Lebih Dari Lima Dekade, PT Vale Jaga Keberlanjutan untuk Masa Depan
loading...
A
A
A
SOROWAKO - PT Vale Indonesia Tbk tidak hanya menjadi perusahaan multinasional dan bonafid, tetapi juga memiliki nilai-nilai dan praktik operasional yang mumpuni. Perseroan ini begitu maju dalam aspek sustainability (keberlanjutan), baik secara ekonomi, lingkungan maupun sosial.
Komitmen tersebut terus dijaga hingga lebih dari lima dekade atau 53 tahun untuk masa depan masyarakat Indonesia, khususnya masyarakat yang berada di base operasional perusahaan di Sorowako, Luwu Timur, Sulawesi Selatan.
Dalam bisnis dan operasinya, PT Vale mendukung pencapaian target Sustainable Development Goals (SDGs) melalui praktik penambangan yang bertanggung jawab dan berkelanjutan terhadap lingkungan dan masyarakat.
53 Tahun beroperasi di Indonesia, PT Vale memproduksi nickel matte 75.000 ton pertahun, memasok 5% kebutuhan nikel dunia. Tak hanya itu, PT Vale Indonesia berkomitmen terhadap praktik pertambangan berkelanjutan merupakan upaya untuk mewujudkan sasaran menjadi sustainable operator, value contributor dan obedient citizen.
"Kami memegang teguh komitmen menjaga kelestarian bumi, sesuai dengan salah satu nilai kami, yakni menjaga kelestarian bumi. Kami menjalankan kegiatan penambangan dan pengolahan bijih nikel dengan melaksanakan praktik-praktik terbaik didukung penerapan teknologi ramah lingkungan. Perseroan berupaya agar tidak menimbulkan dampak negatif, baik di dalam maupun di luar wilayah operasi," kata CEO dan Presiden Direktur PT Vale Indonesia, Tbk, Febriany Eddy.
PT Vale berkomitmen melakukannya dengan memberikan dukungan pada peningkatan kualitas kehidupan dan mendukung pengurangan emisi karbon. “Kami ingin terus berkontribusi. Kami ingin terus menginspirasi. Kami ingin meningkatkan kualitas kehidupan bagi generasi yang akan datang,” katanya.
Dalam laporan keberlanjutan PT Vale Indonesia Tbk 2020, perseroan yang didirikan pada 25 Juli 1968 telah merumuskan Prioritas Strategis dengan lima pilar yakni kesehatan, keselamatan dan risiko, sumber daya manusia, keberlanjutan, pemeliharaan dan pertumbuhan.
“Prioritas Strategis dijalankan mulai tahun 2020 hingga 3-5 tahun ke depan. Tujuannya adalah menancapkan pondasi yang kokoh untuk dicapai di 2030 dan 2050, yang bermuara pada PT Vale yang lebih aman, andal, kompetitif, berkelanjutan, dan dicintai masyarakat,” kata Febriany Eddy.
Program Keberlanjutan
Menyadari betapa pentingnya program berkelanjutan untuk diterapkan, PT Vale Indonesia Tbk menghadirkan sejumlah inovasi demi mewujudkan komitmen tersebut dari multisektor.
Program keberlanjutan tersebut meliputi, produksi nikel berbasis energi bersih, pertambangan hijau yang terintegrasi, pengolahan limbah berteknologi tinggi, Program Pengembangan Masyarakat (PPM), meningkatkan tata kelola perusahaan secara berkelanjutan serta dukungan terhadap penanggulangan COVID-19.
*Produksi nikel berbasis energi bersih
Sejak tahun-tahun awal perusahaan berdiri telah memulai dengan membangun dan mengoperasikan PLTA Larona (1979), PLTA Balambano (1999) dan PLTA Karebbe (2011) dengan total kapasitas terpasang sebesar 365 megawatt untuk menyuplai energi ke pabrik pengolahan.
Berkat PLTA tersebut, PT Vale mampu mengurangi emisi karbon sebesar 1.096.705 ton CO2 ekuivalen per tahun dengan asumsi bahan bakar yang digunakan yaitu batubara atau 855.356 ton CO2 ekuivalen per tahun jika bahan bakar yang digunakan adalah diesel.
Selain untuk kebutuhan operasional, energi listrik yang dihasilkan PLTA tadi juga didistribusikan sebesar 10,7 megawatt untuk memenuhi kebutuhan listrik masyarakat Luwu Timur melalui Perusahaan Listrik Negara (PLN).
*Upaya mereduksi emisi
PT Vale membatalkan Coal Conversion Project (CCP) meski proyek tersebut dapat mereduksi biaya finansial perusahaan sebesar US$ 40 juta setiap tahunnya. Namun dengan membatalkan CCP PT Vale mampu menghindari kenaikan emisi gas rumah kaca rata-rata sebesar 200.000 ton CO2 setiap tahunnya.
Pada tahun 2019, perusahaan mengoperasikan boiler listrik yang energinya berasal dari PLTA untuk operasional pabrik pengolahan. Dengan inovasi ini mampu menghilangkan penggunaan bahan bakar HSFO (high sulfur fuel oil) sebanyak 67.047 barel per tahun. Boiler listrik PT Vale juga menjadi pertama digunakan di industri pengolahan di Asia Tenggara.
Sejak 2015, perusahaan mulai mengimplementasi program penggunaan biodiesel/bahan bakar nabati untuk kendaraan operasional yang trennya kian meningkat setiap tahun; 17,3 juta liter (2019), 11,9 juta liter (2018) dan 11,1 (2016 dan 2017).
*Pertambangan hijau yang terintegrasi
PT Vale mengintegrasikan aktivitas pembukaan lahan tambang dengan reklamasi (pemulihan lahan) dan rehabilitasi (penanaman kembali). Maka itu perusahaan membangun kebun bibit modern (nursery) seluas 2,5 hektar dengan kapasitas produksi sebanyak 700.000 bibit (termasuk tanaman asli setempat dan tanaman endemik) setiap tahun untuk menyuplai tanaman dan mendukung aktivitas rehabilitasi lahan pasca tambang. Nursery telah beroperasi sejak April 2006. Luas lahan pasca tambang yang berhasil direklamasi setiap tahun rata-rata di angka 4.000 hektar.
*Pengolahan limbah berteknologi tinggi
Untuk mengendalikan limbah cair (effluent) dari area tambang dan pabrik pengolahan, PT Vale membangun lebih dari 100 pond (kolam pengendapan) di Blok Sorowako dilengkapi dengan fasilitas pengolahan air limbah (Pakalangkai Water Treatment) dan Lamella Gravity Settler (LGS, beroperasi sejak 2015) untuk menurunkan konsentrasi limbah cair secara signifikan. PT Vale sebagai perusahaan yang pertama kali memanfaatkan teknologi LGS yang biasanya untuk pengolahan air minum di industri pertambangan di Indonesia. Upaya tersebut diikuti dengan pengecekan kualitas air danau secara regular bersama Lembaga independen.
