Inovasi Digital Menuju Masyarakat Nontunai, Bos LinkAja Berbagi Kiat Kepemimpinan
loading...
A
A
A
JAKARTA - Digitalisasi sudah menjadi tren masa kini terlebih di masa pandemi masyarakat sangat menghindari adanya transaksi tunai. Tak ayal kini banyak bisnis bertransformasi ke digital. Dalam hal ini, peran pemimpin dalam mewujudkan inovasi digital juga krusial.
Dalam acara Leadership in Digital Era yang diselenggarakan oleh PPM School of Management, CEO PT Fintek Karya Nusantara (LinkAja) Haryati Lawidjaja membagi tips untuk para pemimpin dalam mewujudkan inovasi ke arah digital. Dalam hal ini, dia menjelaskan dengan bercermin dari LinkAja sebagai motor perubahan transaksi non tunai.
Sebelumnya, LinkAja dibentuk oleh sinergi 10 BUMN yaitu Telkomsel, Bank BRI, Bank Mandiri, Bank BNI, Pertamina, Jasa Marga, PT KAI, Danareksa, Taspen, dan Jiwarasya. Tujuan dibentuknya LinkAja guna mendorong inklusi keuangan dan inklusi ekonomi untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional Indonesia.
Dalam menuwujudkan harapan dari sebuah inovasi digital, Haryati memaparkan ada hal yang perlu diperhatikan, diantaranya customer centric. Menurut dia, walaupun inovasinya cenderung ke teknologi tapi dia menyebut teknologi itu hanyalah sebuah alat. Sehingga teknologi itu tidak akan berguna jika tidak memberikan solusi untuk customer.
“Pada saat kita mau membuat suatu layanan, maka semuanya harus berawal dari solusi yang ingin diberikan kepada masyarakat untuk mengatasi tantangan-tantangan yang ada di masyarakat pada saat itu,” ujarnya secara virtual, Sabtu (17/7/2021).
Kemudian, untuk menjawab solusi masyarakat ada beberapa fundamental yang perlu diperhatikan. Pertama, integritas. Baginya, integritas bukan hanya kejujuran saja melainkan memiliki keberanian untuk berkata tidak jika ada hal yang tidak sesuai dengan yang seharusnya.
“Semua orang jangan pernah takut salah. Semua orang boleh coba, karena jika tidak mencoba kita tidak pernah tahu, tidak pernah belajar, dan tidak pernah bisa improve diri kita ataupun yang sedang dikerjakan bersama. Kalau ada gagal, saya anggap itu part of cost of training,” kata Haryati.
Selanjutnya adalah pemberdayaan yaitu proses di mana pimpinan berusaha membantu bawahan untuk mendapatkan dan menggunakan power yang dibutuhkan dalam pengambilan keputusan terhadap hal-hal yang mempengaruhi kondisi kerja dan keadaan diri bawahan.
Dia menerangkan, integritas dan pemberdayaan saling berhubungan sebab jika tidak ada integritas atau kepercayaan terhadap karyawan maka pimpinan tidak bisa membantu karyawannya dalam mengajarkan pengambilan keputusan.
Dalam acara Leadership in Digital Era yang diselenggarakan oleh PPM School of Management, CEO PT Fintek Karya Nusantara (LinkAja) Haryati Lawidjaja membagi tips untuk para pemimpin dalam mewujudkan inovasi ke arah digital. Dalam hal ini, dia menjelaskan dengan bercermin dari LinkAja sebagai motor perubahan transaksi non tunai.
Sebelumnya, LinkAja dibentuk oleh sinergi 10 BUMN yaitu Telkomsel, Bank BRI, Bank Mandiri, Bank BNI, Pertamina, Jasa Marga, PT KAI, Danareksa, Taspen, dan Jiwarasya. Tujuan dibentuknya LinkAja guna mendorong inklusi keuangan dan inklusi ekonomi untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional Indonesia.
Dalam menuwujudkan harapan dari sebuah inovasi digital, Haryati memaparkan ada hal yang perlu diperhatikan, diantaranya customer centric. Menurut dia, walaupun inovasinya cenderung ke teknologi tapi dia menyebut teknologi itu hanyalah sebuah alat. Sehingga teknologi itu tidak akan berguna jika tidak memberikan solusi untuk customer.
“Pada saat kita mau membuat suatu layanan, maka semuanya harus berawal dari solusi yang ingin diberikan kepada masyarakat untuk mengatasi tantangan-tantangan yang ada di masyarakat pada saat itu,” ujarnya secara virtual, Sabtu (17/7/2021).
Kemudian, untuk menjawab solusi masyarakat ada beberapa fundamental yang perlu diperhatikan. Pertama, integritas. Baginya, integritas bukan hanya kejujuran saja melainkan memiliki keberanian untuk berkata tidak jika ada hal yang tidak sesuai dengan yang seharusnya.
“Semua orang jangan pernah takut salah. Semua orang boleh coba, karena jika tidak mencoba kita tidak pernah tahu, tidak pernah belajar, dan tidak pernah bisa improve diri kita ataupun yang sedang dikerjakan bersama. Kalau ada gagal, saya anggap itu part of cost of training,” kata Haryati.
Selanjutnya adalah pemberdayaan yaitu proses di mana pimpinan berusaha membantu bawahan untuk mendapatkan dan menggunakan power yang dibutuhkan dalam pengambilan keputusan terhadap hal-hal yang mempengaruhi kondisi kerja dan keadaan diri bawahan.
Dia menerangkan, integritas dan pemberdayaan saling berhubungan sebab jika tidak ada integritas atau kepercayaan terhadap karyawan maka pimpinan tidak bisa membantu karyawannya dalam mengajarkan pengambilan keputusan.