Sanspower Bawa Teknologi Pompa Air Tenaga Surya ke Pelosok Maluku
loading...
A
A
A
MALUKU - Desa Gorar, Kecamatan Pulau-pulau Aru, menjadi satu di antara daerah di Maluku yang masih kesulitan mendapatkan akses air bersih . Padahal daerah ini memiliki keadaan musim yang teratur.
Curah hujan juga dalam keadaan normal dan curah hujan terbesar terjadi pada bulan Desember dan Februari. Salah satu penyebab kekeringan di desa ini adalah kondisi morfologi tanah yang tidak dapat ditanami pohon-pohon besar sehingga tidak mampu menampung air dalam jumlah yang besar.
Desa dengan topografi karst terbentuk oleh batu gamping dan napal ini seringkali mengalami bencana kekeringan ketika musim kemarau tiba. Desa yang terdiri dari 299 jiwa dengan mayoritas penduduknya berprofesi sebagai petani dan nelayan ini masih belum seluruhnya dialiri oleh aliran listrik.
Lokasi Desa Gorar berada sekitar 730 km dari pusat Kota Ambon. Akses menuju desa ini terbilang cukup sulit. Harus ditempuh menggunakan pesawat terbang jenis ATR selama 1 jam 40 menit dan dilanjutkan menggunakan speed boat selama 1 jam untuk sampai ke Desa Gorar.
Hal inilah yang membuat sulistnya akses pemerataan jaringan listrik di desa ini. Desa dengan luas 4.015 Ha masih belum ada sumber penerangan listrik. Letak desa-desa yang terpisah oleh laut menjadi kendala dalam melakukan pembangunan jaringan listirik.
Kebanyakan warga memanfaatkan listrik menggunakan genset untuk kebutuhan sehari-harinya. Kesulitan listrik di desa dengan transportasi utama angkutan laut ini berdampak pada kesulitan akses air bersih bagi penduduk desa. Sebenarnya di desa ini sudah ada sumber air bersih.
Akan tetapi tempatnya cukup jauh dari perkampungan. Warga harus rela berjalan satu kilometer bolak-balik jika akan mengambil air untuk kebutuhan sehari-hari.
Warga sangat kesulitan mendapatkan air bersih saat kemarau tiba. Pemerintah setempat dulu sudah pernah mengupayakan solusi bagi penduduk Desa Gora untuk menyelesaikan permasalahan akses air bersih ini.
Mereka membangun sumur, instalasi pompa alkon dan tandon air. Namun rupa-rupanya program ini tidak berjalan dan kurang efektif, karena untuk mengoperasikan pompa masih dibutuhkan biaya operasional berupa Bahan Bakar Minyak (BB) agar pompa dapat bekerja.
Curah hujan juga dalam keadaan normal dan curah hujan terbesar terjadi pada bulan Desember dan Februari. Salah satu penyebab kekeringan di desa ini adalah kondisi morfologi tanah yang tidak dapat ditanami pohon-pohon besar sehingga tidak mampu menampung air dalam jumlah yang besar.
Desa dengan topografi karst terbentuk oleh batu gamping dan napal ini seringkali mengalami bencana kekeringan ketika musim kemarau tiba. Desa yang terdiri dari 299 jiwa dengan mayoritas penduduknya berprofesi sebagai petani dan nelayan ini masih belum seluruhnya dialiri oleh aliran listrik.
Lokasi Desa Gorar berada sekitar 730 km dari pusat Kota Ambon. Akses menuju desa ini terbilang cukup sulit. Harus ditempuh menggunakan pesawat terbang jenis ATR selama 1 jam 40 menit dan dilanjutkan menggunakan speed boat selama 1 jam untuk sampai ke Desa Gorar.
Hal inilah yang membuat sulistnya akses pemerataan jaringan listrik di desa ini. Desa dengan luas 4.015 Ha masih belum ada sumber penerangan listrik. Letak desa-desa yang terpisah oleh laut menjadi kendala dalam melakukan pembangunan jaringan listirik.
Kebanyakan warga memanfaatkan listrik menggunakan genset untuk kebutuhan sehari-harinya. Kesulitan listrik di desa dengan transportasi utama angkutan laut ini berdampak pada kesulitan akses air bersih bagi penduduk desa. Sebenarnya di desa ini sudah ada sumber air bersih.
Akan tetapi tempatnya cukup jauh dari perkampungan. Warga harus rela berjalan satu kilometer bolak-balik jika akan mengambil air untuk kebutuhan sehari-hari.
Warga sangat kesulitan mendapatkan air bersih saat kemarau tiba. Pemerintah setempat dulu sudah pernah mengupayakan solusi bagi penduduk Desa Gora untuk menyelesaikan permasalahan akses air bersih ini.
Mereka membangun sumur, instalasi pompa alkon dan tandon air. Namun rupa-rupanya program ini tidak berjalan dan kurang efektif, karena untuk mengoperasikan pompa masih dibutuhkan biaya operasional berupa Bahan Bakar Minyak (BB) agar pompa dapat bekerja.