Sedangkan pengendalian emisi debu dan partikulat di pabrik pengolahan nikel, perusahaan mengoperasikan ESP (Electrostatic Precipitator) atau penangkap debu teknologi listrik statis dan Bag House (fasilitas penangkap debu dan partikulat) di tanur pelebur dan tanur pereduksi.
*Program Pengembangan Masyarakat
Implementasi program sosial perusahaan melalui Program Pengembangan Masyarakat (PPM). Perusahaan berko- laborasi dengan Pemerintah Kabupaten Luwu Timur dan masyarakat. PPM dirancang untuk periode 2018-2022 dan sinergi dengan peraturan Pemerintah yang menstimulasi pembangunan desa dan wilayah operasi perusahaan tam- bang khususnya, yakni Kepmen ESDM 1824 Tahun 2018 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat dan UU Nomor 6 Tahun 2014
(UU Desa).
Terkait implementasinya, Vale menandatangani Nota Kesepahaman (Memorandum of Understanding/MoU) dan Perjanjian Kerja Sama dengan Direktorat Jenderal Pembangunan Kawasan Perdesaan Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (PDTT), Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Provinsi Sulawesi Selatan dan Pemerintah Kabupaten Luwu Timur terkait pelaksanaan Program Pengembangan Masyarakat tersebut.
Sebelumnya, sejak 2015 perusaahaan telah membina petani di wilayah pemberdayaan untuk mempraktikan pertanian sehat ramah lingkungan melalui budidaya padi organik. Kemudian pada tahun 2017 perusahaan melakukan pembinaan dan pendampingan bagi usaha mikro, kecil dan menengah di wilayah pemberdayaan. Hingga saat ini ada sekitar 38.000 jiwa di wilayah pemberdayaan perusahaan sebagai penerima manfaat dari pelaksanaan PPM.
*Meningkatkan tata kelola perusahaan secara berkelanjutan
Menerapkan Good Corporate Governance (GCG) yang mengedepankan keterbukaan dan transparansi untuk menghindarkan bisnis dari risiko korupsi dan suap. Realisasinya melalui sosialisasi dan pelatihan Anti-Bribery and Corrup- tion (ABC) bagi seluruh karyawan dan kontraktor perusahaan sejak 2015. Seiring itu, perusahaan juga menyusun panduan antikorupsi yang bersifat mengikat di lingkup internal perusahaan juga rekanannya.
Sejak 1 Januari 2016, PT Vale membuka saluran pelaporan independen, Vale Whistleblower Channel (VWC), yakni layanan pelaporan yang dikelola secara mandiri dan professional oleh perusahaan penyedia layanan pelaporan pelanggaran di Indonesia. VWC terhubung langsung ke Bagian Kode Etik dan Perilaku Vale S.A. VWC menjadi kanal pelaporan dugaan terjadinya penyelewengan, kecurangan, maupun pelanggaran kebijakan perusahaan. Pelaporan dapat dilakukan melalui SMS/WhatsApp: +62-812-8040-0622, Hotline 0-800-100-2233 atau email [email protected].
*Dukungan terhadap penanggulangan COVID-19
Sejak pandemi COVID-19 menyebar di Indonesia pada Maret 2020, PT Vale sebagai entitas bisnis telah konsisten berkontribusi membantu pemerintah dalam penanggulangan COVID-19. Salah satu aktivitas tersebut diwujudkan PT Vale dengan menyalurkan alat tes cepat atau rapid test kits sebagai upaya membantu aktivitas penapisan dan pemetaan penyebaran virus corona di wilayah konsesi dan wilayah penyangga konsesi PT Vale di tiga provinsi yang berada di Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah dan Sulawesi Tenggara.
“Pada 2050 perseroan berkomitmen menuju penambangan karbon netral melalui program perubahan iklim dengan mengurangi gas rumah kaca emisi, dimana hal ini selaras dengan Perjanjian Paris dan menjadi karbon netral pada tahun 2050. Tak hanya itu, dari sisi energi nantinya 100% menghasilkan sendiri energi bersih secara global. Lalu untuk kepedulian terhadap air, perseroan mengurangi pengumpulan air baru sebesar 10%,” ungkap Febry.
Tak hanya itu, dari kepedulian terhadap lingkungan perseroan memulihkan dan melindungi 500.000 hektar lahan kritis di luar area Kontrak Karya. Sementara dari sisi kontribusi sosial ekonomi fokus pada perawatan kesehatan, pendidikan, dan peningkatan pendapatan masyarakat.
“Perseroan juga menghilangkan celah Land Surface Temperature (LST) utama dalam kaitannya dengan praktik terbaik,” paparnya.
Tangguh Ditengah Pandemi dan Tetap Produktif
Pandemi Covid-19 yang telah terjadi setahun lebih memberikan dampak besar terhadap seluruh sektor kehidupan. Sejumlah usaha gulung tikar, ekonomi terpuruk hingga banyak kehilangan pekerjaan.
Hal berbeda terjadi disektor tambang, justru sektor ini kian bersinar ditengah kondisi tersebut. Bisa dikatakan sektor ini terus bergerak, bahkan kehadirannya tetap memberikan dampak positif tidak saja pada kontribusi sektor ekonomi tapi juga pada sektor sosial.
Dari sisi ekspor berdasarkan data Bada Pusat Statistik (BPS) Sulsel, nikel yang notabene komoditi dari sektor tambang memberikan kontribus besar dalam ekspor Sulsel.
Pada bulan Mei, BPS merilis jika nikel menjadi salah satu penyumbang ekspor terbesar Sulsel dengan nilai ekspor sebesar US$ 75,28 juta (70,36 persen). Jika dibandingkan dengan April 2021 maka ekspor komoditas Nikel naik sebesar 7,39 persen.
Di Sulsel, PT Vale merupakan perusahaan tambang yang memproduksi nikel cukup besar, dimana pada 2018 produksi mencapai 74,806 ton (dalam matte), 2019 sebanyak 71,025 ton Matte dan pada tahun 2020 sebesar 72,237 ton matte.
PT Vale mempertahankan pertumbuhan melalui kinerja ekonomi yang positif demi keberlanjutan operasi dan usaha. Selama periode pelaporan 2020, Perseroan menerapkan kebijakan penghematan biaya, guna menjaga daya saing. Meski dihadapkan pada dampak pandemi COVID-19, Perseroan mengoptimalkan sumber daya cadangan bijih nikel, karyawan dan fasilitas produksi untuk menghasilkan 72.237 MT nikel dalam matte atau 98,95% dari target.
