Beban Pertamina Semakin Berat di Tengah Lonjakan Harga Minyak Dunia
loading...
A
A
A
JAKARTA - Tren lonjakan harga minyak dunia dinilai bakal menambah beban PT Pertamina (Persero). Anggota Komisi VII DPR Kardaya Warnika menerangkan, kenaikan harga minyak berpengaruh terhadap tingkat keekonomian Pertamina seiring meningkatkan biaya produksi perusahaan.
"Pertamina adalah perusahaan persero yang salah satu tujuannya mencari keuntungan. Di sini Pertamina punya hitung-hitungan. Kalau harga minyak dunia naik, berarti biaya produksi ikut naik. Sebaliknya, jika harga minyak dunia turun, ongkos produksi ikut turun," ujarnya dalam keterangannya di Jakarta.
Menurut dia, minyak mentah (crude oil) menjadi salah satu komponen pengadaan BBM, oleh karena itu jika harganya meningkat maka biaya produksi BBM di dalam negeri juga ikut naik.
Untuk itu, terkait harga BBM , Kardaya menyerahkan sepenuhnya kepada Pertamina. Menurutnya, meski kenaikan harga minyak dunia berpengaruh terhadap biaya produksi, namun Pertamina tentu memiliki perhitungan apakah akan melakukan penyesuaian harga BBM di dalam negeri atau tidak.
"Masalahnya, apakah Pertamina akan menaikkan atau tidak? Dalam masalah ini tentunya Pertamina punya pertimbangan lain. Pertimbangan lain, sekarang sejumlah kompetitor Pertamina juga sudah menaikkan harga," katanya.
Sejak Maret 2021, harga minyak mentah dunia terus melesat, bahkan pada periode Mei 2021 harga minyak di atas USD60 per barel. Minyak mentah WTI dijual USD65 per barel dan jenis Brent 68 dolar AS per barel, padahal pada Juni tahun lalu masih di bawah USD40 per barel.
Oleh karena itulah, SPBU swasta pun beberapa kali menaikkan harga BBM. Shell misalnya, dua kali menaikkan harga, yaitu awal Maret dan awal April 2021.
Dengan kenaikan tersebut, harga BBM Shell jenis Reguler (RON 90) tercatat Rp10.520 per liter, Super (RON 92) Rp10.580 per liter, V-Power (RON 95) Rp11.050 per liter, dan Diesel Rp10.590 per liter.
Harga tersebut jauh lebih tinggi dibandingkan harga jual BBM Pertamina seprti Pertalite (RON 90) Rp7.650 per liter, Pertamax (RON 92) Rp9.000 per liter, dan Pertamax Turbo (RON 98) Rp9.850 per liter.
"Pertamina adalah perusahaan persero yang salah satu tujuannya mencari keuntungan. Di sini Pertamina punya hitung-hitungan. Kalau harga minyak dunia naik, berarti biaya produksi ikut naik. Sebaliknya, jika harga minyak dunia turun, ongkos produksi ikut turun," ujarnya dalam keterangannya di Jakarta.
Menurut dia, minyak mentah (crude oil) menjadi salah satu komponen pengadaan BBM, oleh karena itu jika harganya meningkat maka biaya produksi BBM di dalam negeri juga ikut naik.
Untuk itu, terkait harga BBM , Kardaya menyerahkan sepenuhnya kepada Pertamina. Menurutnya, meski kenaikan harga minyak dunia berpengaruh terhadap biaya produksi, namun Pertamina tentu memiliki perhitungan apakah akan melakukan penyesuaian harga BBM di dalam negeri atau tidak.
"Masalahnya, apakah Pertamina akan menaikkan atau tidak? Dalam masalah ini tentunya Pertamina punya pertimbangan lain. Pertimbangan lain, sekarang sejumlah kompetitor Pertamina juga sudah menaikkan harga," katanya.
Sejak Maret 2021, harga minyak mentah dunia terus melesat, bahkan pada periode Mei 2021 harga minyak di atas USD60 per barel. Minyak mentah WTI dijual USD65 per barel dan jenis Brent 68 dolar AS per barel, padahal pada Juni tahun lalu masih di bawah USD40 per barel.
Oleh karena itulah, SPBU swasta pun beberapa kali menaikkan harga BBM. Shell misalnya, dua kali menaikkan harga, yaitu awal Maret dan awal April 2021.
Dengan kenaikan tersebut, harga BBM Shell jenis Reguler (RON 90) tercatat Rp10.520 per liter, Super (RON 92) Rp10.580 per liter, V-Power (RON 95) Rp11.050 per liter, dan Diesel Rp10.590 per liter.
Harga tersebut jauh lebih tinggi dibandingkan harga jual BBM Pertamina seprti Pertalite (RON 90) Rp7.650 per liter, Pertamax (RON 92) Rp9.000 per liter, dan Pertamax Turbo (RON 98) Rp9.850 per liter.