Menakar Peluang Ritel Online di Masa PPKM Darurat
loading...
A
A
A
JAKARTA - Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat pada 3-20 Juli 2021 menjadi ujian yang kesekian kalinya bagi industri ritel Tanah Air. Di saat mulai ada geliat di pusat-pusat perbelanjaan setelah melewati aneka pembatasan sebelumnya, peritel kini harus kembali mengerem karena meluasnya pandemi dan penyebaran virus yang sangat cepat.
Kini, pilihan konsumen pada platform belanja online pun menjadi keniscayaan. Beruntung, sekarang tersedia berbagai kanal belanja secara online yang bisa dimanfaatkan. Perlahan tapi pasti, tren ini pun berpeluang terus meningkat karena pandemi Covid-19 masih belum diketahui kapan akan berakhir.
Melihat hal tersebut, Wakil Ketua Umum Asosiasi Peritel Indonesia (Aprindo) Fernando Repi mengungkapkan bahwa kontribusi penjualan daring sejauh ini baru mencapai 5% sampai 6% dari total penjualan sektor ritel.
Dia pun tidak memungkiri bahwa kontribusi tersebut masih rendah dan belum dapat menyubstitusi capaian penjualan luring yang terdisrupsi selama pandemi.
"Tapi kami perkirakan tahun depan kontribusinya bisa mencapai lebih dari 20%," ungkapnya kemarin.
Fernando mengemukakan bahwa pemanfaatan big data dan teknologi akan memengaruhi perilaku konsumen yang saat ini banyak berbelanja melalui omnichannel. Tentu hal ini juga berpengaruh pada format toko ritel yang disebut Fernando akan lebih padat lagi. "Ke depan kami melihat format toko besar akan berkurang. Akan lebih banyak small compact store dengan ukuran kurang dari 1.000 meter persegi karena masyarakat lebih nyaman berbelanja lewat omnichannel," lanjutnya.
Adapun segmen ritel yang berpotensi mengalami lonjakan penjualan daring adalah produk busana sebagai dampak dari pemulihan ekonomi. Fernando memperkirakan pertumbuhannya bisa lebih tinggi dari segmen fast moving consumer goods (FMCG).
Selain itu, ada beberapa strategi yang disiapkan pelaku usaha dalam menghadapi masa adaptasi baru, yaitu dengan meningkatkan kolaborasi antara perusahaan teknologi guna mengoptimalisasi pembayaran digital dan pengiriman barang.
"Diperkirakan masa adaptasi ini akan terus berkembang selama dua sampai tiga tahun mendatang," katanya.
Sementara itu, Ketua Umum Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI) Alphonsus Widjaja tidak memungkiri bahwa kehadiran online shop bisa dijadikan alternatif para peritel untuk meningkatkan penjualan. Guna menghadapi tantangan ini, dia mengatakan pelaku usaha harus menyiapkan sejumlah alternatif.
Kini, pilihan konsumen pada platform belanja online pun menjadi keniscayaan. Beruntung, sekarang tersedia berbagai kanal belanja secara online yang bisa dimanfaatkan. Perlahan tapi pasti, tren ini pun berpeluang terus meningkat karena pandemi Covid-19 masih belum diketahui kapan akan berakhir.
Melihat hal tersebut, Wakil Ketua Umum Asosiasi Peritel Indonesia (Aprindo) Fernando Repi mengungkapkan bahwa kontribusi penjualan daring sejauh ini baru mencapai 5% sampai 6% dari total penjualan sektor ritel.
Dia pun tidak memungkiri bahwa kontribusi tersebut masih rendah dan belum dapat menyubstitusi capaian penjualan luring yang terdisrupsi selama pandemi.
"Tapi kami perkirakan tahun depan kontribusinya bisa mencapai lebih dari 20%," ungkapnya kemarin.
Fernando mengemukakan bahwa pemanfaatan big data dan teknologi akan memengaruhi perilaku konsumen yang saat ini banyak berbelanja melalui omnichannel. Tentu hal ini juga berpengaruh pada format toko ritel yang disebut Fernando akan lebih padat lagi. "Ke depan kami melihat format toko besar akan berkurang. Akan lebih banyak small compact store dengan ukuran kurang dari 1.000 meter persegi karena masyarakat lebih nyaman berbelanja lewat omnichannel," lanjutnya.
Adapun segmen ritel yang berpotensi mengalami lonjakan penjualan daring adalah produk busana sebagai dampak dari pemulihan ekonomi. Fernando memperkirakan pertumbuhannya bisa lebih tinggi dari segmen fast moving consumer goods (FMCG).
Selain itu, ada beberapa strategi yang disiapkan pelaku usaha dalam menghadapi masa adaptasi baru, yaitu dengan meningkatkan kolaborasi antara perusahaan teknologi guna mengoptimalisasi pembayaran digital dan pengiriman barang.
"Diperkirakan masa adaptasi ini akan terus berkembang selama dua sampai tiga tahun mendatang," katanya.
Sementara itu, Ketua Umum Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI) Alphonsus Widjaja tidak memungkiri bahwa kehadiran online shop bisa dijadikan alternatif para peritel untuk meningkatkan penjualan. Guna menghadapi tantangan ini, dia mengatakan pelaku usaha harus menyiapkan sejumlah alternatif.