Realisasi penjualan nikel dalam matte mencapai 72.846 MT, atau 99,79% dari target, dengan Pendapatan Usaha sebesar AS$764,74 juta, atau 89,95% dari target. Sebagian dari nilai ekonomi yang diperoleh tahun 2020, didistribusikan kepada pemangku kepentingan sesuai kebutuhan mereka.
“Tidak ada pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap karyawan PT Vale, akibat dampak COVID-19. Perseroan tetap melakukan kegiatan operasi dan produksi, dengan protokol kesehatan ketat. Bahkan perseroan terus membuka lapangan pekerja, termasuk ke pemasok lokal yang saat ini mencapai 295 dan jumlah karyawan pada 2020 mencapai 3.006 orang,” ungkap Febry.
*Serap Tenaga Kerja Lokal dan Ramah Difabel
Sebagian besar karyawan merupakan penduduk lokal, yakni warga Sorowako dan daerah lain di Kabupaten Luwu Timur. Jumlah mereka ada 2.616 orang atau 87,03% dari total karyawan PT Vale. Sebanyak 5,95% dari senior staff dipegang oleh tenaga kerja lokal.
Selain karyawan PT Vale, ada pekerja lain yakni pekerja kontraktor/pemasok dengan jumlah 7.042 atau sebesar 234% dibandingkan total karyawan yang berada di wilayah operasi PT Vale. Selain itu, PT Vale tidak memiliki karyawan paruh waktu.
Menurut dia, PT Vale juga memiliki target merangkul lebih banyak karyawan dari berbagai latar belakang.
“Kami ingin menjadi perusahaan tambang yang ramah bagi pekerja perempuan dan membuka pintu bagi mereka yang menyandang disabilitas. Kami berkomitmen memperluas kesempatan kerja bagi kaum perempuan dan difabel. Perseroan telah merumuskan target aspirasi jumlah pekerja perempuan dan difabel dalam 5-10 tahun mendatang,” ujarnya.
Dijelaskannya, perseroan menargetkan secara bertahap jumlah pekerja perempuan meningkat 100%. Pada periode pelaporan jumlah pekerja perempuan ditargetkan bertambah 12%, dibanding tahun 2019.
Realisasi pertambahan jumlah karyawan perempuan adalah 11 orang atau 4,5% menjadi 257 orang pada tahun 2020. Untuk pekerja difabel, Perseroan menargetkan pertambahan hingga 500%. Namun, pada tahun 2020 realisasi jumlah karyawan difabel menurun dari 5 orang pada tahun 2019 menjadi 4 orang, karena adanya karyawan yang mengundurkan diri.
“Kesetaraan gender menjadi bagian penting dalam pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Kesetaraan ini perlu dilakukan untuk membuka sebanyak mungkin peluang, mengeluarkan potensi-potensi terbaik dari tiap individu, dan menumbuhkan generasi penerus yang punya perspektif kesetaraan,” tuturnya.
Terpisah, Kepala Dinas Transmigrasi, Tenaga Kerja dan Perindustrian Luwu Timur, Aini Endis Anrika mengungkapkan, kontribusi sektor tambang untuk menciptakan lapangan kerja di Luwu Timur cukup besar, dimana PT Vale paling dominan membuka peluang kerja tersebut dengan total serapan tenaga kerja pada 2019 mencapai 3.044 pekerja, lalu pada 2020 sebanyak 3.018 dan pada 2021 serapan pekerja di PT Vale sebanyak 2.964 pekerja. Serapan tenaga kerja tersebut belum termasuk kontraktor PT Vale yang juga ikut menyerap tenaga kerja, dimana pada tahun lalu mencapai 5.947 orang data per 30 Juni 2020.
"PT Vale cukup besar dalam menyerap tenaga kerja di Luwu Timur, itu tidak saja dari tenaga kerja yang diserap perusahaan langsung. Tapi juga tenaga kerja yang dipekerjakan oleh kontraktor mitra Vale. Kontribusi PT Vale mencapai 30% dalam menyerap tenaga kerja, jika dilihat dari sisi penerimaan sektor tambang,” jelasnya.
Dia mencontohkan, pada tahun 2019 pekerja PT Vale Indonesia Tbk mencapai 2. 798 orang, sedangkan jumlah pekerja mencapai 12.000 sehingga jika ditotalkan pekerja tambang kontribusinya dikisaran 23,33%.
*Menjaga Prospek Usaha dan Keberlanjutan Masa Depan
Seiring naiknya kebutuhan nikel yang digunakan untuk mendukung inovasi teknologi dan mengembangkan kendaraan listrik, maka PT Vale menilai bahwa prospek usaha ke depan akan meningkat. Peningkatan ini merupakan peluang usaha yang menjadi tantangan tersendiri bagi PT Vale untuk mampu menjalankan produksi secara maksimal dengan tetap beroperasi sesuai target dan sasaran.
PT Vale akan terus berupaya mencapai target agenda pertumbuhan perusahaan pada 2030. Untuk mendukung rencana tersebut, PT Vale telah membentuk anak usaha yang akan mengelola unit smelter rotary kiln electric furnace (RKEF) di Bahodopi, Kabupaten Morowali, Sulawesi Tengah; dan unit smelter high pressure acid leach (HPAL) di Pomalaa, Kabupaten Kolaka, Sulawesi Tenggara.
PT Vale juga berencana membangun kembali tanur listrik 4 pada triwulan kedua tahun 2021, untuk meningkatkan kapasitas produksi nikel dalam matte. Meski prospek permintaan nikel akan meningkat, namun PT Vale harus tetap fokus pada optimalisasi kapasitas produksi, meningkatkan efisiensi, dan mengurangi biaya. Hal ini tidak terlepas dari kecenderungan volatilitas harga nikel dunia, yang berada di luar kendali Perusahaan.
*Pengembangan Berkelanjutan
PT Vale melanjutkan pengembangan berkelanjutan untuk meningkatkan kapasitas produksi 90.000 ton nikel dalam matte, yang ditargetkan tercapai tahun 2026. Pada periode pelaporan, Perseroan melanjutkan rencana pembangunan dan pengembangan unit smelter baru.
Untuk mendukung realisasi rencana tersebut, PT Vale telah membentuk anak usaha yang akan mengelola unit smelter rotary kiln electric furnace (RKEF) di Bahodopi, Kabupaten Morowali, Sulawesi Tengah; dan unit smelter high pressure acid leach (HPAL) di Pomalaa, Kabupaten Kolaka, Sulawesi Tenggara.
Komitmen itu diwujudkan, dimana pada 24 Juni PT Vale meneken perjanjian kerangka kerjasama terkait proyek di Bahodopi. PT Vale IndonesiaTbk bersama dua mitra kerja (Mitra) yakni Taiyuan Iron dan Steel (Grup) Co, Ltd (TISCO) dan Shandong Xinhai Technology Co, Ltd (Xinhai), meneken dokumen Perjanjian Kerangka Kerjasama Proyek untuk Fasilitas Pengolahan Nikel Bahodopi.
