamsi saat membuka kegiatan Training of Facilitators (ToF) di Jakarta, Kamis (29/4/2021).
(Baca juga:IFAD Kagumi Kecanggihan Agriculture War Room Kementan)
Menurutnya, pupuk merupakan salah satu faktor produksi yang signifikan. Kontribusinya 15% hingga 60% bagi produktivitas tergantung kondisi dan karakteristik tanah. Pemupukan bertujuan meningkatkan mutu, efisiensi, melestarikan tanah dan optimalisasi unsur hara.
“Seperti halnya manusia dan hewan, tanaman butuh makanan setelah oksigen dan air. Makanannya disebut sebagai unsur hara, untuk pertumbuhan tanaman,” kata Dedi Nursyamsi.
Kegiatan ToF yang digelar BPPSDMP Kementan ini bertujuan melatih penyuluh selaku fasilitator melalui Bimbingan Teknis (Bimtek) di Balai Penyuluhan Pertanian selaku Komando Strategis Pembangunan Pertanian (BPP KostraTani). Kegiatan ToF ini dilakukan khususnya pada lokasi kegiatan Integrated Participatory Development and Management of Irrigation Program (IPDMIP) bagi petani di Daerah Irigasi (DI) pada 74 kabupaten di 16 provinsi.
(Baca juga:Kementan Dorong Penyuluh Pertanian Tingkatkan Kompetensi)
Hal itu sejalan dengan arahan Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo yang kerapkali mengingatkan petani untuk bijak memakai pupuk secara berimbang, agar produktivitas pertanian bisa dipertahankan.
“Penyuluh berperan vital membina petani, memastikan penerapan teknologi pertanian yang direkomendasikan, fasilitasi penumbuhan dan pengembangan kelembagaan petani dan kelembagaan ekonomi petani,” kata Mentan Syahrul saat bertemu petani dan penyuluh secara daring melalui Agricultur War Room (AWR).
Mentan yakin, kalau petani konsisten menggunakan pupuk secara berimbang, maka produktivitas dan daya saing pertanian bisa dipertahankan. “Karena keduanya bertalian erat,” kata Mentan.
(Baca juga:IPDIMP Dukung Kementan Transformasi Pertanian Tradisional ke Modern)
Dedi Nursyamsi mengingatkan penyuluh agar sosialisasi proses pemupukan yang baik dan benar. Cara pemupukan ini mengacu pada 5T yakni Tepat Jenis, Tepat Dosis, Tepat Waktu, Tepat Tempat dan Tepat Cara, diawali dengan menyehatkan tanah sebelum pemupukan agar pupuk bekerja optimal.
“Pemupukan berimbang mendorong penggunaan pupuk sesuai kebutuhan. Misalnya jagung, butuh pupuk urea hingga 350 kg per hektare (ha). Ini beda dengan kedelai yang hanya 50 kg per ha,” katanya lagi.
Kepala Pusat Penyuluhan Pertanian BPPSDMP (Pusluhtan) Leli Nuryati mengatakan (ToF) bertujuan meningkatkan kompetensi penyuluh dalam adopsi inovasi teknologi pemupukan berimbang, pengelolaan bahan organik dan konservasi tanah, termasuk implementasi teknologi pemupukan berimbang di level penyuluh dan petani.
(Baca juga:Kementan Tingkatkan Peran Penyuluh Pertanian untuk Dampingi Petani Sawit)
“Kemampuan dan pengetahuan penyuluh tentang pemupukan berimbang dan kesehatan tanah sangat penting agar bisa memastikan petani melakukan kegiatan pemupukan berimbang dan meneruskannya pada petani lainnya,” kata Leli Nuryati.
Kegiatan ToF digelar serempak oleh tiga UPT BPPSDMP via online dan tatap muka. Pusat Pelatihan Manajemen dan Kepemimpinan Pertanian Ciawi, Bogor (PPMKP) bagi penyuluh di Pulau Sumatera plus Banten, Jawa Barat dan DKI Jakarta. Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP) Batu, Malang di Jawa Timur bagi penyuluh di Pulau Kalimantan plus Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara Barat (NTB) dan Nusa Tenggara Timur (NTT). Sementara BBPP Batangkaluku diikuti penyuluh di Pulau Sulawesi plus Maluku, Maluku Utara, Papua dan Papua Barat.
“ToF selain mendorong pemupukan berimbang juga memperkuat Rencana Definitif Kebutuhan Kelompok Tani atau RDKK pupuk bersubsidi dan penguatan koordinasi vertikal dan horisontal,” kata Leli Nuryati.
Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP) Kementan, Dedi Nursyamsi mengatakan pemupukan berimbang adalah pemberian sejumlah pupuk yang sesuai kebutuhan tanaman dan kesuburan tanah.
