Sektor Ritel Berguguran, Sinyalnya Sudah Terlihat dalam 4 Tahun Terakhir
loading...
A
A
A
JAKARTA - Sektor ritel yang mulai berguguran, menurut ekonom tidak semata-mata karena soal Pandemi Covid-19 berkepanjangan. Seperti diketahui industri ritel belakangan menjadi sorotan setelah Giant berencana menutup seluruh gerai mereka, selanjutnya Centro pada beberapa pusat perbelanjaan juga tidak lagi mampu bersaing.
"Tren ini sebenarnya sudah kita lihat sebelum terjadinya pandemi, banyak ritel berguguran dalam 4 tahun kebelakang karena harus bersaing dengan e-commerce yang bermunculan dan menawarkan layanan yang lebih menarik perhatian konsumen seperti misalnya promosi harga dan kemudahan dalam berbelanja," jelas Ekonom Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia, Yusuf Rendy Manilet kepada MNC Portal Indonesia di Jakarta, Senin (31/5/2021).
Lebih lanjut Ia menerangkan, bahwa kebijakan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) yang dilakukan oleh beberapa perusahaan dalam setahun terakhir ini memang dipengaruhi oleh beragam hal.
"Hal pertama, tentu ini adalah kebijakan internal perusahaan yang ingin melakukan efisiensi terhadap lini bisnis usaha mereka," ujar Yusuf.
Dia mengatakan, efisiensi ini disebabkan oleh beberapa hal, di antaranya tidak bisa bersaing dengan perusahaan sejenis yang bersifat lebih efisien.
Sekarang, kata Yusuf, ujian itu bertambah dengan adanya pandemi Covid-19, kombinasi antara pembatasan aktivitas masyarakat dan juga daya beli masyarakat yang melemah akhirnya mendorong permintaan terhadap beragam produk ritel semakin berkurang.
"Hal ini yang kemudian menjadi hal lain yang berdampak pada kinerja bisnis sehingga muaranya pada PHK besar-besaran yang dilakukan oleh beragam bisnis saat ini," ucapnya.
Dia menegaskan, dalam kondisi sekarang, upaya untuk mengembalikan kondisi seperti sebelum pandemi menjadi pekerjaan yang tidak ringan namun harus dilakukan oleh pemerintah.
"Harapannya dengan kondisi demikian, aktivitas masyarakat bisa kembali leluasa sehingga mendorong aktivitas ekonomi juga bisa bergerak lebih optimal," imbuh Yusuf.
Selain itu, dia menyarankan, pemerintah juga bisa memetakan kembali kelompok unit bisnis yang terdampak hebat dengan adanya pandemi ini. Dari pemetaan ini pemerintah bisa memberikan prioritas bantuan kepada mereka, baik itu seperti stimulus ataupun dalam bentuk lainnya.
"Di sisi lain, pelaku bisnis juga perlu terus mendorong inovasi dalam berbisnis, agar bisa bersaing dalam kondisi seperti sekarang, salah satu inovasi yang berguna dalam situasi seperti sekarang yaitu berjualan secara online atau menggunakan aplikasi, ini tentu untuk menjangkau konsumen yang lebih luas," pungkas Yusuf.
"Tren ini sebenarnya sudah kita lihat sebelum terjadinya pandemi, banyak ritel berguguran dalam 4 tahun kebelakang karena harus bersaing dengan e-commerce yang bermunculan dan menawarkan layanan yang lebih menarik perhatian konsumen seperti misalnya promosi harga dan kemudahan dalam berbelanja," jelas Ekonom Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia, Yusuf Rendy Manilet kepada MNC Portal Indonesia di Jakarta, Senin (31/5/2021).
Lebih lanjut Ia menerangkan, bahwa kebijakan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) yang dilakukan oleh beberapa perusahaan dalam setahun terakhir ini memang dipengaruhi oleh beragam hal.
"Hal pertama, tentu ini adalah kebijakan internal perusahaan yang ingin melakukan efisiensi terhadap lini bisnis usaha mereka," ujar Yusuf.
Dia mengatakan, efisiensi ini disebabkan oleh beberapa hal, di antaranya tidak bisa bersaing dengan perusahaan sejenis yang bersifat lebih efisien.
Sekarang, kata Yusuf, ujian itu bertambah dengan adanya pandemi Covid-19, kombinasi antara pembatasan aktivitas masyarakat dan juga daya beli masyarakat yang melemah akhirnya mendorong permintaan terhadap beragam produk ritel semakin berkurang.
"Hal ini yang kemudian menjadi hal lain yang berdampak pada kinerja bisnis sehingga muaranya pada PHK besar-besaran yang dilakukan oleh beragam bisnis saat ini," ucapnya.
Dia menegaskan, dalam kondisi sekarang, upaya untuk mengembalikan kondisi seperti sebelum pandemi menjadi pekerjaan yang tidak ringan namun harus dilakukan oleh pemerintah.
"Harapannya dengan kondisi demikian, aktivitas masyarakat bisa kembali leluasa sehingga mendorong aktivitas ekonomi juga bisa bergerak lebih optimal," imbuh Yusuf.
Selain itu, dia menyarankan, pemerintah juga bisa memetakan kembali kelompok unit bisnis yang terdampak hebat dengan adanya pandemi ini. Dari pemetaan ini pemerintah bisa memberikan prioritas bantuan kepada mereka, baik itu seperti stimulus ataupun dalam bentuk lainnya.
"Di sisi lain, pelaku bisnis juga perlu terus mendorong inovasi dalam berbisnis, agar bisa bersaing dalam kondisi seperti sekarang, salah satu inovasi yang berguna dalam situasi seperti sekarang yaitu berjualan secara online atau menggunakan aplikasi, ini tentu untuk menjangkau konsumen yang lebih luas," pungkas Yusuf.
(akr)