Perjanjian ini ditandatangani oleh CEO PTVI Febriany Eddy, Presiden TISCO Wei Chengwen, dan Ketua Xinhai Technology di Shanghai Wang Wenlong dan disaksikan baik langsung maupun virtual oleh CEO Vale Eduardo Bartolomeo, Ketua China Baowu Chen Derong.
Dalam Perjanjian Kerangka Kerjasama ini,PTVI, TISCO dan Xinhai telah menyepakati secara prinsip hal-hal utama terkait proyek tersebut, termasuk diantaranyaPTVI, TISCO dan Xinhai akan membentuk perusahaan patungan (“JV Co”) untuk membangun fasilitas pengolahan nikel di Xinhai Industrial Park, Morowali, Sulawesi Tengah. Kemudian, JV Co akan membangun delapan lini pengolahan feronikel rotary kiln-electric furnace dengan perkiraan produksi sebesar 73.000 metrik ton nikel per tahun beserta fasilitas pendukungnya.
Tak hanya itu saja, semua pihak menyetujui bahwaPTVIakan memiliki 49% saham JV Co dan Mitra akan memiliki 51% saham. Termasuk, semua Pihak menyetujui bahwa kebutuhan listrik akan bersumber dari pembangkit listrik tenaga gas untuk mendukung komitmen PTVI dalam mengurangi emisi karbon, komitmen bersama juga menyepakati bahwa dalam jangka waktu enam bulan sejak di tandatanganinya perjanjian ini akan menyelesaikan semua persyaratan teknis dan finansial yang diperlukan untuk mengambil keputusan investasi final.
“Kami menghargai bahwa mitra kami telah mendukung agenda rendah karbon Vale dengan menyepakati perubahan rencana dari pembangkit listrik tenaga batubara menjadi gas. Kami percaya Perjanjian ini merupakan bukti keselarasan komitmen keberlanjutan kami, dimana hal ini sangat penting bagiPT Vale. Kami yakin bahwa ketiga pihak akan saling melengkapi,” kata CEO PT Vale Indonesia Tbk, Febriany Eddy.
Nilai Ekonomi Dihasilkan dan Didistribusikan
Strategi yang dijalankan membuat PT Vale mampu mengatasi dampak pandemi COVID-19. Selama periode pelaporan Perseroan berhasil mengoptimalkan perolehan Pendapatan Usaha serta Laba Usaha. Sebagian dari pendapatan yang diperoleh, didistribusikan kepada masing-masing pemangku kepentingan, di antaranya dalam bentuk dividen, pembayaran kepada Pemerintah, dan investasi untuk komunitas. Pada tahun 2020, Perseroan mendapatkan insentif pajak dari Pemerintah berupa penurunan PPH badan dari 25% menjadi 22%.
Selama periode pelaporan 2020, PT Vale dihadapkan pada beberapa kondisi anomali cuaca akibat fenomena perubahan iklim yang berimplikasi pada keuangan. Meski demikian, Perseroan mampu mengoptimalkan produksi, penjualan dan pengiriman nikel dalam matte, sehingga memenuhi target yang ditetapkan.
*Topang Ekonomi Indonesia, Beri Pendapatan ke Negara dan PAD Luwu Timur
Bentuk lain distribusi nilai ekonomi yang diperoleh adalah pembayaran pajak dan PNBP kepada Pemerintah. Pengelolaan pajak Perseroan berada di bawah tanggung jawab Direktur Keuangan.
Pembayaran pajak dilakukan melalui kantor pajak, baik di tingkat pusat maupun daerah, sesuai ketentuan perpajakan yang berlaku di Indonesia. Secara berkala Perseroan melakukan sosialisasi maupun konsultasi terkait Surat Pemberitahuan Pajak (SPT) kepada karyawan, kontraktor/pemasok dan pihak-pihak.
PNBP yang dibayarkan terdiri Iuran Produksi, Iuran Tetap Wilayah Kontrak Karya, dan PNBP lainnya. Pajak yang dibayarkan terdiri dari Pajak Pertambahan Nilai; Pajak Bumi dan Bangunan; Pajak Penghasilan Karyawan; Pajak Penghasilan Badan; Pajak, Retribusi dan Hibah Daerah; Pemotongan Pajak Penghasilan Pihak Ketiga; dan Bea Masuk.
Selama periode pelaporan 2020, PT Vale membayarkan pajak dan PNBP total sebesar AS$72.995 ribu. Jumlah tersebut turun 43% dibanding tahun 2019 yang mencapai AS$129.029 ribu.
Dari sisi Pendapatan Asli Daerah (PAD) Luwu Timur, memberikan kontribusi yang cukup besar. Menurut Kepala Badan Pengelolaan Keuangan Daerah (BPKD) Ramadhan Pirade menyebutkan, jika total pendapatan yang diperoleh Pemkab Luwu Timur dari PT Vale cukup besar.
Pada tahun lalu saja, PT Vale memberikan penerimaan dalam struktur APBD Luwu Timur mencapai Rp375,5 miliar. Jumlah tersebut diperoleh dari Pendapatan Asli Daerah (PAD) sebesar Rp166,4 miliar terdiri dari pajak daerah Rp165,8 miliar dan retribusi daerah sebesar Rp655 juta lebih.
“Perolehan tersebut belum termasuk pendapatan transfer sebanyak Rp159,089 miliar, terdiri dari pendapatan transfer pemerintah pusat sebesar Rp77,6 miliar dan transfer antar daerah terkait bagi hasil pajak dari provinsi sebesar Rp81,4 miliar. Serta lain-lain pendapatan daerah yang sah bersumber dari hibah listrik PT Vale dan hibah scarab PT Vale mencapai Rp49,9 miliar,” paparnya.
Disisi lain, kontribusi sumber daya alam mineral dan batu bara (Minerba) terhadap penerimaan negara juga cukup besar, baik dari iuran tetap (landrent) maupun iuran produksi (royalti). Hal itu diungkapkan Kepala Bidang Mineral Dan Batubara Dinas Energi dan Sumberdaya Mineral Provinsi Sulsel, Djemmi Abdullah.
Dia menguraikan penerimaan negara dari sektor minerba menunjukkan tren pertumbuhan positif setiap tahun. Tercatat, setoran iuran sektor minerba mencapai Rp249 miliar (2018), meski turun menjadi Rp210 miliar (2019), dan kembali tumbuh signifikan menjadi Rp294 miliar (2020).
Pada triwulan I 2021, penerimaan negara dari minerba sudah mencapai Rp88 miliar. Rinciannya, Rp82 miliar untuk iuran royalti dan Rp5,7 miliar untuk iuran tetap. Dari pendapatan negara yang bersumber dari sektor minerba tersebut, kata Djemmi, berasal dari produsen nikel PT Vale Indonesia Tbk.
