Welcome Multiple Waves Economy
loading...
A
A
A
JAKARTA - Studi Harvard menyimpulkan "intermittent social distancing" or "intermittent lockdown" adalah strategi paling efektif penanganan pandemi guna merespons gelombang kasus Covid-19 yang datang berulang-ulang.
Sekarang kita memasuki gelombang kedua, berikutnya ketiga, keempat, dst, hingga akhirnya tercipta herd immunity.
Selamat datang “Multiple Waves Economy”.
Sebuah ekonomi baru dimana mobilitas pelaku ekonomi dan akitivitas perekonomian mengalami "buka-tutup" sebagai respons terhadap gelombang demi gelombang (multiple waves) lonjakan kasus Covid-19.
Ekonomi baru ini bakal ditandai empat hal sebagai berikut:
#1. Sustained RECESSIONS
Serangan Multiple Waves secara terus-menerus dan bertubi-tubi menyebabkan pemulihan ekonomi terus terpatahkan dan tak kunjung terwujud. Dampaknya: resesi berkepanjangan.
Contohnya sekarang. Dengan datangnya vaksin, optimisme pemulihan ekonomi muncul di awal tahun 2021. Namun begitu second wave menghempas saat ini, maka harapan pemulihan pun ambyar berkeping-keping.
#2. Govt MIS-MANAGE + MIS-LEAD
Kondisinya makin runyam gegara blunder pemerintah dalam menangani pandemi. MIS-MANAGEMENT dan MIS-LEADERSHIP membuat lingkungan bisnis semakin volatile dan uncertain.
Pemerintah tak berdaya menghadapi "unknown-unknow" situation seperti diakui Gubernur DKI: "We don't know what we don't know".
#3. Constant SHOCKS
Kebijakan pemerintah yang tanpa arah, berubah-ubah, dan eksperimental menciptakan constant shocks bagi pelaku bisnis.
Sekarang kita memasuki gelombang kedua, berikutnya ketiga, keempat, dst, hingga akhirnya tercipta herd immunity.
Selamat datang “Multiple Waves Economy”.
Sebuah ekonomi baru dimana mobilitas pelaku ekonomi dan akitivitas perekonomian mengalami "buka-tutup" sebagai respons terhadap gelombang demi gelombang (multiple waves) lonjakan kasus Covid-19.
Ekonomi baru ini bakal ditandai empat hal sebagai berikut:
#1. Sustained RECESSIONS
Serangan Multiple Waves secara terus-menerus dan bertubi-tubi menyebabkan pemulihan ekonomi terus terpatahkan dan tak kunjung terwujud. Dampaknya: resesi berkepanjangan.
Contohnya sekarang. Dengan datangnya vaksin, optimisme pemulihan ekonomi muncul di awal tahun 2021. Namun begitu second wave menghempas saat ini, maka harapan pemulihan pun ambyar berkeping-keping.
#2. Govt MIS-MANAGE + MIS-LEAD
Kondisinya makin runyam gegara blunder pemerintah dalam menangani pandemi. MIS-MANAGEMENT dan MIS-LEADERSHIP membuat lingkungan bisnis semakin volatile dan uncertain.
Pemerintah tak berdaya menghadapi "unknown-unknow" situation seperti diakui Gubernur DKI: "We don't know what we don't know".
#3. Constant SHOCKS
Kebijakan pemerintah yang tanpa arah, berubah-ubah, dan eksperimental menciptakan constant shocks bagi pelaku bisnis.