Tanggapan Tim Erick Thohir Soal Pemegang Saham Minoritas Garuda Rugi Rp11,2 T
loading...
A
A
A
JAKARTA - Pemegang saham minoritas PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk, mengalami kerugian sebesar Rp 11,2 triliun. Diketahui, saham minoritas tersebut milik pengusaha Chairul Tanjung dengan total saham mencapai 28%.
Menanggapi kerugian tersebut, Wakil Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) , Kartika Wirjoatmodjo menyebut, pihaknya tengah berkoordinasi dengan Dewan Komisaris dan pemegang saham minoritas. Komunikasi tersebut seputar kondisi keuangan Garuda Indonesia yang kian merugi.
Kementerian BUMN selaku pemegang saham mayoritas mencatat, ada surat berharga atau sukuk dan instrumen dolar yang dibeli investor.
"Kita berkomunikasi dengan komisaris dan pemegang saham, yang menjadi tantangan saat ini, ada sukuk dan instrumen dolar dibeli investor, ini kondisinya," ujar Tiko sapaan akrab Kartika, Kamis (10/6/2021).
Tiko menyebut, pihaknya akan memberi notifikasi kepada pemegang saham untuk melakukan penundaan pembayaran terlebih dahulu. Langkah itu untuk mencegah tekanan keuangan atau memproteksi cash flow emiten pelat merah tersebut.
Di samping itu, ada upaya restrukturisasi utang Garuda kepada kreditur yang mencapai Rp70 triliun. "Kita notif untuk tunda pembayaran dulu, secara legal, untuk memproteksi cash flow Garuda, perusahaan restruktur cash flow bisa freezer, komunikasi ke kreditur untuk moratorium untuk solusi terbaik," katanya.
Saat ini hanya ada 50 pesawat Garuda Indonesia yang dioperasikan manajemen. Minimnya operasional maskapai penerbangan pelat merah disebabkan terbatasnya cash flow perusahaan.
"Saat ini beroperasi minimum sekitar 50-an pesawat, kita harus mengambil tindakan yang drastis, maka ini tinggal tunggu waktu karena cash flow terbatas, setiap bulan minus, kami sedang lakukan kajian dengan para advisor untuk mengambil tindakan dengan kreditur," ungkapnya.
Menanggapi kerugian tersebut, Wakil Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) , Kartika Wirjoatmodjo menyebut, pihaknya tengah berkoordinasi dengan Dewan Komisaris dan pemegang saham minoritas. Komunikasi tersebut seputar kondisi keuangan Garuda Indonesia yang kian merugi.
Kementerian BUMN selaku pemegang saham mayoritas mencatat, ada surat berharga atau sukuk dan instrumen dolar yang dibeli investor.
"Kita berkomunikasi dengan komisaris dan pemegang saham, yang menjadi tantangan saat ini, ada sukuk dan instrumen dolar dibeli investor, ini kondisinya," ujar Tiko sapaan akrab Kartika, Kamis (10/6/2021).
Tiko menyebut, pihaknya akan memberi notifikasi kepada pemegang saham untuk melakukan penundaan pembayaran terlebih dahulu. Langkah itu untuk mencegah tekanan keuangan atau memproteksi cash flow emiten pelat merah tersebut.
Di samping itu, ada upaya restrukturisasi utang Garuda kepada kreditur yang mencapai Rp70 triliun. "Kita notif untuk tunda pembayaran dulu, secara legal, untuk memproteksi cash flow Garuda, perusahaan restruktur cash flow bisa freezer, komunikasi ke kreditur untuk moratorium untuk solusi terbaik," katanya.
Saat ini hanya ada 50 pesawat Garuda Indonesia yang dioperasikan manajemen. Minimnya operasional maskapai penerbangan pelat merah disebabkan terbatasnya cash flow perusahaan.
"Saat ini beroperasi minimum sekitar 50-an pesawat, kita harus mengambil tindakan yang drastis, maka ini tinggal tunggu waktu karena cash flow terbatas, setiap bulan minus, kami sedang lakukan kajian dengan para advisor untuk mengambil tindakan dengan kreditur," ungkapnya.
(akr)