"Di Sulsel memang ada tiga perusahaan yang aktif memproduksi nikel. Paling besar kontribusinya memang PT Vale," pungkas Djemmi.
Komitmen tersebut terus dijaga hingga lebih dari lima dekade atau 53 tahun untuk masa depan masyarakat Indonesia, khususnya masyarakat yang berada di base operasional perusahaan di Sorowako, Luwu Timur, Sulawesi Selatan.
Dalam bisnis dan operasinya, PT Vale mendukung pencapaian target Sustainable Development Goals (SDGs) melalui praktik penambangan yang bertanggung jawab dan berkelanjutan terhadap lingkungan dan masyarakat.
53 Tahun beroperasi di Indonesia, PT Vale memproduksi nickel matte 75.000 ton pertahun, memasok 5% kebutuhan nikel dunia. Tak hanya itu, PT Vale Indonesia berkomitmen terhadap praktik pertambangan berkelanjutan merupakan upaya untuk mewujudkan sasaran menjadi sustainable operator, value contributor dan obedient citizen.
"Kami memegang teguh komitmen menjaga kelestarian bumi, sesuai dengan salah satu nilai kami, yakni menjaga kelestarian bumi. Kami menjalankan kegiatan penambangan dan pengolahan bijih nikel dengan melaksanakan praktik-praktik terbaik didukung penerapan teknologi ramah lingkungan. Perseroan berupaya agar tidak menimbulkan dampak negatif, baik di dalam maupun di luar wilayah operasi," kata CEO dan Presiden Direktur PT Vale Indonesia, Tbk, Febriany Eddy.
PT Vale berkomitmen melakukannya dengan memberikan dukungan pada peningkatan kualitas kehidupan dan mendukung pengurangan emisi karbon. “Kami ingin terus berkontribusi. Kami ingin terus menginspirasi. Kami ingin meningkatkan kualitas kehidupan bagi generasi yang akan datang,” katanya.
Dalam laporan keberlanjutan PT Vale Indonesia Tbk 2020, perseroan yang didirikan pada 25 Juli 1968 telah merumuskan Prioritas Strategis dengan lima pilar yakni kesehatan, keselamatan dan risiko, sumber daya manusia, keberlanjutan, pemeliharaan dan pertumbuhan.
“Prioritas Strategis dijalankan mulai tahun 2020 hingga 3-5 tahun ke depan. Tujuannya adalah menancapkan pondasi yang kokoh untuk dicapai di 2030 dan 2050, yang bermuara pada PT Vale yang lebih aman, andal, kompetitif, berkelanjutan, dan dicintai masyarakat,” kata Febriany Eddy.
Program Keberlanjutan
Menyadari betapa pentingnya program berkelanjutan untuk diterapkan, PT Vale Indonesia Tbk menghadirkan sejumlah inovasi demi mewujudkan komitmen tersebut dari multisektor.
Program keberlanjutan tersebut meliputi, produksi nikel berbasis energi bersih, pertambangan hijau yang terintegrasi, pengolahan limbah berteknologi tinggi, Program Pengembangan Masyarakat (PPM), meningkatkan tata kelola perusahaan secara berkelanjutan serta dukungan terhadap penanggulangan COVID-19.
*Produksi nikel berbasis energi bersih
Sejak tahun-tahun awal perusahaan berdiri telah memulai dengan membangun dan mengoperasikan PLTA Larona (1979), PLTA Balambano (1999) dan PLTA Karebbe (2011) dengan total kapasitas terpasang sebesar 365 megawatt untuk menyuplai energi ke pabrik pengolahan.
Berkat PLTA tersebut, PT Vale mampu mengurangi emisi karbon sebesar 1.096.705 ton CO2 ekuivalen per tahun dengan asumsi bahan bakar yang digunakan yaitu batubara atau 855.356 ton CO2 ekuivalen per tahun jika bahan bakar yang digunakan adalah diesel.
Selain untuk kebutuhan operasional, energi listrik yang dihasilkan PLTA tadi juga didistribusikan sebesar 10,7 megawatt untuk memenuhi kebutuhan listrik masyarakat Luwu Timur melalui Perusahaan Listrik Negara (PLN).
*Upaya mereduksi emisi
PT Vale membatalkan Coal Conversion Project (CCP) meski proyek tersebut dapat mereduksi biaya finansial perusahaan sebesar US$ 40 juta setiap tahunnya. Namun dengan membatalkan CCP PT Vale mampu menghindari kenaikan emisi gas rumah kaca rata-rata sebesar 200.000 ton CO2 setiap tahunnya.
Pada tahun 2019, perusahaan mengoperasikan boiler listrik yang energinya berasal dari PLTA untuk operasional pabrik pengolahan. Dengan inovasi ini mampu menghilangkan penggunaan bahan bakar HSFO (high sulfur fuel oil) sebanyak 67.047 barel per tahun. Boiler listrik PT Vale juga menjadi pertama digunakan di industri pengolahan di Asia Tenggara.
Sejak 2015, perusahaan mulai mengimplementasi program penggunaan biodiesel/bahan bakar nabati untuk kendaraan operasional yang trennya kian meningkat setiap tahun; 17,3 juta liter (2019), 11,9 juta liter (2018) dan 11,1 (2016 dan 2017).
*Pertambangan hijau yang terintegrasi
PT Vale mengintegrasikan aktivitas pembukaan lahan tambang dengan reklamasi (pemulihan lahan) dan rehabilitasi (penanaman kembali). Maka itu perusahaan membangun kebun bibit modern (nursery) seluas 2,5 hektar dengan kapasitas produksi sebanyak 700.000 bibit (termasuk tanaman asli setempat dan tanaman endemik) setiap tahun untuk menyuplai tanaman dan mendukung aktivitas rehabilitasi lahan pasca tambang. Nursery telah beroperasi sejak April 2006. Luas lahan pasca tambang yang berhasil direklamasi setiap tahun rata-rata di angka 4.000 hektar.
*Pengolahan limbah berteknologi tinggi
Untuk mengendalikan limbah cair (effluent) dari area tambang dan pabrik pengolahan, PT Vale membangun lebih dari 100 pond (kolam pengendapan) di Blok Sorowako dilengkapi dengan fasilitas pengolahan air limbah (Pakalangkai Water Treatment) dan Lamella Gravity Settler (LGS, beroperasi sejak 2015) untuk menurunkan konsentrasi limbah cair secara signifikan. PT Vale sebagai perusahaan yang pertama kali memanfaatkan teknologi LGS yang biasanya untuk pengolahan air minum di industri pertambangan di Indonesia. Upaya tersebut diikuti dengan pengecekan kualitas air danau secara regular bersama Lembaga independen.