“Tanah subur butuh sedikit pupuk, kalau tanah tandus berarti kebutuhan pupuk lebih banyak,” kata Dedi Nursyamsi saat membuka kegiatan Training of Facilitators (ToF) di Jakarta, Kamis (29/4/2021).
(Baca juga:IFAD Kagumi Kecanggihan Agriculture War Room Kementan)
Menurutnya, pupuk merupakan salah satu faktor produksi yang signifikan. Kontribusinya 15% hingga 60% bagi produktivitas tergantung kondisi dan karakteristik tanah. Pemupukan bertujuan meningkatkan mutu, efisiensi, melestarikan tanah dan optimalisasi unsur hara.
“Seperti halnya manusia dan hewan, tanaman butuh makanan setelah oksigen dan air. Makanannya disebut sebagai unsur hara, untuk pertumbuhan tanaman,” kata Dedi Nursyamsi.
Kegiatan ToF yang digelar BPPSDMP Kementan ini bertujuan melatih penyuluh selaku fasilitator melalui Bimbingan Teknis (Bimtek) di Balai Penyuluhan Pertanian selaku Komando Strategis Pembangunan Pertanian (BPP KostraTani). Kegiatan ToF ini dilakukan khususnya pada lokasi kegiatan Integrated Participatory Development and Management of Irrigation Program (IPDMIP) bagi petani di Daerah Irigasi (DI) pada 74 kabupaten di 16 provinsi.
(Baca juga:Kementan Dorong Penyuluh Pertanian Tingkatkan Kompetensi)
Hal itu sejalan dengan arahan Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo yang kerapkali mengingatkan petani untuk bijak memakai pupuk secara berimbang, agar produktivitas pertanian bisa dipertahankan.
“Penyuluh berperan vital membina petani, memastikan penerapan teknologi pertanian yang direkomendasikan, fasilitasi penumbuhan dan pengembangan kelembagaan petani dan kelembagaan ekonomi petani,” kata Mentan Syahrul saat bertemu petani dan penyuluh secara daring melalui Agricultur War Room (AWR).
Mentan yakin, kalau petani konsisten menggunakan pupuk secara berimbang, maka produktivitas dan daya saing pertanian bisa dipertahankan. “Karena keduanya bertalian erat,” kata Mentan.
(Baca juga:IPDIMP Dukung Kementan Transformasi Pertanian Tradisional ke Modern)
Dedi Nursyamsi mengingatkan penyuluh agar sosialisasi proses pemupukan yang baik dan benar. Cara pemupukan ini mengacu pada 5T yakni Tepat Jenis, Tepat Dosis, Tepat Waktu, Tepat Tempat dan Tepat Cara, diawali dengan menyehatkan tanah sebelum pemupukan agar pupuk bekerja optimal.
“Pemupukan berimbang mendorong penggunaan pupuk sesuai kebutuhan. Misalnya jagung, butuh pupuk urea hingga 350 kg per hektare (ha). Ini beda dengan kedelai yang hanya 50 kg per ha,” katanya lagi.
Kepala Pusat Penyuluhan Pertanian BPPSDMP (Pusluhtan) Leli Nuryati mengatakan (ToF) bertujuan meningkatkan kompetensi penyuluh dalam adopsi inovasi teknologi pemupukan berimbang, pengelolaan bahan organik dan konservasi tanah, termasuk implementasi teknologi pemupukan berimbang di level penyuluh dan petani.
(Baca juga:Kementan Tingkatkan Peran Penyuluh Pertanian untuk Dampingi Petani Sawit)
“Kemampuan dan pengetahuan penyuluh tentang pemupukan berimbang dan kesehatan tanah sangat penting agar bisa memastikan petani melakukan kegiatan pemupukan berimbang dan meneruskannya pada petani lainnya,” kata Leli Nuryati.
Kegiatan ToF digelar serempak oleh tiga UPT BPPSDMP via online dan tatap muka. Pusat Pelatihan Manajemen dan Kepemimpinan Pertanian Ciawi, Bogor (PPMKP) bagi penyuluh di Pulau Sumatera plus Banten, Jawa Barat dan DKI Jakarta. Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP) Batu, Malang di Jawa Timur bagi penyuluh di Pulau Kalimantan plus Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara Barat (NTB) dan Nusa Tenggara Timur (NTT). Sementara BBPP Batangkaluku diikuti penyuluh di Pulau Sulawesi plus Maluku, Maluku Utara, Papua dan Papua Barat.
“ToF selain mendorong pemupukan berimbang juga memperkuat Rencana Definitif Kebutuhan Kelompok Tani atau RDKK pupuk bersubsidi dan penguatan koordinasi vertikal dan horisontal,” kata Leli Nuryati.
(dar)