Sedangkan pengendalian emisi debu dan partikulat di pabrik pengolahan nikel, perusahaan mengoperasikan ESP (Electrostatic Precipitator) atau penangkap debu teknologi listrik statis dan Bag House (fasilitas penangkap debu dan partikulat) di tanur pelebur dan tanur pereduksi.
*Program Pengembangan Masyarakat
Implementasi program sosial perusahaan melalui Program Pengembangan Masyarakat (PPM). Perusahaan berko- laborasi dengan Pemerintah Kabupaten Luwu Timur dan masyarakat. PPM dirancang untuk periode 2018-2022 dan sinergi dengan peraturan Pemerintah yang menstimulasi pembangunan desa dan wilayah operasi perusahaan tam- bang khususnya, yakni Kepmen ESDM 1824 Tahun 2018 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat dan UU Nomor 6 Tahun 2014
(UU Desa).
Terkait implementasinya, Vale menandatangani Nota Kesepahaman (Memorandum of Understanding/MoU) dan Perjanjian Kerja Sama dengan Direktorat Jenderal Pembangunan Kawasan Perdesaan Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (PDTT), Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Provinsi Sulawesi Selatan dan Pemerintah Kabupaten Luwu Timur terkait pelaksanaan Program Pengembangan Masyarakat tersebut.
Sebelumnya, sejak 2015 perusaahaan telah membina petani di wilayah pemberdayaan untuk mempraktikan pertanian sehat ramah lingkungan melalui budidaya padi organik. Kemudian pada tahun 2017 perusahaan melakukan pembinaan dan pendampingan bagi usaha mikro, kecil dan menengah di wilayah pemberdayaan. Hingga saat ini ada sekitar 38.000 jiwa di wilayah pemberdayaan perusahaan sebagai penerima manfaat dari pelaksanaan PPM.
*Meningkatkan tata kelola perusahaan secara berkelanjutan
Menerapkan Good Corporate Governance (GCG) yang mengedepankan keterbukaan dan transparansi untuk menghindarkan bisnis dari risiko korupsi dan suap. Realisasinya melalui sosialisasi dan pelatihan Anti-Bribery and Corrup- tion (ABC) bagi seluruh karyawan dan kontraktor perusahaan sejak 2015. Seiring itu, perusahaan juga menyusun panduan antikorupsi yang bersifat mengikat di lingkup internal perusahaan juga rekanannya.
Sejak 1 Januari 2016, PT Vale membuka saluran pelaporan independen, Vale Whistleblower Channel (VWC), yakni layanan pelaporan yang dikelola secara mandiri dan professional oleh perusahaan penyedia layanan pelaporan pelanggaran di Indonesia. VWC terhubung langsung ke Bagian Kode Etik dan Perilaku Vale S.A. VWC menjadi kanal pelaporan dugaan terjadinya penyelewengan, kecurangan, maupun pelanggaran kebijakan perusahaan. Pelaporan dapat dilakukan melalui SMS/WhatsApp: +62-812-8040-0622, Hotline 0-800-100-2233 atau email [email protected].
*Dukungan terhadap penanggulangan COVID-19
Sejak pandemi COVID-19 menyebar di Indonesia pada Maret 2020, PT Vale sebagai entitas bisnis telah konsisten berkontribusi membantu pemerintah dalam penanggulangan COVID-19. Salah satu aktivitas tersebut diwujudkan PT Vale dengan menyalurkan alat tes cepat atau rapid test kits sebagai upaya membantu aktivitas penapisan dan pemetaan penyebaran virus corona di wilayah konsesi dan wilayah penyangga konsesi PT Vale di tiga provinsi yang berada di Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah dan Sulawesi Tenggara.
“Pada 2050 perseroan berkomitmen menuju penambangan karbon netral melalui program perubahan iklim dengan mengurangi gas rumah kaca emisi, dimana hal ini selaras dengan Perjanjian Paris dan menjadi karbon netral pada tahun 2050. Tak hanya itu, dari sisi energi nantinya 100% menghasilkan sendiri energi bersih secara global. Lalu untuk kepedulian terhadap air, perseroan mengurangi pengumpulan air baru sebesar 10%,” ungkap Febry.
Tak hanya itu, dari kepedulian terhadap lingkungan perseroan memulihkan dan melindungi 500.000 hektar lahan kritis di luar area Kontrak Karya. Sementara dari sisi kontribusi sosial ekonomi fokus pada perawatan kesehatan, pendidikan, dan peningkatan pendapatan masyarakat.
“Perseroan juga menghilangkan celah Land Surface Temperature (LST) utama dalam kaitannya dengan praktik terbaik,” paparnya.
Tangguh Ditengah Pandemi dan Tetap Produktif
Pandemi Covid-19 yang telah terjadi setahun lebih memberikan dampak besar terhadap seluruh sektor kehidupan. Sejumlah usaha gulung tikar, ekonomi terpuruk hingga banyak kehilangan pekerjaan.
Hal berbeda terjadi disektor tambang, justru sektor ini kian bersinar ditengah kondisi tersebut. Bisa dikatakan sektor ini terus bergerak, bahkan kehadirannya tetap memberikan dampak positif tidak saja pada kontribusi sektor ekonomi tapi juga pada sektor sosial.
Dari sisi ekspor berdasarkan data Bada Pusat Statistik (BPS) Sulsel, nikel yang notabene komoditi dari sektor tambang memberikan kontribus besar dalam ekspor Sulsel.
Pada bulan Mei, BPS merilis jika nikel menjadi salah satu penyumbang ekspor terbesar Sulsel dengan nilai ekspor sebesar US$ 75,28 juta (70,36 persen). Jika dibandingkan dengan April 2021 maka ekspor komoditas Nikel naik sebesar 7,39 persen.
Di Sulsel, PT Vale merupakan perusahaan tambang yang memproduksi nikel cukup besar, dimana pada 2018 produksi mencapai 74,806 ton (dalam matte), 2019 sebanyak 71,025 ton Matte dan pada tahun 2020 sebesar 72,237 ton matte.
PT Vale mempertahankan pertumbuhan melalui kinerja ekonomi yang positif demi keberlanjutan operasi dan usaha. Selama periode pelaporan 2020, Perseroan menerapkan kebijakan penghematan biaya, guna menjaga daya saing. Meski dihadapkan pada dampak pandemi COVID-19, Perseroan mengoptimalkan sumber daya cadangan bijih nikel, karyawan dan fasilitas produksi untuk menghasilkan 72.237 MT nikel dalam matte atau 98,95% dari target.
Realisasi penjualan nikel dalam matte mencapai 72.846 MT, atau 99,79% dari target, dengan Pendapatan Usaha sebesar AS$764,74 juta, atau 89,95% dari target. Sebagian dari nilai ekonomi yang diperoleh tahun 2020, didistribusikan kepada pemangku kepentingan sesuai kebutuhan mereka.
“Tidak ada pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap karyawan PT Vale, akibat dampak COVID-19. Perseroan tetap melakukan kegiatan operasi dan produksi, dengan protokol kesehatan ketat. Bahkan perseroan terus membuka lapangan pekerja, termasuk ke pemasok lokal yang saat ini mencapai 295 dan jumlah karyawan pada 2020 mencapai 3.006 orang,” ungkap Febry.
*Serap Tenaga Kerja Lokal dan Ramah Difabel
Sebagian besar karyawan merupakan penduduk lokal, yakni warga Sorowako dan daerah lain di Kabupaten Luwu Timur. Jumlah mereka ada 2.616 orang atau 87,03% dari total karyawan PT Vale. Sebanyak 5,95% dari senior staff dipegang oleh tenaga kerja lokal.
Selain karyawan PT Vale, ada pekerja lain yakni pekerja kontraktor/pemasok dengan jumlah 7.042 atau sebesar 234% dibandingkan total karyawan yang berada di wilayah operasi PT Vale. Selain itu, PT Vale tidak memiliki karyawan paruh waktu.
Menurut dia, PT Vale juga memiliki target merangkul lebih banyak karyawan dari berbagai latar belakang.
“Kami ingin menjadi perusahaan tambang yang ramah bagi pekerja perempuan dan membuka pintu bagi mereka yang menyandang disabilitas. Kami berkomitmen memperluas kesempatan kerja bagi kaum perempuan dan difabel. Perseroan telah merumuskan target aspirasi jumlah pekerja perempuan dan difabel dalam 5-10 tahun mendatang,” ujarnya.
Dijelaskannya, perseroan menargetkan secara bertahap jumlah pekerja perempuan meningkat 100%. Pada periode pelaporan jumlah pekerja perempuan ditargetkan bertambah 12%, dibanding tahun 2019.
Realisasi pertambahan jumlah karyawan perempuan adalah 11 orang atau 4,5% menjadi 257 orang pada tahun 2020. Untuk pekerja difabel, Perseroan menargetkan pertambahan hingga 500%. Namun, pada tahun 2020 realisasi jumlah karyawan difabel menurun dari 5 orang pada tahun 2019 menjadi 4 orang, karena adanya karyawan yang mengundurkan diri.
“Kesetaraan gender menjadi bagian penting dalam pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Kesetaraan ini perlu dilakukan untuk membuka sebanyak mungkin peluang, mengeluarkan potensi-potensi terbaik dari tiap individu, dan menumbuhkan generasi penerus yang punya perspektif kesetaraan,” tuturnya.
Terpisah, Kepala Dinas Transmigrasi, Tenaga Kerja dan Perindustrian Luwu Timur, Aini Endis Anrika mengungkapkan, kontribusi sektor tambang untuk menciptakan lapangan kerja di Luwu Timur cukup besar, dimana PT Vale paling dominan membuka peluang kerja tersebut dengan total serapan tenaga kerja pada 2019 mencapai 3.044 pekerja, lalu pada 2020 sebanyak 3.018 dan pada 2021 serapan pekerja di PT Vale sebanyak 2.964 pekerja. Serapan tenaga kerja tersebut belum termasuk kontraktor PT Vale yang juga ikut menyerap tenaga kerja, dimana pada tahun lalu mencapai 5.947 orang data per 30 Juni 2020.
"PT Vale cukup besar dalam menyerap tenaga kerja di Luwu Timur, itu tidak saja dari tenaga kerja yang diserap perusahaan langsung. Tapi juga tenaga kerja yang dipekerjakan oleh kontraktor mitra Vale. Kontribusi PT Vale mencapai 30% dalam menyerap tenaga kerja, jika dilihat dari sisi penerimaan sektor tambang,” jelasnya.
Dia mencontohkan, pada tahun 2019 pekerja PT Vale Indonesia Tbk mencapai 2. 798 orang, sedangkan jumlah pekerja mencapai 12.000 sehingga jika ditotalkan pekerja tambang kontribusinya dikisaran 23,33%.
*Menjaga Prospek Usaha dan Keberlanjutan Masa Depan
Seiring naiknya kebutuhan nikel yang digunakan untuk mendukung inovasi teknologi dan mengembangkan kendaraan listrik, maka PT Vale menilai bahwa prospek usaha ke depan akan meningkat. Peningkatan ini merupakan peluang usaha yang menjadi tantangan tersendiri bagi PT Vale untuk mampu menjalankan produksi secara maksimal dengan tetap beroperasi sesuai target dan sasaran.
PT Vale akan terus berupaya mencapai target agenda pertumbuhan perusahaan pada 2030. Untuk mendukung rencana tersebut, PT Vale telah membentuk anak usaha yang akan mengelola unit smelter rotary kiln electric furnace (RKEF) di Bahodopi, Kabupaten Morowali, Sulawesi Tengah; dan unit smelter high pressure acid leach (HPAL) di Pomalaa, Kabupaten Kolaka, Sulawesi Tenggara.
PT Vale juga berencana membangun kembali tanur listrik 4 pada triwulan kedua tahun 2021, untuk meningkatkan kapasitas produksi nikel dalam matte. Meski prospek permintaan nikel akan meningkat, namun PT Vale harus tetap fokus pada optimalisasi kapasitas produksi, meningkatkan efisiensi, dan mengurangi biaya. Hal ini tidak terlepas dari kecenderungan volatilitas harga nikel dunia, yang berada di luar kendali Perusahaan.
*Pengembangan Berkelanjutan
PT Vale melanjutkan pengembangan berkelanjutan untuk meningkatkan kapasitas produksi 90.000 ton nikel dalam matte, yang ditargetkan tercapai tahun 2026. Pada periode pelaporan, Perseroan melanjutkan rencana pembangunan dan pengembangan unit smelter baru.
Untuk mendukung realisasi rencana tersebut, PT Vale telah membentuk anak usaha yang akan mengelola unit smelter rotary kiln electric furnace (RKEF) di Bahodopi, Kabupaten Morowali, Sulawesi Tengah; dan unit smelter high pressure acid leach (HPAL) di Pomalaa, Kabupaten Kolaka, Sulawesi Tenggara.
Komitmen itu diwujudkan, dimana pada 24 Juni PT Vale meneken perjanjian kerangka kerjasama terkait proyek di Bahodopi. PT Vale IndonesiaTbk bersama dua mitra kerja (Mitra) yakni Taiyuan Iron dan Steel (Grup) Co, Ltd (TISCO) dan Shandong Xinhai Technology Co, Ltd (Xinhai), meneken dokumen Perjanjian Kerangka Kerjasama Proyek untuk Fasilitas Pengolahan Nikel Bahodopi.
Perjanjian ini ditandatangani oleh CEO PTVI Febriany Eddy, Presiden TISCO Wei Chengwen, dan Ketua Xinhai Technology di Shanghai Wang Wenlong dan disaksikan baik langsung maupun virtual oleh CEO Vale Eduardo Bartolomeo, Ketua China Baowu Chen Derong.
Dalam Perjanjian Kerangka Kerjasama ini,PTVI, TISCO dan Xinhai telah menyepakati secara prinsip hal-hal utama terkait proyek tersebut, termasuk diantaranyaPTVI, TISCO dan Xinhai akan membentuk perusahaan patungan (“JV Co”) untuk membangun fasilitas pengolahan nikel di Xinhai Industrial Park, Morowali, Sulawesi Tengah. Kemudian, JV Co akan membangun delapan lini pengolahan feronikel rotary kiln-electric furnace dengan perkiraan produksi sebesar 73.000 metrik ton nikel per tahun beserta fasilitas pendukungnya.
Tak hanya itu saja, semua pihak menyetujui bahwaPTVIakan memiliki 49% saham JV Co dan Mitra akan memiliki 51% saham. Termasuk, semua Pihak menyetujui bahwa kebutuhan listrik akan bersumber dari pembangkit listrik tenaga gas untuk mendukung komitmen PTVI dalam mengurangi emisi karbon, komitmen bersama juga menyepakati bahwa dalam jangka waktu enam bulan sejak di tandatanganinya perjanjian ini akan menyelesaikan semua persyaratan teknis dan finansial yang diperlukan untuk mengambil keputusan investasi final.
“Kami menghargai bahwa mitra kami telah mendukung agenda rendah karbon Vale dengan menyepakati perubahan rencana dari pembangkit listrik tenaga batubara menjadi gas. Kami percaya Perjanjian ini merupakan bukti keselarasan komitmen keberlanjutan kami, dimana hal ini sangat penting bagiPT Vale. Kami yakin bahwa ketiga pihak akan saling melengkapi,” kata CEO PT Vale Indonesia Tbk, Febriany Eddy.
Nilai Ekonomi Dihasilkan dan Didistribusikan
Strategi yang dijalankan membuat PT Vale mampu mengatasi dampak pandemi COVID-19. Selama periode pelaporan Perseroan berhasil mengoptimalkan perolehan Pendapatan Usaha serta Laba Usaha. Sebagian dari pendapatan yang diperoleh, didistribusikan kepada masing-masing pemangku kepentingan, di antaranya dalam bentuk dividen, pembayaran kepada Pemerintah, dan investasi untuk komunitas. Pada tahun 2020, Perseroan mendapatkan insentif pajak dari Pemerintah berupa penurunan PPH badan dari 25% menjadi 22%.
Selama periode pelaporan 2020, PT Vale dihadapkan pada beberapa kondisi anomali cuaca akibat fenomena perubahan iklim yang berimplikasi pada keuangan. Meski demikian, Perseroan mampu mengoptimalkan produksi, penjualan dan pengiriman nikel dalam matte, sehingga memenuhi target yang ditetapkan.
*Topang Ekonomi Indonesia, Beri Pendapatan ke Negara dan PAD Luwu Timur
Bentuk lain distribusi nilai ekonomi yang diperoleh adalah pembayaran pajak dan PNBP kepada Pemerintah. Pengelolaan pajak Perseroan berada di bawah tanggung jawab Direktur Keuangan.
Pembayaran pajak dilakukan melalui kantor pajak, baik di tingkat pusat maupun daerah, sesuai ketentuan perpajakan yang berlaku di Indonesia. Secara berkala Perseroan melakukan sosialisasi maupun konsultasi terkait Surat Pemberitahuan Pajak (SPT) kepada karyawan, kontraktor/pemasok dan pihak-pihak.
PNBP yang dibayarkan terdiri Iuran Produksi, Iuran Tetap Wilayah Kontrak Karya, dan PNBP lainnya. Pajak yang dibayarkan terdiri dari Pajak Pertambahan Nilai; Pajak Bumi dan Bangunan; Pajak Penghasilan Karyawan; Pajak Penghasilan Badan; Pajak, Retribusi dan Hibah Daerah; Pemotongan Pajak Penghasilan Pihak Ketiga; dan Bea Masuk.
Selama periode pelaporan 2020, PT Vale membayarkan pajak dan PNBP total sebesar AS$72.995 ribu. Jumlah tersebut turun 43% dibanding tahun 2019 yang mencapai AS$129.029 ribu.
Dari sisi Pendapatan Asli Daerah (PAD) Luwu Timur, memberikan kontribusi yang cukup besar. Menurut Kepala Badan Pengelolaan Keuangan Daerah (BPKD) Ramadhan Pirade menyebutkan, jika total pendapatan yang diperoleh Pemkab Luwu Timur dari PT Vale cukup besar.
Pada tahun lalu saja, PT Vale memberikan penerimaan dalam struktur APBD Luwu Timur mencapai Rp375,5 miliar. Jumlah tersebut diperoleh dari Pendapatan Asli Daerah (PAD) sebesar Rp166,4 miliar terdiri dari pajak daerah Rp165,8 miliar dan retribusi daerah sebesar Rp655 juta lebih.
“Perolehan tersebut belum termasuk pendapatan transfer sebanyak Rp159,089 miliar, terdiri dari pendapatan transfer pemerintah pusat sebesar Rp77,6 miliar dan transfer antar daerah terkait bagi hasil pajak dari provinsi sebesar Rp81,4 miliar. Serta lain-lain pendapatan daerah yang sah bersumber dari hibah listrik PT Vale dan hibah scarab PT Vale mencapai Rp49,9 miliar,” paparnya.
Disisi lain, kontribusi sumber daya alam mineral dan batu bara (Minerba) terhadap penerimaan negara juga cukup besar, baik dari iuran tetap (landrent) maupun iuran produksi (royalti). Hal itu diungkapkan Kepala Bidang Mineral Dan Batubara Dinas Energi dan Sumberdaya Mineral Provinsi Sulsel, Djemmi Abdullah.
Dia menguraikan penerimaan negara dari sektor minerba menunjukkan tren pertumbuhan positif setiap tahun. Tercatat, setoran iuran sektor minerba mencapai Rp249 miliar (2018), meski turun menjadi Rp210 miliar (2019), dan kembali tumbuh signifikan menjadi Rp294 miliar (2020).
Pada triwulan I 2021, penerimaan negara dari minerba sudah mencapai Rp88 miliar. Rinciannya, Rp82 miliar untuk iuran royalti dan Rp5,7 miliar untuk iuran tetap. Dari pendapatan negara yang bersumber dari sektor minerba tersebut, kata Djemmi, berasal dari produsen nikel PT Vale Indonesia Tbk.
"Di Sulsel memang ada tiga perusahaan yang aktif memproduksi nikel. Paling besar kontribusinya memang PT Vale," pungkas Djemmi.
(agn)